PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN DEPOT AIR MINUM DALAM MENJAMIN KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kimia fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). Air di dalam tubuh

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, air diperlukan untuk menunjang kehidupan, antara lain dalam kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi air minum sehari-hari. Berkurangnya air bersih disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB 1 : PENDAHULUAN. Keadaan higiene dan sanitasi rumah makan yang memenuhi syarat adalah merupakan faktor

KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM ISI ULANG PADA TINGKAT PRODUSEN DI KABUPATEN BADUNG

RENCANA TINDAK LANJUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk air minum (Meidhitasari, 2007). Air minum aman untuk

UJI BAKTERIOLOGIS AIR MINUM BEBERAPA RUMAH MAKAN DI KOTA PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH ANDREW VALENTINO B.P

I. PENDAHULUAN. pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum 1. Pada

ANALISA KEBERADAAN BAKTERI ESCHERICHIA COLI DALAM PRODUK AIR MINUM DARI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG ABSTRAK

KATA KUNCI : Analisis Kuantitatif, Bakteri Coliform, Air Minum Isi Ulang

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN, PERSONAL HIGIENE DENGAN JUMLAH BAKTERI Escherichia coli PADA DAMIU DI KAWASAN UNIVERSITAS DIPONEGOROTEMBALANG

Oleh: Joni Martin, SH, MH Peneliti Pertama Bidang Kepakaran Kebijakan Publik Tenaga Ahli Dr. Ahmad Subhan. SIP, M.Si

I. PENDAHULUAN. dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pendatang terutama pelajar. mencapai Rp /galon (Athena, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan hidup manusia sehari-harinya berbeda pada setiap tempat dan

bahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air sangat diperlukan oleh tubuh manusia seperti halnya udara dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

PERSYARATAN TEKNIS DEPOT AIR MINUM DAN PERDAGANGANNYA MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air tidak pernah lepas dari segala aspek kehidupan manusia, mulai dari hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi mahkluk hidup. Air yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan kualitas yang baik. Kehidupan tidak akan berlangsung tanpa air.

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KOTA TOMOHON TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan keberhasilan program sanitasi makanan dan minuman

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Air adalah materi esensial di dalam kehidupan. Tidak satupun makluk hidup

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Mahasiswa Program Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP 2. Dosen Program Magister Kesehatan Lingkungan, UNDIP 3. Dosen Program Doktor Ilmu Lingkungan, UNDIP

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Padang Selatan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Escherichia coli PADA JAJANAN ES BUAH YANG DIJUAL DI SEKITAR PUSAT KOTA TEMANGGUNG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manusia maupun binatang dan tumbuh-tumbuhan. Oleh karena itu air adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

Kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

sebagai vector/ agen penyakit yang ditularkan melalui makanan (food and milk

KAJIAN KUALITAS AIR MINUM YANG DIPRODUKSI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN PERSYARATAN MIKROBIOLOGIS TAHUN 2014

Sanitation and Drinking Water Quality on Drinking Water Station. Sanitasi dan Kualitas Air Minum pada Depot Air Minum (DAM)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Air

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

BAB I PENDAHULUAN. yang dimasak, kini masyarakat mengkonsumsi air minum isi ulang (AMIU).

KAJIAN SANITASI PERALATAN TERHADAP JUMLAH COLIFORM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA BANJAR. Tirana Nugraha 1)

ANALISIS KEPADATAN TOTAL BAKTERI DAN Escherichia coli PADA AIR MINUM ISI ULANG YANG DIPEROLEH DARI DEPO PENGISIAN DI KOTA SAMARINDA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

Total Coliform Dalam Air Bersih Dan Escherichia coli Dalam Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang

PENERAPAN ETIKA BISNIS TERHADAP KELAYAKAN DAN KEAMANAN AIR MINUM ISI ULANG DI KABUPATEN BOGOR. Abstract

UJI BAKTERIOLOGI AIR BAKU DAN AIR SIAP KONSUMSI DARI PDAM SURAKARTA DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangatlah bermacam-macam, dimulai dari

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERBANDINGAN UJI BAKTERIOLOGI AIR ANTARA AIR MINUM ISI ULANG DENGAN AIR MINUM DALAM KEMASAN DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

GAMBARAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM DARI DEPOT ISI ULANG DI KECAMATAN RANOYAPO

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di DAMIU Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo.

BAB 1 PENDAHULUAN. Es batu merupakan air yang dibekukan dan biasanya dijadikan komponen

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

KAJIAN KELAYAKANKUALITAS AIR MINUM ISI ULANG BERASALDARI AIR TANAH DI KECAMATAN TAMPAN KOTA PEKANBARU

Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungpinang, Kepulauan Riau, 29124

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

ASPEK KUALITAS AIR DAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN KOTA UTARA KOTA GORONTALO TAHUN 2012

PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMERIKSAAN KUALITAS AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat menyebabkan setiap orang memiliki bermacam-macam kebutuhan

KUESIONER PENELITIAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN HYGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM DI KECAMATAN MEDAN JOHOR TAHUN 2010

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

BAB I PENDAHULUAN. Target Millenium Development Goals (MDGs) ke-7 adalah setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3 DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, segala sesuatu dituntut untuk lebih praktis. Kondisi itu makin

I. PENDAHULUAN. dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya alam itu sendiri.

Purwitasari,.R.H, Zulkarnaini, Suyanto 2017 : 11 (1)

*Fakultas Kesehatan Masyarat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulamgi Manado

ANALISIS LETAK SUMBER AIR RUMAH TANGGA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MIJEN, SEMARANG TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Abstrak

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

INTISARI ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERJCHIA COLI PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG DI WILAYAH SUNGAI BESAR KOTA BANJARBARU

HIGIENE SANITASI DAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS AIR MINUM PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG (DAMIU) DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN

GAMBARAN PENGOLAHAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 (UU RI No. 36 Tahun 2009 pasal 48). Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUALITAS MIKROBIOLOGI PADA DEPOT AIR MINUM DI PUSKESMAS PURWOKERTO SELATAN TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA AIR BAKU, PROSES PENGOLAHAN DAN HIGIENE SANITASI DEPOT DENGAN KUALITAS BAKTERIOLOGIS PADA DEPOT AIR MINUM DI KOTA MANADO.

Transkripsi:

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 6 Nomor 02 Juli 2015 Literatur Review PENGAWASAN TERHADAP PENYELENGGARAAN DEPOT AIR MINUM DALAM MENJAMIN KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG SUPERVISION OF IMPLEMENTATION OF DRINKING WATER DEPOT IN ENSURING QUALITY OF REFILL DRINKING WATER Imelda Gernauli Purba Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya email: imeldapurba7@gmail.com;purbaimel@yahoo.com, HP: 081367519828 ABSTRACT Background: The increasing number of refill drinking water depot does not guarantee the needs of the community drinking water that meets the quality requirements because of many drinking water that produced by the depot did not conform to the quality requirements. The aim of this study was to discuss the importance of the supervision of the implementation of drinking water depot. Method: This studies is a literature review that using various reference sources to support the content of subject. Result: The quality of drinking water that produced by depot that does not conform to the standards can indicate that weak supervision in management of drinking water depot. Management system approach is important applied in carrying out supervision of depot management by owner and government, so that supervision can be run effectively and efficiently. Conclusion: Optimized supervision of drinking water depot operation is an important factor in the success depot producing drinking water that meets quality standard. Keywords: depot. drinking water, supervision, quality standard ABSTRAK Latar Belakang: Meningkatnya jumlah depot air minum isi ulang tidak menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan air minum yang memenuhi syarat kualitas karena banyak depot yang memproduksi air minum yang tidak memenuhi kualitas yang dipersyaratkan. Tujuan studi ini adalah membahas pentingnya pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum. Metode: Metode penulisan ini adalah studi literatur yang menggunakan berbagai sumber referensi untuk mendukung isi pokok bahasan. Hasil : Kualitas Air minum yang tidak memenuhi standar yang diproduksi depot menunjukkan lemahnya pengawasan dalam penyelenggaraan depot air minum. Pendekatan sistem manajemen penting diterapkan dalam melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan depot oleh pengusaha depot dan pemerintah sehingga pengawasan dapat berjalan efektif dan efisien. Kesimpulan: Pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan depot air minum menjadi faktor penting dalam keberhasilan depot memproduksi air minum yang memenuhi standard kualitas. Kata Kunci: depot, air minum, pengawasan, standar kualitas 63

PENDAHULUAN Air merupakan salah satu tolok ukur atau sarana dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, sebab di samping sebagai kebutuhan utama manusia, air juga menjadi salah satu media penularan penyakit. Air yang digunakan masyarakat untuk keperluan sehari-hari, terutama untuk kebutuhan air minum harus syarat kesehatan dalam mencegah timbulnya berbagai penyakit khususnya water borne disease. 1 Pada Millenium Development Goals (MDGs) pada goalnya yang ke-7 yakni menjamin kelestarian lingkungan hidup target 10 yaitu menurunkan separuh proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada tahun 2015, terdapat 2 indikator pemantau pencapaian target, yaitu proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindungi dan berkelanjutan dan proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak. Ada tiga pendekatan yang digunakan dalam memantau akses air minum yakni akses terhadap air perpipaan, akses terhadap sumber air minum terlindung, dan akses terhadap penyediaan air minum. Salah satu indikator akses terhadap air minum adalah sumber air tidak terlindung, satu diantaranya adalah air isi ulang. 2 Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia menyebabkan kebutuhan akan air minum juga meningkat sehingga berbagai sarana penyediaan air minum juga jumlahnya semakin meningkat dengan pesat, baik air minum dalam kemasan maupun air minum isi ulang karena dari segi kepraktisan kedua jenis sarana air minum ini memang begitu menjanjikan. Depot air minum isi ulang menjadi pilihan kebanyakan masyarakat perkotaan juga sudah mulai merambah ke daerah pedesaan karena harganya yang relatif ekonomis dibanding air minum dalam kemasan. Hal ini mengakibatkan jumlah depot air minum isi ulang semakin hari semakin menjamur, dan bagi pemilik usaha depot air minum ini menjanjikan keuntungan. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Pengadaan air bersih untuk keperluan air minum, harus memenuhi persyaratan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan secara fisika, mikrobiologi, kimia, dan radioaktif. 3 Pada kenyataannya kualitas air minum yang diproduksi oleh depot air minum sering bermasalah karena belum memenuhi standar air minum, hal ini didukung oleh beberapa penelitian. Hasil analisis sampel air minum isi ulang di 10 kota besar di Indonesia (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Cikampek, Medan, Denpasar, Yogyakarta, Semarang dan Surabaya) menyatakan 34% sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas air minum berdasarkan Kepmenkes RI No. 907/Menkes/SK/VII/2002, 16% sampel tercemar bakteri coliform. 4 Hasil penelitian pada sampel air minum isi ulang di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, terdapat 4 depot tercemar bakteri Escherichia coli dan Total coliform. 5 Kualitas air minum yang diproduksi depot di Kecamatan Bungus Padang berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan 55,5% sampel tidak memenuhi persyaratan secara mikrobiologi dimana hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan 5 dari 9 sampel mengandung Escherichia coli. 6 Hasil penelitian Pradana menyebutkan dari hasil analisis laboratorium terdapat 5 depot yang belum memenuhi parameter total coliform dari 8 depot air minum isi ulang yang diperiksa. 7 Saleh juga menyebutkan sebesar 37 % AMIU di kota Pekalongan tidak memenuhi syarat kualitas bakteriologis. 8 Banyaknya depot air minum yang memproduksi air minum yang belum memenuhi standar kualitas, tentu akan berbahaya bagi Virlita, Destriatania, Febry, Persepsi Kebiasaan Konsumsi Serat pada Remaja SMP dan SMA 64

kesehatan masyarakat yang mengkonsumsi air minum dari depot, diantaranya terjadinya penyakit diare, seperti yang telah dibuktikan oleh hasil penelitian Thomasia (2012) bahwa ada hubungan signifikan antara Escherichia coli pada depot air minum isi ulang dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili tahun 2012 (p=0,02; OR =8,55). 9 Bertolak dari permasalahan ini maka perlu dibahas aspek pentingnya pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum. Kajian ini ditulis menggunakan teknik studi literature yang memanfaatkan berbagai sumber referensi untuk mendukung isi pokok bahasan. Untuk memperkuat fakta uraian, digunakan datadata tersier yang didapat dari literature cetak maupun elektronik seperti jurnal. Kajian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengelola depot air minum dalam memproduksi air minum, pemerintah khususnya instansi terkait yang melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum, serta masyarakat sebagai konsumen sekaligus pemerhati penyelenggaraan depot air minum. PEMBAHASAN Depot Air minum Depot air minum didefinisikan sebagai usaha industri yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. 10 Depot air minum sebagai salah satu penyelenggara penyediaan air minum di dalam memproduksi air minum wajib memenuhi persyaratan kualitas air minum yang aman bagi kesehatan, yakni memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif sebagaimana yang telah ditentukan dalam Permenkes no 492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum. Proses pengolahan air pada depot air minum dilakukan melalui unit pengolahan yaitu: 10 1. Tangki penampung air baku 2. Unit pengolahan air (water treatment) yang terdiri dari : a) Prefilter Alat ini berfungsi menyaring partikel kasar. b) Karbon filter Alat ini berfungsi sebagai penyerap bau, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik. c) Filter lain Filter ini berfungsi sebagai saringan halus berukuran maksimal 10 micron, dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan tertentu. d) Alat desinfektan yang berfungsi untuk membunuh kuman patogen. 3. Alat pengisian, berfungsi memasukkan air minum kedalam wadah. Proses pengolahan air minum isi ulang terdiri dari penampungan air baku, penyaringan, desinfeksi/sterilisasi dan pengisian. Proses pengolahan air minum pada intinya harus dapat menghilangkan semua jenis polutan baik pencemar fisik kimia maupun pencemar biologi. 11 Pengawasan terhadap Penyelenggaraan Depot Air Minum Peningkatan jumlah depot air minum idealnya berpengaruh positif terhadap peningkatan akses air minum yang memenuhi syarat kualitas. Namun kenyataannya hal tersebut belum dapat terwujud oleh karena masih banyaknya ditemui air minum dari depot yang tidak memenuhi syarat. Beberapa hasil penelitian yang menyebutkan banyaknya depot air minum yang memproduksi air minum yang tidak syarat kesehatan menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum. Permasalahan ini harus segera diatasi dengan serius melalui fungsi pengawasan yang baik oleh pemilik depot air minum, pemerintah, maupun masyarakat mengingat air minum merupakan hal yang vital bagi kehidupan manusia. 65 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 02 Juli 2015

Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Jadi fungsi pengawasan adalah penetapan standard kinerja dan tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai standar kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya 12, dengan demikian dalam melakukan pengawasan, ada tiga langkah penting yang perlu diterapkan, yaitu 13 : 1. Pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai 2. Hasil kerja dibandingkan dengan tolok ukur yang telah dibuat dalam perencanaan 3. Perbaikan segera terhadap penyimpangan yang ditemukan dengan mencari faktor penyebab dan menentukan langkah dalam mengatasinya. Pemerintah telah menetapkan standar kualitas air minum dan setiap pelaku usaha yang memproduksi air minum, termasuk usaha depot air minum wajib mematuhi peraturan tersebut. Hal ini berarti sudah jelas ada standar yang harus dicapai yakni kualitas air minum yang diproduksi harus memenuhi syarat fisik, kimia, mikrobiologis, dan radiologis. Tugas besar yang harus segera dilakukan adalah bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh pemilik usaha depot air minum dan pemerintah untuk mencapai standar kualitas air minum tersebut, disinilah pentingnya fungsi pengawasan yang sungguhsungguh baik oleh pelaku usaha terlebih oleh pemerintah sebagai regulator. Menurut Kepmenperindag RI No 651/MPP /Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya, dikatakan bahwa pengawasan terhadap depot diantaranya penggunaan air baku, proses produksi, mesin dan peralatan, dan perdagangannya yang dilaksanakan secara berkala atau sewaktu jika penting. Selain itu pemantauan juga dilakukan pada aspek sanitasi lingkungan diantaranya kebersihan lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan, pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, aspek personal hygiene karyawan, dan kualitas bakteriologis pada depot air minum isi ulang. 14 Pengawasan terhadap depot air minum dilakukan secara internal dan secara eksternal. Berdasarkan subjek yang melakukan pengawasan, maka jenis pengawasan terdiri dari 2 (dua) jenis, pertama pengawasan internal dan kedua, pengawasan eksternal. Pengawasan internal (internal control) adalah pengawasan yang dilakukan secara mandiri terhadap tugas yang dibebankan kepada setiap pekerja, sedangkan pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan terhadap seseorang atau bagian oleh orang lain. 12 Jadi pengawasan secara internal terhadap depot air minum dilakukan oleh penyelenggara air minum sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota atau oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) khusus untuk wilayah kerja KKP. 3 Pengawasan eksternal terhadap depot air minum dapat dilakukan secara optimal melalui pendekatan sistem., yang terdiri dari komponenkomponen: 1. Input (Masukan) Input adalah sumber daya yang dikonsumsikan oleh suatu sistem, 15 dalam hal ini menyangkut pemanfaatan berbagai sumber daya yang digunakan untuk mendukung proses pelaksanaan kegiatan program pengawasan penyelenggaraan depot air minum, meliputi: a. Sumber Daya Manusia (Man) Sumber daya manusia dalam suatu organisasi memiliki peran dan fungsi penting bagi pencapaian tujuan yang hendak dicapai oleh sebuah organisasi. Sumber daya manusia dalam suatu organisasi mencakup keseluruhan manusia yang terlibat dalam operasionalisasi kegiatan perusahaan atau sebuah organisasi mulai dari level paling bawah hingga level paling atas. Keseluruhan sumber daya Virlita, Destriatania, Febry, Persepsi Kebiasaan Konsumsi Serat pada Remaja SMP dan SMA 66

manusia memiliki peran yang sama dalam mencapai tujuan perusahaan walaupun ada perbedaan level, sehingga jika terjadi pengabaian terhadap salah satu bagian dari sumber daya tersebut maka akan berimplikasi serius terhadap terhambatnya pencapaian tujuan organisasi. 12 Pengawasan depot air minum secara eksternal oleh dinas kesehatan dilakukan oleh sumber daya manusia yang telah ditetapkan secara terstruktur berdasarkan aturan atau kebijakan pemerintah. Petugas pengawasan depot air minum pada dinas kesehatan yang menangani langsung pengawasan depot air minum berada di seksi penyehatan lingkungan sedangkan petugas pengawasan dari puskesmas berada di seksi sanitasi. Keseluruhan petugas yang terlibat pada pengawasan depot air minum ini memiliki peranan yang sama pentingnya sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan penyelenggaraan pengawasan depot air minum. Menurut Stoner manajemen sumber daya manusia merupakan suatu prosedur yang berkelanjutan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orangrang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi memerlukannya. 13 Terwujudnya sumber daya manusia atau petugas pengawasan depot air minum yang produktif, efektif dan efisien ditentukan oleh keberhasilan manajemen sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang efektif dapat diartikan sebagai petugas yang mampu melakukan pekerjaan yang benar, efisien maksudnya pekerja yang mampu melakukan sesuatu dengan benar. 12 Hal penting di sini adalah bagaimana mendapatkan dan memelihara orang yang tepat sebagai petugas pengawas depot air minum baik di dinas kesehatan kota maupun di puskesmas. Penempatan petugas sesuai bidang keilmuan dan kualifikasi pendidikan menjadi salah satu penentu tercapainya petugas pengawasan yang efektif dan efisien. Selain itu pemeliharaan petugas juga hal yang sangat penting, diantaranya pelatihan dan pengembangan, penilaian kinerja, insentif atau reward, kesemuanya ini dapat meningkatkan kinerja petugas dalam melakukan pengawasan depot air minum. b. Dana (Money) Dana merupakan anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu program. Aspek keuangan berperan penting dalam terlaksananya program pengawasan depot air minum, dalam hal ini pemerintah tentu harus mengalokasikan anggaran keuangan untuk pelaksanaan pengawasan tiap tahunnya, tanpa keuangan yang terencana dengan baik, tidak akan berjalan program pengawasan, padahal pengawasan harus ketat dilakukan sebab kecenderungan untuk terjadinya produksi air minum dari depot yang tidak sesuai standar akan berpotensi besar. Biaya yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan pengawasan depot air minum dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 10 Biaya pada program pengawasan depot air minum ini dialokasikan untuk berbagai keperluan diantaranya biaya pengadaan sarana dan prasarana, biaya maintenance sarana dan prasarana seperti biaya kalibrasi alat-alat laboratorium, perawatan alat transportasi dan komunikasi, perawatan software dan hardware. Alokasi biaya lainnya adalah untuk pelaksanaan di lapangan seperti biaya transportasi petugas dan pemeriksaan air baku di laboratorium kesehatan lingkungan dinas kesehatan. 67 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 02 Juli 2015

c. Sarana dan Prasarana (Material) Sarana dan Prasarana merupakan alat yang dibutuhkan dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pengawasan penyelenggaraan depot air minum berupa bangunan laboratorium yang memenuhi standar nasional, sarana transportasi, komunikasi, teknologi komputer serta tersedia software sebagai alat untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan pengawasan. d. Metode (Method) Metode adalah suatu prosedur dan cara yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan program pengawasan. Pengawasan terhadap penyelenggaraan depot air minum dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (indirect supervision). Siagian (2008) menyebutkan bahwa pengawasan tidak langsung merupakan pengawasan yang dilakukan oleh bawahan sehingga atasan hanya melihat catatan, dokumentasi dan laporan kegiatan, jadi teknik pengawasan dilakukan dengan laporan lisan dan tertulis. Sedangkan pengawasan langsung dilakukan dengan inspeksi langsung, observasi di tempat dan laporan di tempat. 16 Pengawasan depot air minum oleh dinas kesehatan dilakukan dengan metode secara langsung berupa observasi menggunakan check list dan buku pedoman pengawasan kualitas air minum. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui laporan puskesmas setiap bulannya. 2. Proses (Process) Stoner dkk (1995) menyebutkan manajemen merupakan suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. 17 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Henry Fayol menyebutkan bahwa fungsi-fungsi manajemen yang utama yang harus dilakukan manajer adalah antara lain: 13 1. Perencanaan untuk menentukan tujuan dan arah tindakan yang diikuti 2. Pengorganisasian untuk membagi pekerjaan diantara kelompok 3. Penggerakan anggota kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah ditentukan sebelumnya 4. Pengawasan kegiatan-kegiatan untuk menyesuaikan dengan rencana 5. Pengendalian sumber daya agar beroperasi secara optimal Jadi untuk tercapainya tujuan secara efektif dan efisien maka perlu didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen. 13 Program pengawasan penyelenggaraan depot air minum akan tercapai secara efektif dan efisien tentu jika dilaksanakan melalui fungsi-fungsi menajemen itu sendiri, yang terdiri dari: a. Perencanaan (Planning) Robbins dan Coulter (2002) menyebutkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang diawali dengan menetapkan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk mencapai tujuan organisasi secara menyeluruh serta merumuskan sistem perencanaan yang menyeluruh untuk mengintregrasikan dan mengkoordinasikan seluruh pekerjaan organisasi hingga tercapai tujuan organisasi. Jelas terlihat perencanaan berguna untuk merumuskan sesuatu yang ingin dicapai oleh suatu organisasi serta bagaimana cara mewujudkannya melalui rangkaian rencana kegiatan. 12 Sebelum melakukan pengawasan terhadap depot air minum, tentu banyak aspek penting yang perlu direncanakan secara matang, yang meliputi Sumber Daya Manusia secara kualitas maupun kuantitas, program kerja dan tugas pokok dan fungsi, pendanaan, sarana dan prasarana, pembahasan rencana kerja seksi, serta perencanaan waktu pelaksanaan program. Virlita, Destriatania, Febry, Persepsi Kebiasaan Konsumsi Serat pada Remaja SMP dan SMA 68

Program penyehatan kualitas air merupakan salah satu tugas pokok dari seksi penyehatan lingkungan di samping pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan umum dan penyehatan sanitasi makanan dan minuman. Perencanaan dana merupakan aspek penting yang harus dilakukan secara matang untuk dapat terlaksananya program pengawasan depot air minum dengan efektif. Perencanaan dana atau biaya untuk alokasi pelatihan SDM, sarana, prasarana dan operasional yang berasal dari APBD biasanya dilaksanakan pada awal tahun. Perencanaan waktu dalam hal ini menyangkut perencanaan waktu pelaksanaan pengawasan dan waktu pelaporan hasil pengawasan penyelenggaraan depot air minum. Dalam hal ini perlu dilakukan aturan yang tegas bagi petugas pengawas agar menyampaikan laporan hasil kegiatan pengawasannya dengan tepat waktu. Sarana dan prasarana penunjang mestinya harus direncanakan dengan baik seperti laboratorium kesehatan lingkungan, kendaraan operasional, komputer dilengkapi printer, dan alat komunikasi serta sarana lainnya yang dapat menunjang kelancaran kegiatan pengawasan depot air minum. Pada lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan tenaga sanitarian, disebutkan bahwa pemerintah kabupaten/kota melengkapi sanitarian yang bertugas dengan peralatan kesehatan lingkungan khususnya untuk kualitas air yaitu water contamination monitoring test kit, water quality GPS multi parameter, simple water test kit, waste water test kit, dan water test kit for microbiology. 18 Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian tugas. Pengorganisasian dilakukan dengan mengalokasikan keseluruhan sumber daya organisasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan kerangka kerja organisasi. Jadi pengorganisasian merupakan proses pengaturan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Shcermerhon (1996) menyebutkan pengorganisasian terdiri dari pembagian pekerjaan, penugasan, pengalokasian sumber daya dan koordinasi pekerjaan. 17 Pengorganisasian merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pengawasan depot air minum. Adanya pembagian tugas (job description) yang jelas untuk setiap tenaga yang terlibat dalam pengawasan depot air minum dilaksanakan oleh Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) dengan pelaksana kegiatan Sub bidang Kesehatan Lingkungan. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan (actuating) merupakan usaha untuk menciptakan kerja sama diantara pelaksana kegiatan untuk tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan sebagai salah satu fungsi manajemen bertujuan untuk: 13 1) Menciptakan kerja sama yang lebih efisien 2) Meningkatkan kapabilitas dan keterampilan petugas 3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai apa yang menjadi tanggung jawabnya 4) Organisasi dapat berkembang lebih dinamis Pengawasan terhadap depot meliputi penggunaan air baku, proses produksi, mesin dan peralatan, serta perdagangannya dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan. 10 Pengawasan terhadap depot air minum mencakup beberapa aspek yakni aspek sanitasi lingkungan diantaranya kebersihan lingkungan pengolahan, bangunan, tempat cuci tangan, pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah, aspek personal hygiene karyawan, dan kualitas bakteriologis pada depot. 14 Pengawasan 69 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 02 Juli 2015

eksternal dan internal dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara berkala dan atas indikasi pencemaran. Pengawasan eksternal berkala dilaksanakan pada unit pengisian wadah air minum, sedangkan untuk pengawasan internal berkala dilakukan pada unit pengolahan dan unit pengisian wadah air minum. 19 Inspeksi sanitasi air minum dari depot dilakukan dengan ketentuan yang didasarkan pada lokasi titik dan frekuensi minimal. Lokasi titik inspeksi terdiri dari asal air baku, alat pengangkut air baku, tendon, dan pencucian galon, yang masing-masing dilakukan 4 (empat) kali dalam setahun. 19 Penentuan banyaknya sampel dan banyaknya pengambilan sampel bagi air minum yang siap dimasukkan ke dalam wadah pada pelaksanaan pengawasan eksternal didasarkan pada ketetapan yang dapat dilihat pada Tabel 1. 9 Tabel 1. Jumlah dan Frekuensi Pengambilan Sampel Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel Mikrobiologi 1 bulan sekali 1 Fisika 1 bulan sekali 1 Kimia wajib 6 bulan sekali 1 Kimia tambahan 6 bulan sekali 1 Depot melaksanakan pengawasan internal pada kualitas air baku dan kualitas air minum yang siap dimasukkan ke dalam wadah/galon. Penentuan banyaknya dan jumlah pengambilan sampel pada kualitas air baku dilakukan dengan ketetapan yang dijelaskan dalam tabel 2. 9 Tabel 2. Jumlah dan Frekuensi Pengambilan sampel pada Kualitas Air baku Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel Mikrobiologi 1 bulan sekali 1 Fisika 1 bulan sekali 1 Kimia wajib 6 bulan sekali 1 Kimia tambahan 6 bulan sekali 1 Penentuan banyaknya dan jumlah pengambilan sampel pada kualitas air yang siap dimasukkan ke dalam wadah, didasarkan pada ketetapan dalam Tabel 3: 19 Tabel 3. Jumlah dan Frekuensi Pengambilan pada Kualitas Air yang Siap dimasukkan ke Wadah Parameter Frekuensi pengujian Jumlah sampel Mikrobiologi 1 bulan sekali 1 Fisika 1 bulan sekali 1 Kimia wajib 6 bulan sekali 1 Kimia tambahan 6 bulan sekali 1 Pemeriksaan berkala sangat perlu dilakukan untuk menjamin kualitas air minum dari depot air minum karena tanpa pengawasan eksternal ini, ada kecenderungan pemilik depot air minum untuk tidak memperhatikan kualitas air minum yang diproduksinya. Khoeriyah (2013) menyebutkan terdapat 14,3 % depot air minum belum memenuhi syarat, yang kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal diantaranya sumber air baku mengandung coliform, proses penjernihan yang belum memenuhi syarat, galon yang terkontaminasi coliform akibat pencucian yang kurang bersih atau penyegelan yang kurang baik. 20 Pengawasan (Controlling) (Evaluation) dan Evaluasi Program pengawasan depot air minum dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan oleh kepala dinas kesehatan dibantu oleh Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) dengan tujuan untuk menjaga agar kegiatan tetap mengarah pada tujuan dan mencegah terjadinya kesalahan. Pengawasan dilakukan terhadap laporan kegiatan yang berupa dokumentasi, laporan lisan dan dokumen laporan tertulis kegiatan yang dilakukan. 19 Controlling terhadap kegiatan pengawasan depot air minum Virlita, Destriatania, Febry, Persepsi Kebiasaan Konsumsi Serat pada Remaja SMP dan SMA 70

dilakukan saat kegiatan berlangsung, dalam hal ini perlu segera dilakukan perbaikan jika seandainya ditemukannya penyimpangan pada pelaksanaan kegiatan pengawasan. Program pengawasan depot air minum tidak hanya sampai pada tahap controlling tetapi juga perlu dilakukan evaluasi terhadap keseluruhan komponen pada program pengawasan depot air minum. Evaluasi dalam hal ini dimaksudkan terhadap output yang dilaksanakan setelah kegiatan selesai untuk mengetahui apakah output, effect atau out come program sudah sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. 15 Evaluasi pada program pengawasan depot air minum dilakukan dengan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output) dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar kegiatan pengawasan depot air minum yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau tingkat capaian dari program pengawasan depot air minum serta sebagai dasar penetapan rencana tindak lanjut. Pencatatan dan pelaporan kegiatan pengawasan eksternal dan internal air minum perlu dilakukan oleh pihak penyelenggara maupun dinas kesehatan kabupaten/kota dan KKP. Penyelenggara air minum wajib mencatat setiap kegiatan yang menyangkut pengawasan internal diantaranya rencana pengambilan dan pengujian sampel air minum, detail setiap data sampel, inspeksi sanitasi dan pengujian sampel air minum. Dinas kesehatan kabupaten/kota dan atau KKP juga harus melakukan pencatatan terhadap hasil kegiatan pengawasan eksternal dalam hal ini inspeksi sanitasi dan pengujian sampel air minum. Penyelenggara air minum melaporkan hasil pengujian sampel air minum di titik terjauh unit distribusi setiap bulan, temuan hasil pengawasan internal, penjelasan ringkas tentang area yang bermasalah dan tindakan perbaikan yang dilakukan kepada kepala dinas kesehatan kabupaten/kota. Sementara pelaporan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota dan atau KKP dilakukan dengan mengirimkan laporan pengawasan kualitas air minum berdasarkan laporan penyelenggara air minum dan hasil pengawasan eksternal kepada bupati/walikota setempat. 19 Output Output didefinisikan sebagai hasil langsung dari suatu sistem. 15 Output atau hasil tentu diharapkan mencapai standard yang telah ditetapkan di awal. Ketika pencapaian hasil tidak sesuai dengan standard yang ditetapkan maka perlu adanya evaluasi sehingga dapat dilakukan umpan balik (feedback), untuk memperbaiki atau melengkapi setiap komponen dalam sistem. Hasil yang diharapkan dari pengawasan depot air minum adalah tercapainya pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan depot air minum isi ulang. Tercapai atau tidaknya pengawasan yang optimal terhadap penyelenggaraan depot perlu dievaluasi sehingga dengan demikian dapat diberikan feedback untuk perbaikan berbagai unsur dalam sistem pengawasan. Out come Out come merupakan hasil atau dampak tidak langsung dari proses suatu sistem. 15. Tercapainya pengawasan yang optimal terhadap depot air minum akan menimbulkan dampak positif bagi tercapainya produksi air minum yang aman dengan kualitas yang memenuhi syarat. Peningkatan jumlah depot yang memproduksi air minum yang memenuhi standard kualitas tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan jumlah masyarakat yang dapat mengakses air minum yang syarat dengan kesehatan. Peningkatan akses masyarakat akan air minum yang memenuhi standard kualitas akan berpengaruh positif dalam penurunan angka kesakitan pada kejadian water borne disease. 71 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 02 Juli 2015

KESIMPULAN DAN SARAN Penyelenggaraan depot air minum masih merupakan masalah di Indonesia karena banyaknya depot yang memproduksi air minum yang tidak syarat dengan standar kualitas. Rendahnya kualitas air minum yang diproduksi depot dapat menjadi indikator lemahnya fungsi pengawasan dalam penyelenggaraan depot air minum, baik secara internal maupun secara eksternal. Pencapaian kualitas Air minum isi ulang yang aman bagi kesehatan ditentukan oleh adanya pengawasan yang optimal terhadap keseluruhan rangkaian proses produksi air minum secara internal oleh pengusaha depot sebagai pelaku produksi, terutama pengawasan eksternal oleh pemerintah sebagai regulator sekaligus pengawas eksternal. Oleh karena itu pelaksanaan pengawasan seharusnya dilakukan dengan sungguh-sungguh melalui pendekatan sistem manajemen sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA 1 Noto Atmodjo S. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta.2007. 2 Depkes RI. Laporan Riset kesehatan dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. 3 Depkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 /MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.2010. 4 Keman, S. Quality Of Refilled Drinking Water in Surabaya. Folia medica Indonesiana.2005.Vol. 41 No.1. Diakses dari Cityhttp://journal.unair.ac.id/filerPDF/Soedj ajadie.pdf ( 4 Februari 2014) 5 Adiatma, R., Danang Endarto, Setya Nugraha. 2014. Studi Persebaran Depot Air Minum Isi Ulang dan Kualitas Air Minum Isi Ulang Secara Mikrobiologis di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2014 Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=332584&val=4079&title 6 Wandrivel, R, Netti Suharti, Yuniar Lestari. Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi diakses dari http://jurnal.fk.unand.ac.id/articles/vol_1no_ 3/129-133.pdf (Mei, 2015) 7 Pradana, A.Y., Bowo Joko Marsono. Uji Kualitas Air Minum Isi Ulang di Kecamatan Sukodono, Sidoarjo Ditinjau dari Perilaku dan Pemeliharaan Alat. Jurnal Teknik Pomits. 2013. Vol.2, No.2, ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 8 Saleh, R., Onny Setiany, Nurjazuli. Efektivitas Unit Pengolahan Air di Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) dalam Menurunkan Kadar Logam (Fe, Mn) dan Mikroba di Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia. 2013. Vol.12 No.1 diakses dari http://www.ebookspdf.org 9 Tomasia A. M. DO R. E Sousa. Abstrak. Hubungan escherichia coli pada depot air minum isi ulang dengan kejadian diare pada balita di Kecamatan Dom Aleixo Kabupaten Dili Timor-Leste tahun 2012. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak- 20318082.pdf 10 Keputusan Menteri Perindustrian Dan Perdagangan Republik Indonesia nomor 651/MPP /Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya 11 Yudo, S, Raharjo, PN. Evaluasi Teknologi Air Minum Isi Ulang di DKI Jakarta. Diakses dari http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/jai/articl e/view/48 Vol 1 No. 3 (15 April 2014) 12 Sule, E.T., Saefullah, Kurniawan. Pengantar Manajemen, Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media. 2005 13 Syafrudin. Organisasi dan manajemen pelayanan Kesehatan dalam kebidanan. Jakarta : Penerbit Trans Info Media. 2009 Virlita, Destriatania, Febry, Persepsi Kebiasaan Konsumsi Serat pada Remaja SMP dan SMA 72

14 Munandar, A. Teknik Pengawasan Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu).2013.Diakses dari http://bapelkescikarang.or.id/bapelkescikara ng/index.php? (17 februaari 2014) 15 Muninjaya, A.A.G. Manajemen Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC.1999 16 Murnawantika, D. Pengaruh Pengawasan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada Cv. Putra Kaltim Di Samarinda.2014. diakses dari http://ejournal.adbisnis.fisipunmul.ac.id/site/ 17 Wijayanto, D. Pengantar manajemen. Jakarta : PT. Gramedia pustaka Utama. 2012 18 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Tenaga Sanitarian. 2013. 19 Depkes RI. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan No 736 Tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum. 2010. 20 Khoeriyah, A., Anies, Henna Rya Sunoko. Aspek Kualitas Bakteriologi Dan Hygiene Sanitasi Fisik Depot Air Minum Isi Ulang (Damiu) Di Kecamatan Cimareme Kabupaten Bandung Barat. Diakses dari http://eprints.undip.ac.id/40580/1/010- Ari_Khoeriyah.Pdf (2 Agustus 2015). 73 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 02 Juli 2015