BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan, karena perpustakaan menyediakan berbagai sumber informasi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan. Pencapaian kepuasan pelanggan dapat merupakan proses yang

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS JASA LAYANAN INFORMASI DI PERPUSTAKAAN

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan Indonesia dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang jasa pengiriman barang. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin meningkat kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan formal,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. pelayanan publik melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur

PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM : INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tersebut mempengaruhi kondisi perkembangan dunia bisnis. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menerima pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan merupakan suatu aktivitas yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi kelangsungan hidup industri jasa lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Pada era sekarang ini pembangunan infrastruktur di kota-kota besar baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini semakin meningkat.hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini, tingginya tingkat persaingan telah

I. PENDAHULUAN. Semenjak dikeluarkannya Undang-undang Pemerintah Daerah No. 22

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan barang berteknologi. Konsumen cenderung menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. terekam (CD, DVD, ebook). Secara garis besar perpustakaan terbagi menjadi dua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Sistem Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengurangan biaya dan sebagainya. Kualitas pendidikan bergantung pada

ANALISA PENGARUH KUALITAS JASA TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN PADA LEMBAGA PENDIDIKAN ALFABANK DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis (UPT) yang bersama -sama dengan unit lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kota/kabupaten maupun institusi tertentu yang memiliki kewenangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan penghasilan masyarakat menambah kesadaran pelanggan untuk mendapatkan

BAB III PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang perlu mengutamakan kualitas pelayanan. Apabila bank tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. mempunyai peran penting dalam era globalisasi saat ini. Pada era ini diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran saat ini menjadi sangat penting bagi usaha perhotelan, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan perguruan tinggi atau sekolah tinggi, akademi dan pendidikan tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik nasabah dan meningkatkan kepuasan nasabah dibidang pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri jasa, peran pemasaran menjadi salah satu hal yang sangat

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

PENGEMBANGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Banyak negara-negara didunia menjadikan pariwisata sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Chella Chilviani Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

Optimalisasi Layanan Koleksi Audio Visual di Perpustakaan ISI Surakarta oleh Sartini. Abstrak

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan (preventif) untuk meningkatkan kualitas hidup serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter

BAB II LANDASAN TEORI. Pada instansi pemerintahan seperti KPP Pratama Sleman orientasi

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peran Pengelola Perpustakaan dalam Memberikan Pelayanan Bimbingan Pemakai di Universitas Ida Banjumi Wahab Palembang

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS OTOMASI PERPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain

BAB I PENDAHULUAN. ini, dewasa ini gaya hidup masyarakat menjadi lebih mobile dan dituntut untuk

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Profil Benz Auto Car Wash Sejarah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

BAB III KEGIATAN PROMOSI DINAS PERPUSTAKAAN KOTA BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. dapat mewujudkan derajat pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata, yang mampu mewujudkan kesehatan optimal.

Arsip Nasional Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan sifat dan golongan, Perpustakaan secara umum terbagi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, fasilitas kesehatan telah mengalami pergeseran paradigma, dari

Strategi Pengembangan Perpustakaan Instansi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai penyedia jasa pendidikan harus selalu siap dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, persaingan bisnis menjadi sangat ketat baik di pasar

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Le

Perbandingan Kualitas Pelayanan Publik Pada Puskesmas Ungaran dan. Puskesmas Leyangan di Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

PERATURAN DAERAH SERAM BAGIAN TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PERPUSTAKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERAM BAGIAN TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Semua warga negara berhak mendapatkan jaminan kesehatan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. yang akan datang. Universitas Gadjah Mada (UGM) merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERPUSTAKAAN

2015 STUDI PENILAIAN PEMUSTAKA TENTANG KOMPETENSI MANAJERIAL TENAGA PENGELOLA PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Central Asia Tbk (BCA) kembali meraih penghargaan untuk pengakuan atas kualitas

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan salah satu sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah, untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan, karena perpustakaan menyediakan berbagai sumber informasi, sebagaimana dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 1 tentang perpustakaan bahwa perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Bukan hanya itu, perpustakaan juga memiliki peran penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat, dengan mengaungkan ajakan kepada masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 17 Pasal 3 Tahun 2011 tentang penyelenggaraan perpustakaan. Hal ini berdasar pada informasi yang diperoleh dari proposal Sisitem Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat tahun 2017, bahwa hasil survei United Nations Educational, Scientific and Culture Organization (UNESCO) minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 %. Artinya, dalam seribu masyarakat, hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca, bahkan menurut laporan Central Connecticut State University di New Britain yang bekerja sama dengan sejumlah

peneliti sosial, menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca. Sehingga keberadaan perpustakaan ditengah-tengah masyarakat, untuk meningkatkan minat baca masyarakat dan mencerdaskan masyarakat, dirasa sangat penting. Saat ini hampir disetiap Negara, Daerah, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan seluruh perguruan tinggi di Indonesia, pada umumnya telah dibentuk perpustakaan-perpustakaan sebagai unit pelayanaan informasi. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah, yang juga memiliki perpustakaan umum daerah bernama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (Dispusipda) Jawa Barat, yang dibangun sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa. Oleh karena itu, layanan perpustakaan yang prima menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat, dan masyarakat diberikan akses seluas-luasnya terhadap informasi yang dimiliki perpustakaan umum Jawa Barat. Sebagaimana salah satu misi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat adalah memberikan layanan prima kepada masyarakat dan menjadikan Dinas Perpustakaan, dan Kearsipan Daerah Provinsi Jawa Barat menjadi perpustakaan rujukan bertaraf internasional, baik bagi perpustakaan-perpustakaan di lingkungan Provinsi Jawa Barat maupun perpustakaan lainnya. Sebagai perpustakaan rujukan bertaraf Internasional, perpustakaan Dispusipda Jawa Barat dituntut untuk menyediakan sarana dan prasarana yang

sesuai dengan kebutuhan masyarakat dengan menggunakan teknologi yang canggih, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 81 Tahun 2013 Pasal 14 tentang Petunjuk Pelaksanaan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Perpustakaan. Tuntutan tersebut dikarenakan pelayanan secara manual yang diterapkan di Dispusipda Jawa Barat mengalami berbagai kendala yang dapat menghambat pelayanan perpustakaan, permasalahan tersebut diantaranya : 1. Pemustaka harus antri cukup panjang untuk menunggu dilayani petugas saat peminjaman koleksi; 2. Jumlah petugas layanan yang terbatas menjadikan kesibukan yang tiada henti dalam melayani pemustaka di meja peminjaman; 3. Antrian yang panjang di meja layanan peminjaman membuat suasana yang tidak menyenangkan bagi pemustaka dan petugas; 4. Pemustaka harus antri di meja pengembalian koleksi; 5. Antrian di meja pengembalian koleksi membuat suasana tidak nyaman bagi petugas maupun pemustaka; 6. Pemustaka tidak dapat mengembalikan koleksi pada saat layanan perpustakaan tutup; 7. Pemustaka direpotkan dengan kewajiban menulis buku tamu secara manual di buku besar tamu yang disediakan; 8. Untuk menjadi anggota perpustakaan, pemustaka harus antri dilayani dan petugas pendaftaran anggota perpustakaan harus

menginput data identitas calon anggota ke dalam sistem informasi satu persatu dengan jumlah kolom informasi yang cukup banyak; 9. Keterbatasan jumlah petugas dalam melayani pendaftaran anggota menjadikan petugas begitu sibuk untuk melayanai calon anggota perpustakaan; 10. Untuk sekedar perpanjangan koleksi pemustaka diharuskan untuk datang ke Perpustakaan Umum Jawa Barat, jelas hal ini tidak memudahkan bagi pemustaka; 11. Masyarakat membutuhkan informasi yang bersifat tematik. Selain itu, permasalahan lain juga ditunjukan dengan adanya tabel durasi waktu pelayanan perpustakaan secara manual, yang dianggap menjadi keluhan pustakawan atau petugas perpustakaan maupun pengunjung perpustakaan yang juga menghambat pelayanan perpustakaan umum daerah Jawa Barat, yaitu sebagai berikut : Tabel 1.1. Durasi Waktu Pelayanan Perpustakaan Dispusipda Jawa Barat Secara Manual No Jenis Pelayanan Waktu Menunggu 1 Peminjaman Koleksi 5-20 2 Pengembalian Koleksi 5-15 3 Pendaftaran Anggota 10-30 4 Pengisisan Buku Tamu 1-5 Sumber : Dispusipda Jawa Barat 2017 Dari tabel di atas, nampak jelas bahwa pelayanan perpustakaan secara manual memakan banyak waktu, sehingga Dispusipda Jawa Barat dianggap perlu melakukan inovasi pelayanan perpustakaan berbasis teknologi, guna mengatasi

semua permasalahan yang dihadapi. Tentunya teknologi yang dipilih, dengan pertimbangan mudah diterima dan mudah dioperasionalkan oleh masyarakat, dari berbagai lapisan umur dan pendidikan. Untuk mengatasi sekaligus menjawab tantangan tersebut, maka terhitung sejak tahun 2013, semua aktivitas pelayanan perpustakaan di Dispusipda Jawa Barat telah dilengkapi manajemen perpustakaan berbasis tekhnologi, yang dipadukan dengan perangkat keras pendukung pengelolaan perpustakaan, yaitu menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFId), yang diterapkan ke dalam beberapa jenis pelayanan perpustakaan, sebagai berikut: 1. Layanan mandiri berbasis teknologi berupa : a. Peminjaman koleksi secara mandiri b. Pengembalian koleksi secara mandiri c. Pengisian buku tamu secara elektronik 2. Layanan online dan offline a. Pendaftaran secara offline yaitu input data identitas diri pada komputer yang disediakan b. Pendaftaran keanggotaan secara online yaitu input data identitas melalui website perpustakaan c. Perpanjangan peminjaman secara offline dan online

3. Media informasi tematik terdiri dari: a. Pojok Gubernur Jawa Barat b. Hall of Fame Tokoh-tokoh Masyarakat Jawa Barat c. Learning Center Berbagai jenis pelayanan berbasis RFId di atas, tentunya mampu mengatasi permasalahan yang terjadi pada pelayanan perpustakaan secara manual, yang dianggap menghambat proses pelayanan perpustakaan umum Dispusipda Jawa Barat. Bentuk permasalahan yang teratasi dengan diterapkannya sistem RFId di berbagai jenis pelayanan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1.2. Permasalahan Pelayanan Perpustakaan Manual Yang Teratasi Setelah Sistem Radio Frequency Identification (RFId) diterapkan No Jenis Inovasi Permasalahan Teratasi 1 2 3 a. Layanan mandiri berbasis teknologi yang terdiri dari: Peminjaman koleksi secara mandiri Pengembalian koleksi secara mandiri Pengisian buku tamu secara elektronik Antrian tidak terjadi lagi di meja layanan peminjaman koleksi Antrian tidak terjadi lagi di meja layanan pengembalian koleksi Antrian tidak terjadi lagi di meja buku tamu b. Layanan online yang terdiri dari : Pendaftaran secara offline yaitu input data identitas diri pada komputer yang disediakan Antrian tidak terjadi lagi di meja layanan pendaftaran keanggotaan Dipindahkan

Pindahan No Jenis Inovasi Permasalahan Teratasi 1 2 3 Pendaftaran keanggotaan secara Antrian tidak terjadi lagi di meja online yaitu input data identitas layanan pendaftaran keanggotaan melalui website perpustakaan Tidak mengharuskan pemustaka untuk Perpanjangan peminjaman secara berkunjung ke perpustakaan offline dan online c. Media informasi tematik terdiri dari : Pojok Gubernur Jawa Barat Bank Indonesia Corner Hall of Fame (Pojok Inohong) Sumber : Dispusipda Jawa Barat 2017 Informasi yang didapatkan berkaitan langsung dengan yang diinginkan. Informasi yang didapatkan berkaitan langsung dengan yang diinginkan. Informasi yang didapatkan berkaitan langsung dengan yang diinginkan. Bahkan, selain mampu mengatasi berbagai permasalahan pelayanan perpustakaan secara manual, semenjak diterapkannya sistem Radio Fequency Identification (RFId) sebagai penunjang pelayanan perpustakaan di Dispusipda Jawa barat ini disambut dengan antusias, baik oleh masyarakat atau pemustaka sebagai penerima pelayanan dan pengguna perpustakaan, maupun oleh pustakawan atau petugas perpustakaan sebagai pemberi pelayanan. Antusiasme masyarakat baik itu pemustaka maupun pustakawan atau petugas tersebut terlihat dari jumlah kunjungan perpustakaan Dispusipda Jawa Barat yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sebagaimana grafik 1.1. sebagai berikut :

Grafik 1.1. Jumlah Kunjungan Peprustakaan Dispusipda Jawa Barat Tahun 2013-2017 700000 600000 500000 400000 2013 424,003 2014 468,981 2015 513,731 2016 566,925 2017 593,707 300000 200000 100000 0 TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN 1 2 3 4 5 Sumber : Dispusipda Jawa Barat 2017 Grafik jumlah kunjungan perpustakaan tersebut, dilengkapi dengan meningkatnya anggota perpustakaan Dispusipda Jawa Barat berbasis RFId, sebagai berikut : Grafik 1.2. Peningkatan Anggota Perpustakaan Dispusipda Jawa Barat Setelah Pelayanan Perpustakaan berbasis RFId TAHUN JUMLAH KUNJUNGAN 50000 40000 30000 20000 2013 8.825 2014 13.299 2015 20.256 2016 32.771 2017 36,856 10000 0 1 2 3 4 5 Sumber : Dispusipda Jawa Barat 2017

Namun dibalik berbagai kemudahan yang diperoleh dengan di terapkannya sistem RFId di Dispusipda Jawa Barat, sebagai perpustakaan pertama untuk lingkup Provinsi Jawa Barat yang menerapkan sistem RFId sebagai penunjang pelayanan perpustakaan, perpustakaan umum daerah Dispusipda Jawa barat masih memiliki beberapa kendala yang sampai saat ini menjadi momok bagi perpustakaan Jawa Barat itu sendiri, yaitu terdiri dari : 1. Lokasi perpustakaan Dispusipda Jawa Barat yang tidak strategis untuk lingkup Provinsi Jawa Barat, sehingga tidak jarang dari pemustaka atau masyarakat yang terkendala dengan jarak tempuh untuk berkunjung ke perpustakaan Dispusipda Jawa Barat; 2. Ruang pembuatan kartu anggota yang tidak proporsional, sehingga penempatannya masih diluar ruangan lantai tiga dan ruangannya masih terbilang kecil; 3. Sumber Daya Manusia (SDM) baik pemustaka maupun pustakawan yang belum mampu mengoprasikan sistem RFId; 4. Sistem RFId yang diterapkan belum mengalami pergantian mesin sejak diterapkan sampai sekarang; 5. Sistem sering mengalami gangguan, baik jaringan data maupun jaringan listrik, yang tentunya dapat menghambat pelayanan perpustakaan; 6. Belum adanya fasilitas membaca secara khusus untuk pemustaka disabilitas, seperti pemustaka tuna grahita yang kesulitan dalam peminjaman koleksi, pengembalian koleksi, maupun pembuatan kartu anggota, karena tidak mampu dan tidak mengerti untuk menggunakan

sistem Radio Frequency Identification (RFId) yang ada, begitupun untuk pemustaka yang tuna netra, dan pemustaka disabilitas lainnya; 7. Kurang transparansi terkait biaya denda pengembalian buku, sehingga tidak jarang dari pemustaka atau masyarakat menanyakan terkait pengalokasian dana tersebut. Berbagai permasalahan tersebut membuktikan bahwa, diterapkannya sistem Radio Frequency Identification (RFId) sebagai penunjang pelayanan perpustakaan umum Jawa Barat masih belum optimal, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN BERBASIS RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION (RFId) DI DINAS PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH JAWA BARAT. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan berbagai permasalahan yang dikemukakan sebelumnya, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Lokasi perpustakaan Dispusipda Jawa Barat tidak strategis; 2. Ruang pembuatan kartu anggota yang tidak proporsional; 3. Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu pustakawan atau petugas belum kompeten dalam mengoprasikan sistem RFId; 4. Sistem RFId sering mengalami gangguan data maupun jaringan; 5. Fasilitas membaca dan sistem peminjaman koleksi untuk pemustaka disabilitas masih terbatas; 6. Tidak transparansi terkait pengalokasian biaya keterlambatan pengembalian buku. C. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan masalah pokok dalam penelitian diatas, maka dapat disusun secara spesifik ke dalam pertanyaan penelitian (Research Question) yaitu bagaimana kualitas pelayanan perpustakaan berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kualitas pelayanan perpustakaan berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat. E. Kegunaan Penelitian Setelah mengkaji permasalahn dan tujuan penelitian di atas, adapaun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis : a. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas pelayanan perpustakaan berbasis Radio Frequency Identification (RFId); b. Sebagai bahan pengembangan bagi lembaga UIN Sunan Gunung Djati Bandung khususnya FISIP sehingga penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu atau teori-teori ilmu administrasi Publik. 2. Manfaat Akademis

a. Sebagai suatu proses pengayaan (Encrichment) terhadap khazanah pengetahuan di bidang adiministrasi publik, khususnya pelayanan publik; b. Sebagai sumber dan bahan referensi bagi pengembangan penelitian selanjutnya. F. Kerangka Pemikiran Salah satu esensi penting dalam pelayanan publik adalah, kualitas pelayanan publik. Kualitas pelayanan publik pada dasarnya merupakan suatu kondisi dimana pelayanan mempertemukan, memenuhi, atau bahkan melebihi dari apa yang menjadi harapan konsumen, dengan sistem kinerja aktual dari penyedia jasa, oleh karena itu pelayanan dapat dikatakan sebagai proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dan rutin, apabila pelayanan diterapkan dengan baik maka akan menciptakan suatu kepuasan tersendiri. Sebagaimana yang terjadi pada pelayanan perpustakaan di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Jawa Barat yang juga merupakan salah satu dinas yang dituntut untuk memberikan pelayanan berkualitas kepada setiap pengguna perpustakaan atau pemustaka dengan menggunakan sistem Radio Frequency Identification (RFId). RFId adalah sistem yang diterapkan guna mempermudah dan mempercepat pelayanan dan merupakan kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembalian bahan pustaka secara mandiri. Karena pelayanan perpustakaan berbasis RFId, di anggap ujung

tombak jasa perpustakaan, karena bagian inilah yang pertama kali berhubungan dengan pengguna atau pemakai serta paling sering di gunakan pemakai. Oleh karena itu, pihak perpustakaan harus dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan pengguna perpustakaan dalam mencapai kepuasan dan dapat pula membentuk kebutuhan akan keberadaan perpustakaan lebih diperhatikan kembali, karena apabila pengguna perpustakaan tidak dapat terpenuhi dengan baik maka akan mengakibatkan tingkat penurunan daya kunjungan pengguna perpustakaan t menurun secara bertahap. Adapun untuk mengetahui tingkat kulitas pelayanan peprustakaan berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dispusipda Jawa Barat, menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (Hardiansyah, 2011 : 46) terdapat lima dimensi kualitas pelayanan yaitu: 1. Fm,,, 2. Reliability atau kehandalan, yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan. 3. Responsiveness atau daya tanggap, yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap. 4. Assurance atau jaminan, yaitu mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko ataupun keragu-raguan. 5. Empathy atau empati, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan.

Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.1. Kerangka Pemikiran Pelayanan Perpustakaan Berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dispusipda Jawa Barat A. Lokasi perpustakaan Dispusipda Jawa Barat tidak strategis; B. SDM belum kompeten terhadap sistem RFId; C. Sistem RFId sering mengalami gangguan data maupun jaringan; 4. Tidak tersedianya fasilitas memadai untuk pembuatan kartu anggota, 5. Fasilitas membaca dan sistem peminjaman koleksi untuk kaum disabilitas masih terbatas; 6. Tidak transparansi terkait pengalokasian biaya keterlambatan buku. Tangibles Reliability Responsivenees Ansuranc Emphaty e Kualitas Pelayanan Perpustakaan Berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dispusipda Jawa Barat Sumber : Hasil Penelitian (diolah peneliti 2018) G. Proposisi Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, proposisi yang diajukan peneliti dalan penelitian ini adalah kualitas pelayanan perpustakaan berbasis Radio Frequency Identification (RFId) di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah

(Dispusipda) Jawa Barat berkaitan dengan inovasi pelayanan dan keberanian mengambil resiko, perhatian terhadap pemustaka, kemampuan pustakawan atau petugas, berorientasi kepada kepuasaan pemustaka, berorientasi pada hasil dan tim, agresifitas, dan stabilitas pelayanan perpustakaan berbasis RFId.