BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari kesehatan secara umum, sehingga upaya untuk mempertahankan. kondisi sehat dalam hal kesehatan reproduksi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting dan patut. bagi kehidupan seorang pria maupun wanita.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi

HUBUNGAN PERILAKU HYGIENE ORGAN REPRODUKSI DENGAN KEJADIAN ABNORMAL FLUOR ALBUS PADA REMAJA PUTRI DI SMP N 17 SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenal usia. Keputihan juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. berupa lendir jernih, tidak berwarna dan tidak berbau busuk (Putu, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

BAB I PENDAHULUAN. kelamin) (Manuaba Ida Bagus Gde, 2009: 61). Wanita yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (Leukore/fluor albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari. bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh kembang untuk mencapai

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG VULVA HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DESA MOJO KECAMATAN ANDONG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

Hubungan Personal Hygiene Organ Reproduksi dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Siswi Smk N 1 Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten Rembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan (leukorhea, white discharge atau flouralbus) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kognitif, moral, maupun sosial (Mahfiana&Yuliani,2009:1). Pada masa ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh menjadi

HUBUNGAN PERAWATAN GENETALIA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SANTRIWATI PONDOK PESANTREN AL IMAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Perilaku Vulva Hygiene Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Remaja Putri Kelas XII SMA GAMA 3 Maret Yogyakarta

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada saluran reproduksi (Romauli&Vindari, 2012). Beberapa masalah

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. pertama (1 kegagalan dalam kehamilan). Meskipun alat kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, remaja adalah masa transisi dari kanan-kanak menuju dewasa

Atnesia Ajeng, Asridini Annisatya Universitas Muhammadiyah Tangerang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kental dari vagina (Holmes et al, 2008) dan rongga uterus (Dorland, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. sikap dan tekad kemandirian manusia dan masyarakat Indonesia dalam rangka

APLIKASI TEORI HEALTH BELIEF MODEL DALAM PENCEGAHAN KEPUTIHAN PATOLOGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik, mental, emosional dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengambil peran yang cukup besar daripada ayah terutama pada. perkembangan anak perempuan, karena kesamaan gender dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Fluor albus (leukorea, vaginal discharge, keputihan) adalah salah satu

PENGARUH PENYULUHAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP PERSEPSI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENETALIA PADA SISWI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

SURAT PERNYATAAN EDITOR BAHASA INDONESIA. Judul : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Kelas X SMA AL AZHAR Medan

BAB I PENDAHULUAN. Keputihan atau fluor albus merupakan salah satu masalah yang banyak

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. hormone yang dikendalikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang

BAB I PENDAHULUAN. pematangan organ reproduksi manusia dan sering disebut dengan masa pubertas. Masa

BAB 1 PENDAHULUAN. segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan proses reproduksi yang

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

I. PENDAHULUAN. manusia, dan sering disebut masa peralihan. Tanda - tanda remaja pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan sistem reproduksi termasuk kebersihan daerah genetalia, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA (13-15 TAHUN) KELAS VII DAN VIII TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMPN 29 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Bagi seorang wanita menjaga kebersihan dan keindahan tubuh

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

Jurnal Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Hidup, 21/11 (2016), 69-78

Dinamika Kesehatan, Vol. 2 No. 2 Desember 2016 Herawati, et. al., Hubungan Pekerjaan & Vulva...

PERILAKU SANTRI MENJAGA KEBERSIHAN ORGAN GENITAL EKSTERNA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN

BAB I PENDAHULUAN. disertai rasa gatal yang hebat pada kemaluan % wanita di Indonesia. akseptor kontrasepsi Keluarga Berencana (KB).

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: kontrasepsi hormonal, pengetahuan perawatan organ reproduksi, keputihan. Cairan tersebut bervariasi dalam PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. periode transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Dalam masa remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PATOLOGI PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi resiko resiko kesehatan reproduksi. Kegiatan kegiatan seksual

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

BAB I PENDAHULUAN. fisik maupun mental (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. & Wartonah, 2006). Pengertian lain personal hygiene menurut Departemen

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menstruasi merupakan ciri khas kedewasaan seorang wanita, terjadi

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MERAWAT KEBERSIHAN VULVA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X DI SMA MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk penyakit repoduksi yang banyak

BAB V PEMBAHASAN. A. Lama Penggunaan KB IUD dan Kejadian Keputihan. 1 tahun masing-masing adalah sebanyak 15 responden (50%), sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

HUBUNGAN PERILAKU VULVA HYGIENE DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA REMAJA PUTRI DI DUSUN MIRI PENDOWOHARJO SEWON BANTUL. Eka Sari Pramastuti 1, Karjiyem 2

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sebelum dan selama menstruasi bahkan disertai sensasi mual. 1 Dalam istilah

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS 2 TENTANG VULVA HYGIENE DENGAN KEPUTIHAN DI MTs MASHLAHIYAH KRECEK BADAS

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS

HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Saya Mahasiswa Universitas Sari Mutiara Indonesia dengan Program Studi Ilmu

Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Kelas X Tentang Flour Albus Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEBERSIHAN ALAT GENITALIA SAAT MENSTRUASI

Risna Triyani dan Ardiani S. Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

PENGARUH DISMENORE TERHADAP AKTIVITAS PADA SISWI SMK BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan perubahan hormonal yang sudah mulai aktif. Saat pubertas, anak perempuan sudah mulai menstruasi dan mengeluarkan cairan dari vagina sehingga pengetahuan, sikap dan perilaku terkait kesehatan reproduksi menjadi sangat penting bagi remaja (Utama dkk., 2013). Keputihan sering terjadi pada wanita, khususnya pada remaja. Keputihan yang tidak mengganggu menurut Kasdu (2005) dan Manuaba dkk (2009) dapat disebabkan oleh faktor fisiologis dan psikologis seperti faktor hormonal, stres, adanya benda asing, atau menggunakan pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis. Sedangkan keputihan yang mengganggu bisa disebabkan oleh perilaku yang tidak bersih misalnya, menggunakan WC yang kotor, kurang menjaga kesehatan vagina, tidak mengganti pembalut saat menstruasi (Tim CancerHelps, 2010). Sekitar 75% wanita yang ada di seluruh dunia pernah mengalami keputihan sekali seumur hidupnya dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Syed dan Braverman, 2004). Angka kejadian masalah kesehatan reproduksi di Asia sebanyak 76% wanita yang 1

2 mengalami keputihan. Di Indonesia didapatkan data 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal sekali selama hidupnya dan 45% sisanya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih dalam seumur hidup (BKKBN, 2009). Keputihan yang tidak mengganggu yang terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan yang mengganggu apabila perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi pada daerah kewanitaan tidak baik. Keputihan yang mengganggu dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan beberapa penyakit serius diantaranya adalah infeksi pada panggul dan juga bisa mengakibatkan infertilitas atau kemandulan (Agustini, 2013). Keputihan juga merupakan suatu tanda atau gejala adanya kelainan organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), (Kasdu, 2005). Peningkatan kadar cairan keputihan juga dapat membentuk suatu endapan putih yang dapat menimbulkan rasa gatal dan membakar pada permukaan dinding vagina, serta dapat menimbulkan kemerahan dan pembengkakan atau peradangan pada dinding vagina (Hendrik, 2006). Masalah keputihan di Indonesia 75% wanita mengalami keputihan yang disebabkan karena iklim yang lembab sehingga mudah terkena infeksi jamur candida albicans dan parasit (Muninjaya, 2005). Upaya yang dilakukan remaja dengan menggunakan antiseptik yang banyak dijual dipasaran. Penggunaan antiseptik justru akan mengganggu ekosistem vagina terutama ph kehidupan bakteri baik, jika ph terganggu maka bakteri jahat akan berkembang lebih banyak dan mudah terkena penyakit salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2011). Berdasarkan data

3 statistik tahun 2009, jumlah remaja putri di DIY yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 68% mengalami keputihan patologi (Dinkes Propinsi DIY, 2013). Temon merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.Di Kecamatan Temon, terdapat 2 Puskesmas, yaitu Puskesmas Temon I dan Puskesmas Temon II. Puskesmas Temon II terletak di dusun Tanggalan desa Palihan kecamatan Temon.Wilayah kerja Puskesmas Temon II meliputi 7 desa, 46 dusun dan 47 posyandu. Di wilayah kerja Puskesmas Temon II, terdapat 2 Sekolah Menengah Atas, yaitu SMK Ma arif 2 Temon dan SMA N 1 Temon. Data yang diperoleh dari Puskesmas Temon II, diketahui bahwa terdapat keluhan kesehatan organ genital pada siswi di kedua sekolah tersebut 3 (tiga) tahun terakhir. Keluhan tersebut berupa keputihan dan gatal-gatal disekitar area organ genital mereka. Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa personal hygiene mereka kurang baik, sehingga mengakibatkan peningkatan keluhan terhadap gangguan organ genital mereka. Kebiasaan menggunakan celana ketat, jarang mengganti pembalut dan cara membersihkan setelah BAB (Buang Air Besar) mendominasi alasan mengapa mereka terkena gangguan kesehatan genital. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Temon. Pemilihan tempat didasarkan bahwa di SMA N 1 Temon terjadi peningkatan keluhan kesehatan reproduksi dari tahun 2015 sebanyak 40 siswi menjadi 57 siswi di tahun 2016(Puskesmas Temon II, 2016). Sedangkan di SMK Ma arif 2 trendnya menurun, sehingga tidak dilakukan penelitian di sekolah tersebut. Namun sekolah tersebut akan dijadikan sebagai tempat uji kuesioner. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan

4 penelitian tentang pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap persepsi untuk melakukan pencegahan keputihan yang diukur berdasarkan aplikasi teori Health Belief Model (HBM) pada Siswi SMA N 1 Temon. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap skor persepsi kerentanan, keseriusan, keuntungan, kerugian, dan dorongan untuk bertindak perilaku pencegahan keputihan Siswi SMA N 1 Temon sebelum dan setelah penyuluhan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap skor persepsi kerentanan, keseriusan, keuntungan, kerugian, dan dorongan untuk bertindak perilaku pencegahan keputihan Siswi SMA N 1 Temon sebelum dan setelah penyuluhan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran persepsi upaya pencegahan keputihan pada Siswi SMA N 1 Temon berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) sebelum diberikan penyuluhan. b. Mengetahui gambaran persepsi upaya pencegahan keputihan pada Siswi SMA N 1 Temon berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) setelah diberikan penyuluhan.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Ilmu Kedokteran Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal terkait keputihan pada tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasien yang terkait dengan keluarga, komunitas, dan lingkungan di mana pasien tersebut berada. 2. Manfaat Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk upaya-upaya meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan keputihan. 3. Manfaat Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada siswi, dan sebagai pedoman sekolah untuk melakukan program khusus mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi untuk siswa-siswanya. 4. Manfaat Bagi Penulis Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan penulis terkait dengan pemberian informasi dan pendidikan kesehatan terutama yang berkaitan dengan keputihan pada remaja.

6 E. Keaslian Penelitian 1. Persepsi Tentang Keputihan Pada Remaja Putri di SMP Negeri 29 Semarang, Sari (2013). Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 29 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Hasil penelitian diketahui persepsi remaja putri tentang keputihan 55% buruk. Persepsi remaja tentang pengertian keputihan 62% buruk, sedangkan tentang penyebab keputihan 52% baik, persepsi remaja putri tentang tanda dan gejala keputihan 58% buruk, persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan 60% buruk, dan 70% remaja putri memiliki persepsi buruk tentang penanganan keputihan. Kesimpulannya, persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tentang persepsi keputihan pada remaja, sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitiannya, yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengukuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori HBM. 2. Persepsi dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Johar dkk., (2013). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi dan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Jenis penelitian adalah deskriptif. Hasil penelitian diketahui persepsi remaja putri terhadap keputihan sebagian besar negatif sebanyak

7 40 responden (54,8%) dan persepsi positif sebanyak 33 responden (45,2%). Upaya pencegahan keputihan sebagian besar cukup sebanyak 31 responden (42,5%). Upaya pencegahan baik sebanyak 29 responden (39,7%) dan kurang sebanyak 13 (17,8%). Kesimpulannya, persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tentang persepsi tentang keputihan. Perbedaannya terletak pada desain penelitiannya yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengukuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori HBM. 3. Aplikasi Teori Health Belief Model dalam Pencegahan Keputihan Patologis. Kurniawati dan Sulistyowati (2014). Tujuan penelitian untuk menganalisis perilaku remaja putri dalam mencegah keputihan patologis di SMK YPM 3 Taman. Merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi dalam melakukan tindakan pencegahan keputihan yang juga didukung dengan isyarat untuk melakukan tindakan. Persepsi hambatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam tindakan pencegahan keputihan patologis. Kesimpulannya persamaan dengan penelitian ini adalah mengukur persepsi menggunakan teori HBM. Perbedaannya terletak pada desain penelitiannya, yaitu kuasi ekperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengkuran

8 persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). 4. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada mahasiswi kebidanan STIK Bina Husada Palembang tahun 2014. Widyasari (2014). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswi kebidanan STIK Bina Husada Palembang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan persepsi pada perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada desain penelitiannya yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengkuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori Health Belief Model / HBM.