R121. Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

dokumen-dokumen yang mirip
K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

R-180 REKOMENDASI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

K168. Konvensi Promosi Kesempatan Kerja dan Perlindungan terhadap Pengangguran, 1988 (No. 168)

R184 Rekomendasi Kerja Rumahan, 1996 (No. 184)

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K 95 KONVENSI PERLINDUNGAN UPAH, 1949

R-90 REKOMENDASI PENGUPAHAN SETARA, 1951

K 173 KONVENSI PERLINDUNGAN KLAIM PEKERJA (KEPAILITAN PENGUSAHA), 1992

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 158 KONVENSI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

K155 Konvensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja, 1981

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

K138 USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

KONVENSI NO. 138 MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

KONVENSI MENGENAI USIA MINIMUM UNTUK DIPERBOLEHKAN BEKERJA

K176. Tahun 1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan di Tambang

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

KONVENSI MENGENAI KERJA PAKSA ATAU KERJA WAJIB

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN KONVENSI ILO NO. 138 MENGENAI

K131. Konvensi Penetapan Upah Minimum, 1970

K159 Konvensi Rehabilitasi Vokasional dan Lapangan Kerja (Difabel), 1990

K100 UPAH YANG SETARA BAGI PEKERJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

K106 ISTIRAHAT MINGGUAN DALAM PERDAGANGAN DAN KANTOR- KANTOR

K45 KERJA WANITA DALAM SEGALA MACAM TAMBANG DIBAWAH TANAH

K171 Konvensi Kerja Malam, 1990

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

KONVENSI NOMOR 81 MENGENAI PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

K187. Tahun 2006 tentang Landasan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KONVENSI MENGENAI PENGUPAHAN BAGI LAKI-LAKI DAN WANITA UNTUK PEKERJAAN YANG SAMA NILAINYA

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

K98 BERLAKUNYA DASAR-DASAR DARI HAK UNTUK BERORGANISASI DAN UNTUK BERUNDING BERSAMA

KONVENSI MENGENAI PENERAPAN PRINSIP PRINSIP HAK UNTUK BERORGANISASI DAN BERUNDING BERSAMA

K81 PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DALAM INDUSTRI DAN PERDAGANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONVENSI MENGENAI DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

Konvensi 183 Tahun 2000 KONVENSI TENTANG REVISI TERHADAP KONVENSI TENTANG PERLINDUNGAN MATERNITAS (REVISI), 1952

R198 REKOMENDASI MENGENAI HUBUNGAN KERJA

K19 PERLAKUKAN YANG SAMA BAGI PEKERJA NASIONAL DAN ASING DALAM HAL TUNJANGAN KECELAKAAN KERJA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

K27 PEMBERIAN TANDA BERAT PADA BARANG-BARANG BESAR YANG DIANGKUT DENGAN KAPAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Bab 1. Hak-hak Pasal 1 Setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan pribadinya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K185 PERUBAHAN DOKUMEN IDENTITAS PELAUT, 2003

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 41 /POJK.05/2015 TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGELOLA STATUTER PADA LEMBAGA JASA KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

K150 Konvensi mengenai Administrasi Ketenagakerjaan: Peranan, Fungsi dan Organisasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN TAHUN 2014

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

K102. Konvensi ILO No. 102 Tahun 1952 mengenai (Standar Minimal) Jaminan Sosial

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG GANTI KERUGIAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PEMERIKSAAN KECELAKAAN KAPAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Prinsip-prinsip dan Hak-hak Mendasar di Tempat kerja. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN [LN 2007/65, TLN 4722]

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

K122 Konvensi mengenai Kebijakan di Bidang Penyediaan Lapangan Kerja

K181 Konvensi tentang Penyalur Tenaga Kerja Swasta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tamb

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KE LIMA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 14 TAHUN 1993

BAB XX KETENTUAN PIDANA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - Perusahaan Publik yang mengalami kondisi tertentu, yang dapat diakses secara publik.

2 Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi se

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN BAGI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN [LN 2009/144, TLN 5063]

Transkripsi:

R121 Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121)

R121 - Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121) 2

R121 R121 - Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121) Rekomendasi mengenai Jaminan Kecelakaan Kerja Adopsi: Jenewa, Sesi Konferensi Perburuhan Internasional (ILC) ke-48 (08 Jul 1964) - Status: Instrumen Terbaru MUKADIMAH Konferensi Umum Organisasi Perburuhan Internasional, Setelah sidang di Jenewa oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional, dan telah bertemu dalam sesi keempat puluh delapan pada tanggal 17 Juni 1964, dan Setelah memutuskan untuk mengadopsi beberapa proposal tertentu berkenaan dengan jaminan dalam kasus kecelakaan industri dan penyakit akibat kerja, yang merupakan item kelima dalam agenda sesi, dan Setelah menentukan bahwa usulan ini harus berbentuk Rekomendasi yang melengkapi Konvensi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964, mengadopsi hari kedelapan bulan Juli tahun seribu sembilan ratus enam puluh empat, Rekomendasi berikut, yang dapat disebut sebagai Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964: 1. Dalam Rekomendasi ini: (a) Istilah perundang-undangan mencakup aturan begitu juga undang-undang dan peraturan jaminan sosial; (b) Istilah yang ditentukan berarti ditentukan oleh atau berdasarkan perundang-undangan nasional; (c) Istilah tanggungan mengacu pada keadaan ketergantungan yang dianggap ada dalam kasus yang ditentukan; 3

R121 - Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121) 2. Setiap anggota harus memberlakukan penerapan perundangundangannya untuk menyediakan jaminan kecelakaan kerja, jika perlu secara bertahap, atas kategori pegawai mana pun yang mungkin dikecualikan berdasarkan Pasal 4 paragraf 2 Konvensi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964, dari perlindungan yang diatur dalam konvensi tersebut. 3. (1) Setiap anggota harus, sesuai dengan persyaratan yang ditentukan, menjamin penyediaan jaminan kecelakaan kerja atau manfaat yang serupa, jika perlu secara bertahap dan/atau melalui asuransi sukarela, untuk: (a) Anggota koperasi yang terlibat dalam produksi barang atau penyediaan jasa; (b) Kategori wirausaha yang ditentukan, khususnya orangorang yang memiliki dan secara aktif terlibat dalam pekerjaan usaha kecil atau peternakan; (c) Kategori orang tertentu yang bekerja tanpa upah, yang termasuk: (i) Orang-orang yang mengikuti pelatihan, menjalani tes pekerjaan atau bidang kerja atau mempersiapkan pekerjaan mereka di masa depan, termasuk murid dan siswa; (ii) Anggota badan sukarela yang bertugas memerangi bencana alam, dengan menyelamatkan nyawa dan harta benda atau dengan menjaga hukum dan ketertiban; (iii) Kategori lain dari orang yang belum dicakup yang aktif untuk kepentingan umum atau terlibat dalam kegiatan kewarganegaraan atau kebaikan, seperti orang yang menjadi sukarelawan memberikan pelayanan untuk jabatan publik, layanan sosial atau rumah sakit; (iv) Narapidana dan orang-orang yang ditahan lainnya yang melakukan pekerjaan yang telah dipersyaratkan atau disetujui oleh otoritas yang berwenang. 4

(2) Sumber daya keuangan asuransi sukarela untuk kategori sebagaimana dimaksud pada sub-paragraf (1) dari paragraf ini tidak boleh diberikan dari kontribusi yang dimaksudkan untuk membiayai skema wajib bagi pegawai. 4. Skema khusus yang berlaku untuk pelaut, termasuk ABK perikanan, dan pegawai negeri harus memberikan jaminan jika terjadi kecelakaan kerja yang tidak lebih rendah daripada yang diberikan dalam Konvensi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964. 5. Setiap anggota harus, dalam kondisi yang ditentukan, memperlakukan hal berikut sebagai kecelakaan kerja: (a) Kecelakaan, terlepas dari penyebabnya, terjadi selama jam kerja di atau di dekat tempat kerja atau di tempat manapun di mana pekerja tidak akan berada di sana kecuali karena pekerjaannya; (b) Kecelakaan yang terjadi dalam jangka waktu yang wajar sebelum dan sesudah jam kerja sehubungan dengan pengangkutan, pembersihan, persiapan, pengamanan, pelestarian, penyimpanan dan pengepakan alat kerja atau pakaian; (c) Kecelakaan terjadi pada saat di tengah perjalanan di antara tempat kerja dan (i) Kediaman utama atau sekunder pegawai; atau (ii) Tempat di mana pegawai biasanya mengambil makanannya; atau (iii) Tempat di mana dia biasanya menerima remunerasinya. 6. (1) Setiap anggota harus, dalam kondisi yang ditentukan, menganggap penyakit diketahui timbul dari paparan zat atau kondisi berbahaya dalam proses, bidang kerja atau pekerjaan sebagai penyakit akibat kerja. (2) Jika tidak ada bukti sebaliknya yang dihadirkan, maka ada dugaan sumber pekerjaan dari penyakit-penyakit seperti di mana pegawai tersebut: (a) Terpapar setidaknya untuk jangka waktu tertentu; dan 5

R121 - Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121) (b) Telah berkembang gejala penyakit dalam jangka waktu tertentu setelah penghentian pekerjaan terakhir yang melibatkan paparan. (3) Saat menentukan dan membawa daftar penyakit akibat kerja nasional terkini, anggota harus memberikan pertimbangan khusus untuk daftar penyakit akibat kerja yang mungkin dari waktu ke waktu disetujui oleh Badan Pimpinan Kantor Perburuhan Internasional (ILO). 7. Bila perundang-undangan nasional berisi daftar yang menetapkan dugaan asal-usul pekerjaan sehubungan dengan penyakit tertentu, bukti harus diizinkan berdasarkan asal-usul penyakit yang tidak terdaftar dan penyakit yang terdaftar saat mereka berwujud dalam kondisi yang berbeda dari dugaan yang ditetapkan dari asal pekerjaan mereka. 8. Manfaat tunai sehubungan dengan ketidakmampuan kerja harus dibayar mulai hari pertama dalam setiap kasus penghentian pendapatan. 9. Jumlah manfaat tunai sehubungan dengan ketidakmampuan sementara atau awal untuk bekerja, atau sehubungan dengan kehilangan total kapasitas penghasilan yang mungkin bersifat permanen, atau berkurangnya kemampuan fisik atau mental, harus: (a) Tidak kurang dari dua pertiga dari pendapatan orang yang cedera tersebut: asalkan batas maksimum dapat ditentukan untuk tingkat manfaat atau untuk penghasilan yang diperhitungkan untuk penghitungan manfaat tersebut; atau (b) Di mana manfaat tersebut diberikan dengan tingkat tetap, tidak kurang dari dua pertiga dari pendapatan rata-rata orang yang dipekerjakan dalam kelompok aktivitas ekonomi utama dengan jumlah terbesar orang laki-laki yang aktif secara ekonomi. 6

10. (i) Manfaat tunai yang dibayarkan karena kehilangan kapasitas penghasilan yang kemungkinan bersifat permanen, atau berkurangnya kemampuan fisik atau mental yang bersangkutan, harus berbentuk pembayaran berkala selama kerugian tersebut dalam semua kasus di mana tingkat kerugian sama dengan paling sedikit 25 persen. (ii) Dalam kasus di mana tingkat kehilangan kapasitas penghasilan cenderung bersifat permanen, atau berkurangnya kemampuan fisik atau mental, adalah kurang dari 25 persen, sejumlah uang (lump sum) bisa dibayar sekaligus sebagai pengganti pembayaran berkala. Jumlah tersebut harus memiliki hubungan sama dengan pembayaran berkala dan tidak boleh kurang dari pembayaran berkala yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu tiga tahun. 11. Ketentuan harus dibuat untuk membiayai biaya yang wajar dari bantuan konstan atau kehadiran orang lain dalam kasus di mana orang yang terluka membutuhkan layanan semacam itu; sebagai alternatif, pembayaran berkala harus ditingkatkan dengan persentase yang ditentukan atau jumlah yang ditentukan. 12. Bila cedera kerja menyebabkan ketidakmampuan bekerja atau kecacatan dan ini tidak dipertimbangkan sepenuhnya dalam evaluasi kerugian yang diderita oleh orang yang terluka, maka harus disediakan manfaat tambahan atau khusus. 13. Apabila pembayaran berkala kepada pasangan yang ditinggalkan dan anak-anak kurang dari jumlah maksimum yang ditentukan, pembayaran berkala harus dilakukan pada kategori orang berikut jika mereka bergantung pada yang meninggal untuk mendapatkan nafkah: (a) Orangtua; (b) Saudara laki-laki dan perempuan; (c) Cucu. 7

R121 - Rekomendasi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964 (No. 121) 14. Bila batas maksimum atas jumlah manfaat yang harus dibayarkan kepada semua orang yang ditinggalkan ditentukan, jumlah maksimum tersebut harus tidak kurang dari tingkat manfaat yang harus dibayarkan sehubungan dengan total kehilangan kapasitas penghasilan yang mungkin bersifat permanen, atau kehilangan anggota tubuh. 15. Tingkat manfaat tunai yang dibayarkan saat ini sesuai dengan paragraf 2 dan 3 dari Pasal 14 dan paragraf 1 Pasal 18 dari Konvensi Jaminan Kecelakaan Kerja, 1964, harus disesuaikan secara berkala, dengan mempertimbangkan perubahan tingkat pendapatan umum atau biaya hidup. 8