BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan reproduksi termasuk salah satu dari masalah remaja yang perlu mendapatkan perhatian oleh semua kalangan (Soetjiningsih, 2004). Berbagai masalah pada masa remaja bisa meningkat terutama dalam bidang repoduksi dikarenakan perubahan hormonal yang sudah mulai aktif. Saat pubertas, anak perempuan sudah mulai menstruasi dan mengeluarkan cairan dari vagina sehingga pengetahuan, sikap dan perilaku terkait kesehatan reproduksi menjadi sangat penting bagi remaja (Utama dkk., 2013). Keputihan sering terjadi pada wanita, khususnya pada remaja. Keputihan yang tidak mengganggu menurut Kasdu (2005) dan Manuaba dkk (2009) dapat disebabkan oleh faktor fisiologis dan psikologis seperti faktor hormonal, stres, adanya benda asing, atau menggunakan pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis. Sedangkan keputihan yang mengganggu bisa disebabkan oleh perilaku yang tidak bersih misalnya, menggunakan WC yang kotor, kurang menjaga kesehatan vagina, tidak mengganti pembalut saat menstruasi (Tim CancerHelps, 2010). Sekitar 75% wanita yang ada di seluruh dunia pernah mengalami keputihan sekali seumur hidupnya dan sebanyak 45% wanita mengalami keputihan dua kali atau lebih, sedangkan pada kaum wanita yang berada di Eropa angka keputihan sebesar 25%, dimana 40-50% akan mengalami kekambuhan (Syed dan Braverman, 2004). Angka kejadian masalah kesehatan reproduksi di Asia sebanyak 76% wanita yang 1
2 mengalami keputihan. Di Indonesia didapatkan data 75% wanita pernah mengalami keputihan minimal sekali selama hidupnya dan 45% sisanya bisa mengalami keputihan sebanyak dua kali atau lebih dalam seumur hidup (BKKBN, 2009). Keputihan yang tidak mengganggu yang terjadi pada remaja bisa menjadi keputihan yang mengganggu apabila perilaku dalam menjaga kesehatan reproduksi pada daerah kewanitaan tidak baik. Keputihan yang mengganggu dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan dalam jangka waktu lama akan menyebabkan beberapa penyakit serius diantaranya adalah infeksi pada panggul dan juga bisa mengakibatkan infertilitas atau kemandulan (Agustini, 2013). Keputihan juga merupakan suatu tanda atau gejala adanya kelainan organ reproduksi wanita. Kelainan tersebut dapat berupa infeksi, polip leher rahim, keganasan (tumor dan kanker), (Kasdu, 2005). Peningkatan kadar cairan keputihan juga dapat membentuk suatu endapan putih yang dapat menimbulkan rasa gatal dan membakar pada permukaan dinding vagina, serta dapat menimbulkan kemerahan dan pembengkakan atau peradangan pada dinding vagina (Hendrik, 2006). Masalah keputihan di Indonesia 75% wanita mengalami keputihan yang disebabkan karena iklim yang lembab sehingga mudah terkena infeksi jamur candida albicans dan parasit (Muninjaya, 2005). Upaya yang dilakukan remaja dengan menggunakan antiseptik yang banyak dijual dipasaran. Penggunaan antiseptik justru akan mengganggu ekosistem vagina terutama ph kehidupan bakteri baik, jika ph terganggu maka bakteri jahat akan berkembang lebih banyak dan mudah terkena penyakit salah satunya ditandai dengan keputihan (Iskandar, 2011). Berdasarkan data
3 statistik tahun 2009, jumlah remaja putri di DIY yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun 68% mengalami keputihan patologi (Dinkes Propinsi DIY, 2013). Temon merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Kulon Progo.Di Kecamatan Temon, terdapat 2 Puskesmas, yaitu Puskesmas Temon I dan Puskesmas Temon II. Puskesmas Temon II terletak di dusun Tanggalan desa Palihan kecamatan Temon.Wilayah kerja Puskesmas Temon II meliputi 7 desa, 46 dusun dan 47 posyandu. Di wilayah kerja Puskesmas Temon II, terdapat 2 Sekolah Menengah Atas, yaitu SMK Ma arif 2 Temon dan SMA N 1 Temon. Data yang diperoleh dari Puskesmas Temon II, diketahui bahwa terdapat keluhan kesehatan organ genital pada siswi di kedua sekolah tersebut 3 (tiga) tahun terakhir. Keluhan tersebut berupa keputihan dan gatal-gatal disekitar area organ genital mereka. Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa personal hygiene mereka kurang baik, sehingga mengakibatkan peningkatan keluhan terhadap gangguan organ genital mereka. Kebiasaan menggunakan celana ketat, jarang mengganti pembalut dan cara membersihkan setelah BAB (Buang Air Besar) mendominasi alasan mengapa mereka terkena gangguan kesehatan genital. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Temon. Pemilihan tempat didasarkan bahwa di SMA N 1 Temon terjadi peningkatan keluhan kesehatan reproduksi dari tahun 2015 sebanyak 40 siswi menjadi 57 siswi di tahun 2016(Puskesmas Temon II, 2016). Sedangkan di SMK Ma arif 2 trendnya menurun, sehingga tidak dilakukan penelitian di sekolah tersebut. Namun sekolah tersebut akan dijadikan sebagai tempat uji kuesioner. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan
4 penelitian tentang pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap persepsi untuk melakukan pencegahan keputihan yang diukur berdasarkan aplikasi teori Health Belief Model (HBM) pada Siswi SMA N 1 Temon. B. Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap skor persepsi kerentanan, keseriusan, keuntungan, kerugian, dan dorongan untuk bertindak perilaku pencegahan keputihan Siswi SMA N 1 Temon sebelum dan setelah penyuluhan? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap skor persepsi kerentanan, keseriusan, keuntungan, kerugian, dan dorongan untuk bertindak perilaku pencegahan keputihan Siswi SMA N 1 Temon sebelum dan setelah penyuluhan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran persepsi upaya pencegahan keputihan pada Siswi SMA N 1 Temon berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) sebelum diberikan penyuluhan. b. Mengetahui gambaran persepsi upaya pencegahan keputihan pada Siswi SMA N 1 Temon berdasarkan teori Health Belief Model (HBM) setelah diberikan penyuluhan.
5 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Bagi Ilmu Kedokteran Keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai dasar untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal terkait keputihan pada tingkat pertama, menyeluruh dan berkesinambungan kepada pasien yang terkait dengan keluarga, komunitas, dan lingkungan di mana pasien tersebut berada. 2. Manfaat Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk upaya-upaya meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan keputihan. 3. Manfaat Bagi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan reproduksi yang terjadi pada siswi, dan sebagai pedoman sekolah untuk melakukan program khusus mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi untuk siswa-siswanya. 4. Manfaat Bagi Penulis Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan wawasan penulis terkait dengan pemberian informasi dan pendidikan kesehatan terutama yang berkaitan dengan keputihan pada remaja.
6 E. Keaslian Penelitian 1. Persepsi Tentang Keputihan Pada Remaja Putri di SMP Negeri 29 Semarang, Sari (2013). Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi remaja putri tentang keputihan di SMP Negeri 29 Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Hasil penelitian diketahui persepsi remaja putri tentang keputihan 55% buruk. Persepsi remaja tentang pengertian keputihan 62% buruk, sedangkan tentang penyebab keputihan 52% baik, persepsi remaja putri tentang tanda dan gejala keputihan 58% buruk, persepsi remaja putri tentang pencegahan keputihan 60% buruk, dan 70% remaja putri memiliki persepsi buruk tentang penanganan keputihan. Kesimpulannya, persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tentang persepsi keputihan pada remaja, sedangkan perbedaannya terletak pada desain penelitiannya, yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengukuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori HBM. 2. Persepsi dan Upaya Pencegahan Keputihan Pada Remaja Putri Di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Johar dkk., (2013). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui persepsi dan upaya pencegahan keputihan pada remaja putri di SMA Muhammadiyah 1 Semarang. Jenis penelitian adalah deskriptif. Hasil penelitian diketahui persepsi remaja putri terhadap keputihan sebagian besar negatif sebanyak
7 40 responden (54,8%) dan persepsi positif sebanyak 33 responden (45,2%). Upaya pencegahan keputihan sebagian besar cukup sebanyak 31 responden (42,5%). Upaya pencegahan baik sebanyak 29 responden (39,7%) dan kurang sebanyak 13 (17,8%). Kesimpulannya, persamaan dengan penelitian ini adalah meneliti tentang persepsi tentang keputihan. Perbedaannya terletak pada desain penelitiannya yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengukuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori HBM. 3. Aplikasi Teori Health Belief Model dalam Pencegahan Keputihan Patologis. Kurniawati dan Sulistyowati (2014). Tujuan penelitian untuk menganalisis perilaku remaja putri dalam mencegah keputihan patologis di SMK YPM 3 Taman. Merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi persepsi dalam melakukan tindakan pencegahan keputihan yang juga didukung dengan isyarat untuk melakukan tindakan. Persepsi hambatan merupakan faktor yang paling mempengaruhi dalam tindakan pencegahan keputihan patologis. Kesimpulannya persamaan dengan penelitian ini adalah mengukur persepsi menggunakan teori HBM. Perbedaannya terletak pada desain penelitiannya, yaitu kuasi ekperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengkuran
8 persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). 4. Faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan dan penanganan keputihan patologis pada mahasiswi kebidanan STIK Bina Husada Palembang tahun 2014. Widyasari (2014). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku pencegahan keputihan patologis pada mahasiswi kebidanan STIK Bina Husada Palembang. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Hasil penelitian ini adalah adanya hubungan antara pengetahuan, sikap, dan persepsi pada perilaku pencegahan dan penanganan keputihan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah terletak pada desain penelitiannya yaitu menggunakan desain kuasi eksperimental dengan intervensi berupa penyuluhan kesehatan, dan pengkuran persepsi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu sebelum penyuluhan (pre), sesaat setelah penyuluhan (post test I), dan 4 minggu setelah penyuluhan (post test II). Selain hal tersebut, pengukuran persepsi keputihan pada penelitian ini berdasarkan teori Health Belief Model / HBM.