BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pencari kerja. Orang yang mencari kerja lebih banyak, sehingga banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 7,6%, Diploma I/II/III dengan 6,01% dan universitas sebesar 5,5%. Pada posisi

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan terjadi karena perbandingan antara jumlah

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengangguran dan kemiskinan masih menjadi masalah besar di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia banyaknya para pencari kerja tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. lulusan atau tenaga kerja baru.perkembangan perekonomian Indonesia di prediksi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. semua orang terlahir dengan bakat berwirausaha, namun sifat-sifat kewirausahaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

2015 PENGARUH SIKAP KEWIRAUSAHAAN DAN EFIKASI DIRI TERHADAP INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia saat ini menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditentukan oleh pendidikan bangsa itu sendiri (Sudirman, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk ( 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. kerja, dunia kerja yang semula menggunakan tenaga kerja manusia pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang kreatif, inovatif, dinamis, dan proaktif terhadap tantangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kaya sumber daya manusia dengan jumlah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SULAWESI SELATAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum SMK edisi 2004 juga menjelaskan tujuan SMK antara lain: melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu adalah pendidikan.

2015 PENGARUH KEIKUTSERTAAN SISWA D ALAM UNIT PROD UKSI TERHAD AP KESIAPAN KERJA SISWA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN (THP) D I BID ANG AGROINDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memperkirakan, pengangguran global

BAB I PENDAHULUAN. Angka lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) setiap tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan sosial merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah No. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Kiki Liasari, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang sehat dan efisien. Seiring dengan berjalan nya kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. sarjana dan keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak negatif khususnya terhadap negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Mohamad Abdul Rasyid Ridho, 2013

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

Inkonsistensi Penyelenggaraan Pendidikan SMA dan SMK 1 Istanto W. Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor penting dalam membentuk dan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Semakin hari penduduk dunia bertambah jumlahnya. Ini dikarenakan angka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi dan Industrialisasi dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia telah banyak menimbulkan permasalahan, salah satunya adalah menyempitnya lapangan pekerjaan, kesempatan kerja dengan orang yang mencari kerja lebih banyak orang yang mencari kerja, sehingga banyak orang yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja, akibatnya jumlah pengangguran semakin besar yang berdampak pada kondisi perekonomian di Indonesia. Tingkat kemiskinan di Indonesia masih relatif tinggi. Badan Pusat Statistik memaparkan hasil temuannya yang menyebut per Maret 2015, angka kemiskinan naik sekitar sepuluh persen dari 27,73 juta menjadi 28,59 juta. Angkatan kerja Indonesia pada Februari 2015 sebanyak 128,3 juta orang, bertambah sebanyak 6,4 juta orang dibanding Agustus 2014 atau bertambah sebanyak 3,0 juta orang dibanding Februari 2014. Penduduk bekerja pada Februari 2015 sebanyak 120,8 juta orang, bertambah 6,2 juta orang dibanding keadaan Agustus 2014 atau bertambah 2,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2015 sebesar 5,81 persen menurun dibanding TPT Agustus 2014 (5,94 persen), dan meningkat dibandingkan TPT Februari 2014 (5,70 persen). Akan tetapi angka pengangguran bertambah 300 ribu orang menjadi 7,45 juta orang pada Februari 2015 dari realisasi periode sama tahun lalu sebanyak 7,15 juta orang. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Atas (SMK) sebesar 9,05 persen, lalu disusul pada jenjang Sekolah Menengah Atas 8,17 persen, dan Diploma I/II/III sebesar 7,49 persen. Sedangkan TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD ke bawah dengan prosentase 3,61 persen di periode Februari 2015. 1

2 Salah satu cara untuk mengatasi pengangguran yang paling tepat untuk Indonesia adalah dengan kewirausahaan. Pilihan untuk berwirausaha dan menciptakan lapangan pekerjaan berpeluang menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari pada berkarir menjadi karyawan. Selain itu menjadi wirausaha dapat menyerap tenaga kerja dan mengurangi jumlah pengangguran. Pajak yang dihasilkan dari wirausaha juga dapat meningkatkan perekonomian di Indonesia. SMK merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan menyiapkan peserta didiknya untuk menjadi tenaga kerja yang terampil dan mengutamakan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu. Dalam merealisasikan tujuan SMK adalah bekerjasama antara pihak sekolah dan siswa sangat penting, pihak sekolah berperan penting mewujudkan siswanya agar memenuhi tanggung jawab sebagai siswa dengan memiliki prestasi belajar yang tinggi, memiliki minat dan bakat. Sebagai siswa yang telah memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang menengah kejuruan dan mantap bahwa memilih jenjang menengah kejuruan adalah motivasi dari keluarga, teman, bahkan karena tidak bisa masuk ke sekolah pilihannya atau salah jurusan, ini dibuktikan dengan awal peneliti pada siswa. Menurut Buyung Wijaya (2008) untuk mengurangi pengangguran yaitu dalam pengembangan kewirausahaan diyakini akan memberi solusi bagi tingginya pengangguran yang berpendidikan. Sedangkan menurut Ester Lince (2009) kemampuan berwirausaha harus dibangun secara sadar dari usia dini dengan demikian generasi muda juga mulai menjadikan wirausaha sebagai salah satu pilihan karier yang ternyata penting untuk mendukung kesejahteraan bangsa dimasa depan. Menurut Iwan K sebagai marketing and promotion manajer multimedia nusantara tanpa ada wirausaha, perekonomian Indonesia tidak akan maju sebab, jika dibandingkan dengan rasio jumlah penduduknya, Indonesia sangat kekurangan wirausahawan. Puspayoga ( Menteri Koperasi dan UMKM) menyatakan bahwa Indonesia minimal harus memiliki 2 persen

3 wirausahawan dari total populasi. Saat ini jumlah populasi wirausaha di Indonesia baru mencapai angka 0,43 % dari total populasi usia produktif, angka ini sangat jauh tertinggal jika dibandingka dengan beberapa negara tetangga, sperti Singapura yang jumlah wirausahanya sudah mencapai 7 %, Malaysia 5 %, dan Thailand 3 %. Peran tingkat SMK sangat besar untuk mewujudkan mimpi ini. Wirausaha merupakan salah satu faktor pendukung yang menentukan maju mundurnya perekonomian di Indonesia, karena dalam bidang wirausaha sendiri mempunyai kebebasan untuk berkarya dan mandiri. Seseorang mempunyai keinginan dan kemauan serta siap untuk berwirausaha, berarti seseorang itu mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, dan tidak perlu mengandalkan orang lain maupun perusahaan lain untuk mendapatkan pekerjaan lagi, bahkan dapat membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain. Alma (2011: 5) Kewirausahaan adalah mata pelajaran yang dapat diajarkan di sekolah-sekolah dan telah bertumbuh pesat. Mata pelajaran kewirausahaan termasuk salah satu ciri muatan yang dibelajarkan pada kurikulum SMK sekarang ini, dengan diajarkan mata pelajaran kewirausahaan akan semakin menambah pengetahuan kewirausahaan siswa SMK tentang wirausaha. Hal ini diharapkan akan semakin menumbuhkan minat berwirausaha siswa, dengan diajarkan mata pelajaran kewirausahaan dan keterampilan, diharapkan siswa mampu menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan keterampilan masing-masing. Kegiatan di lingkungan sekolah dan faktor-faktor personal peserta didik yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keyakinan diri atau efikasi diri saling mempengaruhi dan dipengaruhi hingga peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan yang selanjutnya sesuai dengan pilihannya dan harapannya sukses dalam memperoleh pekerjaan setelah lulus (Woolfolk, 2009: 125). Siswa yang sudah memiliki pengetahuan tentang mata pelajaran kewirausahaan pasti akan menentukan sikap untuk memperoleh prestasi yang ditumbuhkan oleh keyakinan dalam dirinya.

4 Sebagaimana pada saat peneliti melakukan observasi awal dan melakukan wawancara sehubungan dengan mata pelajaran kewirausahaan terhadap siswa yang sudah mempunyai bekal pengetahuan, pengalaman praktik industri belum memunculkan efikasi dirinya setelah mendapatkan pengetahuan tentang mata pelajaran kewirausahaan. Sebagian siswa belum tahu apa yang akan dilakukan setelah lulus, padahal jika peserta didik yakin atau mempunyai efikasi diri yang tinggi dan mempunyai minat, maka untuk berwirausaha masa depannya akan terjamin. Kecilnya minat berwirausaha sangat disayangkan. Siswa seharusnya lebih memahami bahwa lapangan pekerjaan yang ada tidak mungkin menyerap semua lulusan SMK. Kewirausahaan dapat diterapkan di berbagai bidang pekerjaan dan kehidupan. Kewirausahaan juga sangat berguna untuk masa depan dan dapat menyelamatkan siswa dari pengangguran ketika lulus nanti. Maka dari itu siswa tidak hanya harus berpendidikan karakter, namun juga harus berpendidikan kewirausahaan. Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan minat berwirausaha melalui mata pelajaran kewirausahaan bagi siswa SMK merupakan langkah penting untuk meningkatkan jumlah wirausaha di Indonesia. Keyakinan diri atau efikasi diri yang positif merupakan faktor penentu keberhasilan yang akan menciptakan kepuasan yang muncul bersamaan dengan adanya pengetahuan yang sudah diserap. Setelah mengetahui betapa pentingnya faktor-faktor personal siswa, peneliti tertarik dengan keyakinan diri atau efikasi diri yang dimiliki oleh siswa terhadap suatu mata pelajaran kewirausahaan. Didalam suatu mata pelajaran kewirausahaan maka siswa akan mendapatkan suatu wawasan tentang kewirausahaan yaitu pengetahuan kewirausahaan. Pengetahuan kewirausahaan ini yang akan menjadikan modal bagi siswa untuk menjalankan sebuah usaha, karena apabila siswa memiliki suatu pengetahuan kewirausahaan maka akan menambah suatu keyakinan dan minat siswa untuk menjalankan suatu usaha.

5 Upaya menumbuhkan minat berwirausaha siswa SMK terdapat beberapa kendala. Kendala yang dihadapi sehubungan dengan usaha mengembangkan minat berwirausaha siswa SMK adalah masih banyaknya siswa SMK yang mempunyai anggapan bahwa untuk mendapatkan masa depan yang lebih baik hanya ditentukan oleh kesempatan mendapatkan pendidikan yang tinggi dan masih banyak yang menggantungkan masa depan mereka pada gelar-gelar kependidikan dan ijazah-ijazah sekolah tanpa membekali mereka dengan sikap mandiri yang sangat dibutuhkan untuk terjun ke dunia wirausaha. Alasan inilah yang kemudian menjadi bahan dan dasar penelitian untuk mengetahui minat berwirausaha di kalangan siswa, sehingga penulis memberikan judul PENGARUH EFIKASI DIRI DAN PENGETAHUAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN AJARAN 2015/2016. B. Identifikasi Masalah 1. Angka pengangguran yang masih tinggi di Indonesia. 2. Jumlah wirausaha yang masih relatif kurang yaitu yang seharusnya 2% baru ada 0,43% dari jumlah penduduk di Indonesia. 3. Pengetahuan kewirausahaan yang diajarkan dalam mata pelajaran kewirausahaan kurang menunjang untuk membentuk jiwa kewirausahaan siswa. 4. Masih rendahnya karakter wirausaha dan minat berwirausaha di kalangan siswa SMK. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih mengarah dan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, maka dari permasalahan yang diidentifikasi diperlukan pembatasan masalah, yaitu : 1. Efikasi diri dibatasi dengan keyakinan siswa dengan kemampuannya untuk melaksanakan suatu tugas yang spesifik.

6 2. Pengetahuan kewirausahaan dibatasi dengan wawasan dan pengetahuan pada siswa tentang kewirausahaan. 3. Minat berwirausaha yang dimaksud adalah ketertarikan atau keinginan siswa untuk berwirausaha. D. Perumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalahnya, yaitu sebagai berikut: 1. Adakah pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu? 2. Adakah pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu? 3. Adakah pengaruh efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu. 2. Pengaruh pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu. 3. Pengaruh efikasi diri dan pengetahuan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Delanggu. F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teoritis a. Dapat dijadikan bahan pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian dengan teori-teori kewirausahaan yang relevan sehubungan dengan masalah yang teliti. b. Menambah bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian berikutnya.

7 2. Praktis a. Bagi peneliti, memperluas wawasan dan pengetahuan tentang faktor dominan apa saja yang dapat meningkatkan minat siswa dalam berwirausaha. b. Bagi lembaga pendidikan kejuruan penelitian ini diharapkan memberi informasi yang bermanfaat untuk mengambil kebijakan dalam peningkatan minat berwirausaha siswa setelah lulus sekolah. c. Bagi siswa dapat digunakan sebagai motivasi dan sebagai bahan pertimbangan serta menambah pemahaman akan pentingnya aspek wirausaha sebagai arah masa depan.