BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuh dan berkembangnya perusahan perusahan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 10 Tahun 2017 Seri E Nomor 6 PERATURAN WALI KOTA BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG

SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 1V NILAI KEADILAN USAHA WARALABA INDOMARET DAN ALFAMART. A. Prinsip-prinsip Keadilan Bisnis Waralaba di Kecamatan Pesantren Kota

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

I. PENDAHULUAN. kecil, serta melalui sistem penjualan grosir maupun retail merupakan perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mendorong pelaku usaha untuk melakukan pengembangan dalam

KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.

SUKSES BISNIS RITEL MODERN

BAB II KERANGKA TEORI. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

Peraturan...

OLEH : AKBP RADIANT, S.I.K., M.HUM. KASUBDIT I / INDAGSI DITresKRIMSUS POLDA JATIM

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya orang yang menggunakan sistem on-line di dalam. saling terhubung yang menjangkau seluruh dunia.

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara berkembang yang terus berproses untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bisnis yang pesat pada tahun 1990-an. Waralaba

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang telah disepakati 22 tahun yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 22 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN MINIMARKET DI KOTA BOGOR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

LAMPIRAN. (Contoh Surat Peringatan yang diberikan oleh Pemda Sleman Kepada Toko. Modern yang Melakukan Pelanggaran)

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2016, No. -2- Negara Republik Indonesia Nomor 4866); 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indones

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta

BUPATI BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

BAB I PENDAHULUAN. Pasar tradisional di Kota Yogyakarta telah hadir sejak Zaman

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis

BAB I PENDAHULUAN. penjual. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat adalah melalui jalur wirausaha. Kemampuan teknologi dan. tersebut kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya.

STRATEGI UNTUK BERWARALABA

- 1 - PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

KATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

PELANGGARAN ASAS HUKUM PERSAINGAN USAHA (DEMOKRASI EKONOMI) OLEH RETAIL MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Indonesia dasawarsa terakhir ini dalam ikut serta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. waralaba dalam bahasa inggris disebut franchise,adalah pemberian hak oleh

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha dalam perdagangan barang dan jasa pada zaman modern

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

2016 MODEL KEMITRAAN BISNIS DONAT MADU CIHANJUANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

TENTANG PENATAAN TOKO SWALAYAN DI KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG

Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

Strategi Pemasaran Global (Masuk dan Berekspansi) Dewi Pancawati N.,S.Pd., MM

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar modern di Indonesia saat ini menunjukkan angka yang

PELAKSANAAN PERATURAN WALI KOTA DENPASAR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN WARALABA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat ekonomi yang tinggi adalah salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan niat dan usaha oleh tiap individu untuk maju dan memenuhi kebutuhannya sendiri dengan cara-cara yang mampu dilakukan. Salah satu cara yang umum digunakan untuk meningkatkan taraf hidup ataupun tingkat ekonomi dari seseorang adalah dengan berusaha atau mendirikan sebuah usaha yang bermotif ekonomis dengan tujuan memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Menurut Keegan; sebagaimana yang dikutip oleh Gunawan Widjaja dalam bukunya, ada 5 (lima) cara yang dapat digunakan untuk mengembangkan usaha yaitu: 2 1. Melalui perdagangan internasional dengan cara ekspor-impor; 2. Dengan pemberian lisensi; 3. Melakukan franchising (waralaba); 4. Membentuk perusahaan patungan (joint ventures); dan 5. Penanaman modal langsung dengan kepemilikan yang menyeluruh, atau melalui merger, konsolidasi, maupun akuisisi. Belakangan ini cara yang sedang marak digunakan dalam mendirikan suatu usaha adalah dengan mendirikan sebuah usaha waralaba atau yang umum 1 http://kwikkiangie.com/v1/2013/09/sistem-ekonomi-politik-untuk-mewujudkankesejahteraan-bangsa. Diakses pada tanggal 13-12-2015 Pukul 20.30 WIB. 2 Gunawan Widjaja, 2001, Waralaba, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 1.

2 dikenal juga dengan istilah franchise, baik itu membangun jaringan franchise sendiri, ataupun melibatkan diri dalam sebuah jaringan usaha dengan pola franchise yang sudah dikenal oleh publik terlebih dahulu. Pola bisnis franchise menjadi salah satu bentuk usaha yang terkenal dikarenakan banyak keuntungan yang bisa didapat dengan melibatkan diri didalamnya. Pola bisnis ini juga bukanlah suatu bentuk kemitraan bisnis yang asing di Indonesia. Kita tentunya telah mengenal bagaimana KFC, Coca-Cola, ataupun McDonald s menguasai pasar dalam hal penjualan produk mereka di Indonesia. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba (PP No.42/2007) yang dimaksud dengan waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. 3 Berdasarkan pengertian di atas dapat kita pahami bahwa dalam sebuah hubungan franchise terdapat dua pihak yaitu pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Suatu sistem waralaba berjalan dengan berdasarkan sebuah perjanjian waralaba antara franchisor dan franchisee. Tentunya dalam perjanjian tersebut dijelaskan secara rinci hak dan kewajiban masing-masing pihak. Sama halnya dengan perjanjian pada umumnya, perjanjian waralaba juga mengedepankan asas 3 Lihat Pasal 1 Angka 1 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba.

3 kebebasan berkontrak. Kedua belah pihak bebas merumuskan isi dari perjanjian asalkan sesuai dengan kesepakatan. Usaha waralaba atau franchise merupakan suatu bentuk usaha yang berdasarkan perjanjian antara franchisor dan franchisee yang bersifat tertutup dan berkelanjutan atau terus-menerus. Franchisor memberikan hak kepada franchisee untuk mendapatkan keuntungan atas nama franchisor, tetapi di sisi lain juga membebankan kewajiban kepada franchisee untuk membayar sejumlah uang sebagai royalti atas keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan nama franchisor. 4 Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa sebuah usaha waralaba atau franchise merupakan sebuah paket yang berisikan berbagai macam jenis Hak atas Kekayaan Intelektual, antara lain: merek, paten, rahasia dagang, desain industri, dan lain-lain, antara satu dan lainnya dapat berbeda isinya tergantung jenis usaha yang diperjanjikan. 5 Hal inilah yang membuat franchise atau waralaba sangat erat hubungannya dengan Hak atas Kekayaan Intelektual. Waralaba memiliki sifat dan keunggulan yang sama sebagaimana bentuk hak atas kekayaan intelektual yang lainnya, dengan demikian pola bisnis usaha waralaba juga harus mendapatkan perlindungan hukum yang sama sebagaimana bentuk Hak atas Kekayaan Intelektual yang lainnya. 4 Adrian Sutedi, 2008, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 48 5 Ibid, hlm. 93.

4 Pada tanggal 29 Oktober 2012 Pemerintah melalui Menteri Perdagangan mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern. Peraturan ini menyatakan bahwa jumlah outlet toko modern yang dimiliki dan dikelola sendiri (company owned outlet) oleh pengusaha waralaba baik itu milik pemberi waralaba (franchisor) ataupun penerima waralaba (franchisee) adalah paling banyak 150 (seratus lima puluh) outlet. Apabila telah memiliki outlet lebih dari 150 atau hendak membuka outlet yang baru setelah memiliki 150 outlet maka outlet baru tersebut wajib untuk diwaralabakan bukan untuk dimiliki dan dikelola sendiri. 6 Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-DAG/PER/10/2012 tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern ini membatasi jumlah kepemilikan outlet yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh pemberi dan penerima waralaba menjadi hanya 150 outlet. Peraturan ini menyebutkan bahwa kemitraan yang ada dalam waralaba jenis usaha toko modern saat ini belum sesuai dengan sasaran. Berlakunya peraturan ini tentu saja menuai respon yang beragam karena industri retail merupakan industri besar yang menyerap banyak tenaga kerja dan menghasilkan pundi-pundi uang yang tidak sedikit. 7 Dengan berlakunya pembatasan ini bukan tidak mungkin beberapa pihak di luar sana merasa dirugikan karena menganggap peraturan ini justru menghambat perkembangan 6 Lihat Pasal 4 Angka 1 Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-DAG/PER/10/2012 7 http://mobile.kontan.co.id/links/lipsus/read/94/aturan-ketat-demi-kualitas. diakses pada tanggal 9-9-2014 Pukul 17.00 WIB.

5 industri retail di Indonesia yang sekali lagi mampu menyerap tenaga kerja yang begitu besar. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Perdagangan No.68/M- DAG/PER/10/2012 ini jelas akan memberikan dampak pada bisnis waralaba jenis usaha toko modern. Pengertian dari toko modern sendiri adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara eceran yang dapat berbentuk minimarket, supermarket, department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk perkulakan. 8 Dengan pengertian yang demikian terhitung 2 (dua) pihak yang pasti terkena dampaknya yaitu Indomaret dan Alfamart. Hingga saat ini waralaba Indomaret tercatat memiliki sekitar 8.300 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan Alfamart diperkirakan memiliki outlet sekitar 6.000 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. 9 Dari sekian jumlah outlet yang dimiliki sendiri tersebut tiap-tiap perusahaan baik itu Alfamart ataupun Indomaret diwaijibkan untuk melepaskan paling sedikit 40% (empat puluh persen) outletnya untuk diwaralabakan berdasarkan pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M- DAG/PER/10/2012 dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sejak berlakunya peraturan ini. Beberapa pengamat menganggap untuk melepas sekitar 1000 (seribu) outlet setiap tahun bukanlah perkara mudah, karena sesungguhnya 8 Lihat Pasal 1 Angka 4 Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-Dag/Per/10/2012. 9 http://m.merdeka.com/uang/aprindo-sebut-kemendag-hambat-bisnis-waralaba-di-tanahair.html diakses pada 18 Juni 2014 pukul 15.00 WIB.

6 bukan pembatasan seperti ini esensi utama yang harus diatur dalam waralaba. 10 Dengan berlakunya peraturan ini maka setiap bentuk waralaba jenis usaha toko modern yang ada di Indonesia tunduk terhadap peraturan ini. Berlakunya peraturan ini mau tidak mau menyebabkan perubahan yang terjadi dalam waralaba utamanya kedua pihak yaitu Indomaret dan Alfamart. Status perubahan kepemilikan adalah salah satu faktor yang pasti berubah akibat berlakunya peraturan ini. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan membahas mengenai Implikasi Berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M- DAG/PER/10/2012 Terhadap Bisnis Waralaba Jenis Usaha Toko Modern di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah seperti tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah akibat hukum berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia? 2. Apa hambatan-hambatan yang ditemui karena berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia ini? 10 Ibid.

7 C. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis. Tujuan penelitian seyogyanya dirumuskan dalam kalimat pernyataan yang konkret dan dan jelas tentang apa yang akan diuji, dikonfirmasi, dibandingkan dan dikoordinasikan dalam penelitian. Dalam hal ini tujuan yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini terdiri dari dua hal, yaitu: 1. Tujuan obyektif a. Untuk mengetahui akibat hukum berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia. b. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui karena berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia. 2. Tujuan subyektif a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai berbagai hal, berkaitan dengan akibat hukum berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia, dan mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui

8 dalam berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data dan bahan-bahan yang lengkap serta akurat dalam rangka penyusunan penulisan tesis. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk ilmu hukum di masa yang akan datang, khususnya bidang Waralaba dan Hukum Persaingan Usaha yang menjadi fokus penulisan hukum ini. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk pemelitian lanjutan, baik sebagai bahan dasar maupun bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pelaksanaan hukum di bidang waralaba dan Hukum Persaingan Usaha

9 E. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: 1. Sutinah, Implikasi Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Terhadap Persaingan Usaha Dengan Sistem Franchise. Penelitian tesis tersebut memfokuskan pada sejauh mana pengaruh Undang-Undang tersebut terhadap keberlangsungan persaingan usaha dengan sistem bisnis franchise. Hal tersebut jelas berbeda dengan pokok masalah dan objek penelitian yang dilakukan oleh penulis saat ini. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui akibat hukum berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia, serta mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui karena berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia. 2. Reni Budi Setianingrum, Waralaba Dalam Sudut Pandang Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Studi Kasus Indomaret). Penelitian ini menitikberatkan

10 bagaimana Indomaret sebagai suatu contoh bentuk bisnis dengan model franchise diatur permasalahannya dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Penelitian yang diangkat oleh penulis berbeda dengan kedua penelitian di atas. Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian tesis mengenai implikasi berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia belum pernah ditulis dan diteliti sebelumnya. Di dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian sesuai dengan rumusan masalah, yaitu untuk mengetahui implikasi berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia, juga untuk mengetahui bagaimanakah Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia bila ditinjau dari segi hukum persaingan usaha. Dalam penelitian yang berjudul Implikasi Berlakunya Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 terhadap bisnis waralaba jenis usaha toko modern di Indonesia ini, penulis tetap akan menjadikan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat sebagai acuan. Tidak hanya itu, tentunya penulis juga akan menggunakan Peraturan Menteri Perdagangan No. 68/M-dag/Per/10/2012 Tentang Waralaba Untuk Jenis Usaha Toko Modern sebagai dasar sesuai dengan

11 judul dari penelitian ini. Berdasarkan uraian mengenai perbedaaan antara tesis yang disusun oleh penulis dengan penelitian hukum sebelumnya yang telah disebutkan di atas, jelaslah bahwa penelitian yang dilakukan penulis belum pernah diteliti atau ditulis sebelumnya. Apabila ternyata terdapat penelitian yang serupa, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi, mengembangkan, serta menyempurnakan penelitian yang telah ada.