BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. makhluk Allah SWT. Perkawinan adalah cara yang dipilih oleh. sebagaimana tercantum didalam Al-Qur an surat An-nur ayat 32 :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 Ayat 1 tentang Perkawinan menuliskan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I. berkomunikasi, bahkan ketika kita sendiripun, kita tetap melakukan. komunikasi. Sebagai sebuah aktivitas, komunikasi selalu dilakukan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. NINlNG SEKTIANINGSIH IMPLMENTASI PENIL\HAN DINI MENURUT UNDANG-UNDANGNO 1 TAHUN 1974

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tinggi di dunia, serta tertinggi kedua di Asia Tenggara setelah Kamboja. Dalam

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB IV. ANALISIS DASAR DAN PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BLITAR NO. 0187/Pdt.P/2014/PA.BL

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadikan salah satu jalan yang diberikan oleh Allah SWT untuk setiap. insan didunia mendapatkan keturunan.

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PERNIKAHAN WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI KUA KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses dan pemaknaan tentang arti perkawinan itu sendiri selama pasangan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Veronica Sovita Sari 1, Suwarsito 2, Mustolikh 3

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkawinan ini menjadi sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

PORTAL PELATIHAN PRA-NIKAH (PORPLAN) UNTUK MENGURANGI TINGKAT PERCERAIAN PADA PERNIKAHAN DINI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak pulau serta keragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. menuju zaman modern. Ziauddin Sardar menyebut zaman modern merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

Alhiwar Jurnal Ilmu dan Teknik Dakwah Vol. 04 No. 07 Januari-Juni

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

Mushaf al-azhar, Al-Qur an dan Terjemahan, Bandung: Penebit Hilal, 2010, hal. 354

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

PERKAWINAN USIA MUDA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT PERCERAIAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN AGAMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BABA V PENUTUP A. KESIMPULAN. Dari beberapa penjelasan yang diuraikan di muka terhadap

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi sunatullah seorang manusia diciptakan untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN PERMOHONAN IZIN POLIGAMI TERHADAP WANITA HAMIL DI LUAR NIKAH DI PENGADILAN AGAMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu perjanjian untuk mengikatkan seorang pria dan wanita menjadi ikatan suami istri yang sah (Saimi, 2017:68). Dalam melaksanakan pernikahan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu persiapan mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan persiapan fisik seseorang dilihat dari kemampuan ekonomi. Jika pernikahan dilakukan diusia yang sangat muda yaitu menikah dini yang secara fisik dan mental memang belum siap, maka akan menimbulkan permasalahan (Khilmiyah, 2014:4). Draf RUU tentang Hukum Materil Peradilan Agama Bidang Perkawinan mengusulkan batas usia minimum yang diperbolehkan untuk menikah adalah 18 tahun, baik bagi pria maupun bagi wanita. sebelumnya, di ketentuan dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, usia Minimum untuk menikah adalah 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki (Baswedan, Dkk, 2010: 2-3). Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengatur usia pernikahan yang ideal, yaitu Perempuan 20-35 tahun dan Lakilaki 25-40 tahun (BKKBN, 2010). Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, setiap tahun rata-rata 340.000 perempuan menikah diusia dini menempatkan Indonesia pada pringkat 7 besar dunia. Kemiskinan menjadi penyebab utama tingginya angka

2 pernikahan dini. Jika tidak ditangani dengan segera, masa depan anak-anak Indonesia terancam. Meraka juga akan sulit keluar dari garis kemiskinan (Suara Pembaharuan, 12-13 Agustus 2017). Kabupaten Banjarnegara merupakan wilayah yang terletak di Provinsi Jawa Tengah dengan luas sebesar 106.970.997 ha atau 3,10%, dari luas seluruh Provinsi Jawa Tengah (banjarnegarakab.go.id). Banjarnegara memiliki wilayah daerah yang padat penduduk dan menjadi salah satu Kabupaten yang pernikahan dini cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari data yang tertulis di (Khasanah, 2012:7) pada salah satu petugas di Pengadilan Agama Banjarnegara, Ia menjelaskan dispensasi nikah termasuk kasus terbanyak selain kasus perceraian. Salah satunya pada tahun 2011 mencapai kasus 9 orang, tahun 2012 mencapai 35 orang, tahun 2013 mencapai 45 orang tahun 2014 mencapai puncaknya 112 orang. Dalam pelaksanaanya ada beberapa jenis pernikahan yang menjadi masalah masyarakat salah satunya adalah pernikahan dini. Data menunjukan dibeberapa Desa di Banjarnegara terutama Desa Kebutuhduwur. Hal ini didasarkan ketika peneliti melakukan wawancara kepada salah satu petugas KUA tanggal 31 Agustus 2017 Ia menjelaskan bahwa pernikahan dini di Desa Kebutuhduwur cukup banyak, dan dibeberapa hari yang lalu Ia telah menikahkan salah satu masyarakat Kebutuhduwur yang masih berumur 16 tahun. Hal ini juga dibuktikan dengan data dari KUA yang menunjukan pernikahan dini tahun 2006 sampai tahun 2010 mencapai angka 276 pelaku pernikahan dini. Menurut pengakuan masyarakat di Desa Kebutuhduwur

3 pernikahan usia dini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya yang terjadi karena faktor pergaulan bebas yang sering mengakibatkan wanita hamil di luar nikah akibatnya ia harus menikah pada usia dini dan terjadi karena faktor ekonomi sehingga orang tua menikahkan anaknya pada usia dini agar orang tua beban ekonominya berkurang. Pernikahan pada usia dini menjadi perhatian pemerintah, padahal usia remaja harusnya bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan pernikahan usia dini juga menjadi perhatian bagi perencana program perkawinan yang telah ditetapkannya. Pernikahan usia dini beresiko tidak siap untuk membina keluarga dan berakibat terhadap cara mendidik anak yang kurang baik untuk membina akhlak anak, akibatnya masalah yang timbul pasangan yang menikah usia dini di Desa kebutuhduwur salah menerapkan tahap-tahap dalam perkembangan akhlak anak. Akhlak merupakan salah satu sendi ajaran Islam yang tidak boleh diabaikan, setiap manusia diperintahkan oleh Allah SWT agar berkhlak mulia (Musli, 2011: 216-217). Akhlak juga merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam pergaulan antar sesama. Islam, disamping mewajibkan umatnya agar menjaga hubungan baik terhadap Tuhannya, juga menekankan agar berhubungan baik dengan sesama makhluk- Nya, Islam tidak mengajarkan berhubungan buruk sesama makhluk-nya. Hubungan baik antara sesama manusia, hanya dapat terpelihara dengan baik apabila masing-masing menghiasi diri dengan akhlak mulia. Baik buruk-nya akhlak seseorang merupakan cerminan dari sempurna atau tidaknya iman

4 seseorang. Semakin baik akhlak seseorang berarti semakin sempurna imannya (Musli, 2011: 216-218). Pelaksanaan Perkembangan akhlak anak dapat berjalan dengan baik dan sesuai melalui orang tua yang sudah mempunyai pengalaman dalam mendidik anak. Secara umum tugas pendidikan Islam dalam keluarga adalah membimbing, mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan yang optimal dan bisa mencapai akhlak yang baik. Dengan demikian perkembangan akhlak anak merupakan hal yang sangat penting, di dalam keluarga merupakan pendidikan yang utama dalam mendidik akhlak anak. Dalam perkembangan akhlak anak perlunya adanya tahap-tahap yang benar agar tercapai tujuan dari pendidikan akhlak tersebut serta agar nantinya tercipta generasi yang berakhlak mulia. Namun tidak jarang terjadi tujuan akhlak anak yang sudah direncanakan sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan tidak mencapai sasaran yang diharapkan karena orang tua yang mendidik anaknya belum memiliki kedewasaan. Apabila suami istri salah satu dari mereka belum memiliki kedewasaan, baik fisik, mental ataupun rohani, maka perkembangan akhlak anak akan menjadi sulit. Berangkat dari permasalahan di atas, maka penelitian ini dinilai sangat urgen dan strategis untuk dapat menyelesaikan persoalan rendahnya cara mendidik akhlak anak yang kurang bertanggungjawab karena disebabkan oleh tingginya angka pernikahan dini di Desa Kebutuhduwur, Kecamatan Pagedongan, Kebupaten Banjarnegara. Penelitian ini dimaksudkan untuk

5 mengetahui Pelaku Pernikahan Dini dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Akhlak Anak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaku pernikahan dini dalam mendidik anak di Desa Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara? 2. Apakah pelaku pernikahan dini memberi pengaruh terhadap perkembangan akhlak anak di Desa Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaku pernikahan dini dalam mendidik anak di Desa Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara. 2. Untuk menganalisis apakah pelaku pernikahan dini memberi pengaruh terhadap perkembangan akhlak anak di Desa Kebutuhduwur Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan bisa menambah keilmuan dalam bidang ilmu Pendidikan Agama Islam khususnya dalam akhlak anak. b. Penelitian ini diharapkan bisa menambah keilmuan dalam bidang sosiologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat pada umumnya dan khususnya masyarakat Kebutuhduwur untuk mempertimbangkan umur dan kematangan usia sebelum melaksanakan pernikahan. b. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bisa menjadi buah fikir kepada orang tua tentang pentingnya mendidik anak menurut ajaran Islam. E. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian awal, bagian pokok dan bagian akhir. Berikut penjelasan dari masingmasing bagian: Pertama yaitu bagian awal yang terdiri dari : judul, nota dinas, pengesahan, pernyataan keaslian, moto, persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan abstrak. Sementara bagian pokok dalam penelitian ini mencakup beberapa bab yaitu:

7 BAB I Pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori. Pada bab ini berisi tinjauan pustaka terdahulu dan menguraikan kerangka teori secara detail. BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini berisi jenis dan pendekatan penelitian, subyek penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. BAB IV Hasil dan Pembahasan. Pada bab ini berisi uraian hasil penelitian yang telah dilakukan. BAB V Penutup. Pada bab ini berisi kesimpulan atau ringkasan hasil penelitian, saran dan kata penutup. Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang merupakan pelengkap dalam penelitian yang telah dilakukan.