KADAR GLUKOSA DARAH TIDAK TERKONTROL DAN HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (2006), merumuskan bahwa diabetes. melitus (DM) merupakan kumpulan masalah anatomi dan kimiawi dari

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

Diabetes Mellitus Type II

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Asuhan Keperawatan Pasien Rujuk Balik dengan Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Jalan. RSUD Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diabetes melitus. Adanya luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya terus meningkat dari tahun ke tahun (Guariguata et al, 2011). Secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN.

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesejahteraan dan ketersediaan pangan dapat. mengakibatkan sejumlah masalah, termasuk meningkatnya kejadian penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S 1 Keperawatan. Disusun Oleh : Rina Ambarwati J.

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

Definisi Diabetes Melitus

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. mengaitkan aspek paparan (sebab) dengan efek. Pendekatan yang digunakan

Hubungan Lama Sakit Diabetes Melitus dengan Pengetahuan Perawatan Kaki pada Pasien Diabetes Melitus Non Ulkus. (Studi Awal)

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tipe 2 di dunia sekitar 171 juta jiwa dan diprediksi akan. mencapai 366 juta jiwa tahun Di Asia Tenggara terdapat 46

FREDYANA SETYA ATMAJA J.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2003). Hiperglikemia juga menyebabkan leukosit penderita diabetes mellitus tidak normal sehingga fungsi khemotaksis di lokasi radang terganggu.

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 90 mmhg.penyakit hipertensi telah menjadi masalah utama dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

Transkripsi:

KADAR GLUKOSA DARAH TIDAK TERKONTROL DAN HIPERTENSI TERHADAP KEJADIAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN DIABETES MELLITUS Eko Prabowo 1, Haswita 1, Lina Agustiana Puspitasari 1 1 Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Korespondensi: Eko Prabowo d/a Prodi D III Keperawatan Akademi Kesehatan Rustida Jl. RSU. Bhakti Husada Krikilan Glenmore Banyuwangi, Jawa Timur Email: prabowo_e@yahoo.com Sumber Dana : Ristekdikti ABSTRAK Populasi Diabetes Mellitus saat ini meningkat dan berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini adalah hubungan faktor resiko terhadap kejadian kaki diabetik antara lain hipertensi dan kadar glukosa darah tidak terkontrol. Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan desain komparasi dan pendekatan crossectional. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu 30 orang kelompok perlakuan yaitu responden diabetes mellitus dengan ulkus kaki diabetik dan 30 orang kelompok kontrol yaitu responden dengan diabetes mellitus tanpa ulkus kaki diabetik. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Untuk menginterpretasikan hubungan diantara dua variable independen menggunakan uji uji regresi logistik dengan p value < 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kadar glukosa darah tidak terkontrol terhadap kejadian kaki diabetik dengan nilai Sig Wald 0.335 > 0.05. Ada pengaruh faktor hipertensi terhadap kejadian kaki diabetic dengan nilai Sig Wald 0.010 < 0,05. Kadar gula darah tidak terkontrol dengan OR 2,265 maka orang yang gula darahnya tinggi, lebih beresiko mengalami kaki diabetik sebanyak 2,265 kali lipat di bandingkan orang yang gula darahnya normal. Hipertensi dengan OR 1,780 maka orang yang mengalami hipertensi lebih beresiko mengalami kaki diabetik sebanyak 1,780 kali lipat dibandingkan orang yang tidak menderita hipertensi. Pasien Diabetes Melitus yang mengalami hipertensi harus lebih sering kontrol agar tidak terjadi kaki diabetik. Kata Kunci: Diabetes Mellitus, Kaki Diabetik, Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol, Hipertensi PENDAHULUAN Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah melebihi normal. Kadar glukosa darah untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dl dan dua jam 503

sesudah makan dibawah 140 mg/dl. Gejala bagi penderita Diabetes Mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa 126 mg/dl dan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl (Badawi, 2009). Ulkus kaki diabetik sampai saat ini menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia, karena kasus yang semakin meningkat, ulkus bersifat kronis dan sulit sembuh, mengalami infeksi dan iskemia tungkai dengan risiko amputasi bahkan mengancam jiwa, membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar, sehingga memberi beban sosio-ekonomi bagi pasien, masyarakat, dan negara. Berbagai metode pengobatan telah dikembangkan namun sampai saat ini belum memberikan hasil yang memuaskan. Peningkatan populasi penderita diabetes mellitus (DM), berdampak pada peningkatan kejadian ulkus kaki diabetik sebagai komplikasi kronis DM, dimana sebanyak 15-25% penderita DM akan mengalami ulkus kaki diabetik didalam hidup mereka (Singh, 2005). Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas 2007 yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia oksigen lokal pada ulkus kronis berkisar setengah dari normal sehingga terjadi gangguan replikasi fibroblast, deposisi kolagen, angiogenesis, vaskulogenesis, dan leukosit. Telah diketahui bahwa peripheral artery disease (PAD) merupakan salah satu bentuk gangguan vaskuler pada ulkus kaki diabetik sebagai sumber penyebab hipoksia jaringan, karena kebanyakan ulkus kaki diabetik berlokasi pada bagian kaki yang mengalami iskemia akibat komplikasi vaskuler dari Diabetes Mellitus kronis. Faktor risiko terjadi ulkus diabetika yang menjadi gambaran dari kaki diabetes pada penderita diabetes mellitus terdiri atas faktorfaktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor-faktor risiko yang dapat diubah (Tambunan) dan (Waspadji, 2006). Faktor - faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain umur, lama menderita diabetes mellitus 10 tahun. Sementara itu faktor-faktor risiko yang dapat diubah antara lain neurophati (sensorik, motorik, perifer), obesitas, hipertensi, Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol, kadar glukosa darah tidak terkontrol, kebiasaan merokok, ketidakpatuhan diet diabetes mellitus, kurangnya aktivitas fisik, pengobatan tidak teratur, perawatan kaki tidak teratur, penggunaan alas kaki tidak tepat. Dalam penelitian ini, ingin menganalisis hubungan kadar glukosa darah tidak terkontrol dan hipertensi terhadap kejadian kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus. Dengan demikian dapat diambil satu tindakan yang tepat dalam rangka mencegah terjadinya kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian epidemiologi yang bersifat observasional analitik dengan desain komparasi dengan pendekatan 504

crossectional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar glukosa darah tidak terkontrol dan hipertensi terhadap kejadian kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus. Sampel penelitian ini terdiri dari 60 responden terbagi menjadi dua kelompok yaitu 30 orang kelompok perlakuan yaitu responden diabetes mellitus dengan ulkus kaki diabetik dan 30 orang kelompok kontrol yaitu responden dengan diabetes mellitus tanpa ulkus kaki diabetik. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Genteng dan RSUD Blambangan terhitung mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2017. Untuk menginterpretasikan hubungan diantara dua variable Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Logistik independen menggunakan uji regresi logistik dengan p value < 0.05. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Analisis Regresi Logistik Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan merupakan data ordinal maka data yang tersedia memenuhi syarat untuk menggunakan model regresi logistik. Analisis regresi logistik digunakan untuk mengetahui sejauh mana hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 1 menyajikan hasil dari analisis regresi logistik. 95% C.I.for EXP(B) B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper Step 1 a X1.818.847.931 1.335 2.265.430 11.925 X2.576.224 6.617 1.010 1.780 1.147 2.761 Constant -3.861 2.598 2.209 1.137.021 a. Variable(s) entered on step 1: X1, X2. Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah).berdasarkan tabel 1 dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Y = -3,861 + 0,818 X1 + 0,576 X2 + e 2. Hubungan Parsial Antara Variabel Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol (X1) Dan Hipertensi (X2) Terhadap Kejadian Kaki Diabetic (Y) Uji Wald dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh hubungan atau pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa variabel kadar gula darah tidak terkontrol (X1) memiliki nilai p value 0.335 lebih besar dari 0.05, artinya variabel X1 tidak mempunyai pengaruh parsial yang signifikan terhadap Y di dalam model. X1 mempunyai nilai Sig Wald 0.335 > 0.05 sehingga Ho diterima atau yang berarti kadar gula darah tidak terkontrol tidak memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap kejadian kaki diabetik. Variabel X2 atau Hipertensi mempunyai nilai Sig Wald 0.010 < 0,05 sehingga menolak Ho atau yang berarti hipertensi memberikan 505

pengaruh parsial yang signifikan terhadap kejadian kaki diabetik. 3. Besarnya hubungan Antara Variabel Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol (X1) Dan Hipertensi (X2) Terhadap Kejadian Kaki Diabetik (Y). Besarnya hubungan ditunjukkan dengan nilai EXP (B) atau disebut juga ODDS RATIO (OR). Hal ini sesuai dengan tabel 1. Variabel kadar gula darah tidak terkontrol dengan OR 2,265 maka orang yang gula darahnya tinggi (kode X1 variabel independen), lebih beresiko mengalami kaki diabetic sebanyak 2,265 kali lipat dibandingkan orang yang gula darahnya normal. Nilai B = Logaritma Natural dari 2,265 = 0,818. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka kadar gula darah tidak terkontrol mempunyai hubungan positif dengan kejadian kaki diabetik. Variabel hipertensi dengan OR 1,780 maka orang yang mengalami hipertensi (kode X2 variabel independen), lebih beresiko mengalami kaki diabetik (kode 1 variabel dependen) sebanyak 1,780 kali lipat dibandingkan orang yang tidak menderita hipertensi. Nilai B = Logaritma Natural dari 1,780 = 0,576. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka hipertensi mempunyai hubungan positif dengan kaki diabetik. Pembahasan 1. Hubungan kadar glukosa darah tidak terkontrol terhadap kejadian kaki diabetic pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil uji wald diketahui bahwa variabel kadar gula darah tidak terkontrol (X1) memiliki nilai p value 0.335 lebih besar dari 0.05, artinya variabel X1 tidak mempunyai pengaruh parsial yang signifikan terhadap Y di dalam model. X1 mempunyai nilai Sig Wald 0.335 > 0.05 sehingga Ho diterima atau yang berarti kadar gula darah tidak terkontrol tidak memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap kejadian kaki diabetik. Ulkus diabetik merupakan komplikasi kronik dari diabetes mellitus sebagai sebab utama morbiditas, mortalitas serta kecacatan penderita diabetes. Kadar LDL yang tinggi memainkan peranan penting untuk terjadinya ulkus diabetik melalui pembentukan plak atherosklerosis pada dinding pembuluh darah (Andyagreni, 2010). Pada penderita diabetes mellitus sering dijumpai adanya peningkatan kadar trigliserida dan kolesterol plasma, sedangkan konsentrasi HDL (highdensitylipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya rendah ( 45 mg/dl). Kadar trigliserida 150 mg/dl, kolesterol total 200 mg/dl dan HDL 45 mg/dl akan mengakibatkan buruknya sirkulasi ke sebagian besar jaringan dan menyebabkan hipoksia serta cedera jaringan, merangsang reaksi peradangan dan terjadinya aterosklerosis (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). 506

Kondisi ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir seluruh reponden memiliki gula darah tinggi sebanyak 50 orang (83.3%) dan 28 orang diantaranya (46.7%) mengalami kaki diabetes dan hampir setengah responden berusia 46-55 tahun dan 56-65 tahun masing-masing sebanyak 20 orang (33%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan neuropati menurut (Black, J.M., & Hawks, 2009) antara lain yakni insufisiensi pembuluh darah, peningkatan glukosa darah kronis dan faktor metabolik. Teori lain menyatakan bahwa faktor resiko lain yang dapat menyebabkan neuropati diabetik menurut (Katulanda, P., Priyanga, R., Ranil, J., Gidwin, R. C., Rezvi, S., David, 2012) antara lain peningkatan umur. Dengan peningkatan umur akan semakin meningkatkan resiko terjadinya atherosclerosis dan akan meningkatkan resiko terjadinya ulkus kaki diabetik pada pasien diabetes mellitus. 2. Pengaruh faktor hipertensi terhadap kejadian kaki diabetik pada pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan tabel 1 diperoleh hasil uji wald diketahui bahwa variabel X2 atau Hipertensi mempunyai nilai Sig Wald 0.010 < 0,05 sehingga menolak Ho atau yang berarti hipertensi memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap kejadian kaki diabetik. Hipertensi (TD > 130/80 mm Hg) pada penderita diabetes mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan darah lebih dari 130/80 mmhg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus (Tambunan, 2006; Waspadji, 2006). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hampir seluruh responden memiliki tekanan darah tidak normal sebanyak 48 orang (80%) dan 20 orang diantaranya (33.3%) mengalami kaki diabetik. Diabetes jangka panjang memberi dampak yang parah pada sistem kardiovaskular. Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membran basal pembuluh kecil. Penyebab penebalan tersebut berkaitan langsung dengan tingginya kadar glukosa dalam darah. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan penyaluran oksigen dan zat gizi ke jaringan. Hipoksia kronis secara langsung merusak dan menghancurkan sel. Pada sistem makrovaskular di lapisan endotel arteri akibat hiperglikemia permeabilitas sel endotel meningkat sehingga molekul yang mengandung lemak masuk ke arteri. Kerusakan sel-sel endotel akan mencetuskan reaksi inflamasi sehingga akhirnya terjadi pengendapan trombosit, makrofag dan jaringan fibrosa. Penebalan dinding arteri menyebabkan hipertensi yang akan semakin merusak lapisan 507

endotel arteri karena menimbulkan gaya merobek sel endotel (Corwin. E. J, 2000). Peningkatan gula darah akan memicu peningkatan viskositas darah dan memicu terjadinya athero sklerosis. Kondisi tersebut akan menyebabkan iskemia pada mikrovaskuler. Selain dari pada itu hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 130/80 mmhg akan mampu merusak atau mengakibatkan lesi pada endotel yang akan mengakibatkan terjadinya ulkus khususnya pada kaki pasien diabetes mellitus. 3. Besarnya hubungan Antara Variabel Kadar Glukosa Darah Tidak Terkontrol Dan Hipertensi Terhadap Kejadian Kaki Diabetic Variabel kadar gula darah tidak terkontrol dengan OR 2,265 maka orang yang gula darahnya tinggi (kode X1 variabel independen), lebih beresiko mengalami kaki diabetic sebanyak 2,265 kali lipat di bandingkan orang yang gula darahnya normal. Nilai B = Logaritma Natural dari 2,265 = 0,818. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka kadar gula darah tidak terkontrol mempunyai hubungan positif dengan kejadian kaki diabetik. Variabel hipertensi dengan OR 1,780 maka orang yang mengalami hipertensi (kode X2 variabel independen), lebih beresiko mengalami kaki diabetik (kode 1 variabel dependen) sebanyak 1,780 kali lipat di bandingkan orang yang tidak menderita hipertensi. Nilai B = Logaritma Natural dari 1,780 = 0,576. Oleh karena nilai B bernilai positif, maka hipertensi mempunyai hubungan positif dengan kaki diabetik. KESIMPULAN 1. Tidak ada pengaruh kadar glukosa darah tidak terkontrol terhadap kejadian kaki diabetic pada pasien Diabetes Mellitus dengan nilai Sig Wald 0.335 > 0.05 2. Ada pengaruh faktor hipertensi terhadap kejadian kaki diabetic pada pasien Diabetes Mellitus dengan nilai Sig Wald 0.010 < 0,05 3. Kadar gula darah tidak terkontrol dengan OR 2,265 maka orang yang gula darahnya tinggi, lebih beresiko mengalami kaki diabetik sebanyak 2,265 kali lipat di bandingkan orang yang gula darahnya normal. SARAN 1. Bagi Instansi Pendidikan Pada institusi pendidikan keperawatan khususnya dosen pendidik diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi mahasiswa calon perawat tentang pentingnya peran perawat dalam penatalaksanaan pasien dengan kaki diabetic baik dari aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta memahami konsep perilaku perawatan diri dan kualitas hidup pada penderita kaki diabetic, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam menerapkan asuhan keperawatan 508

pada kaki diabetik yang lebih holistik. 2. Bagi Instansi Pelayanan Keperawatan a. Bagi Rumah Sakit Bagi rumah sakit tempat penelitian dilakukan, diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan berupa penyuluhan tentang pentingnya perawatan kaki mengenai perawatan kaki. Hal yang dapat dianjurkan bagi penderita kaki diabetic pada perawatan kaki seperti memeriksa kaki setiap hari apakah ada luka ataupun lecet, mencuci dan membersihkan kaki setiap hari, dan melakukan latihan gerak kaki. b. Bagi Perawat Perawat diharapkan dapat memberikan arahan dan anjuran kepada penderita kaki diabetic yang masih sedikit melakukan aktivitas fisik seperti melakukan senam secara rutin di pelayanan kesehatan primer seperti klinik kesehatan primer ataupun klinik BPJS. Perawat diharapkan dapat memberikan arahan dan anjuran kepada penderita kaki diabetic untuk dapat melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin dengan melakukannya secara mandiri ataupun dengan memeriksakan gula darah di pelayanan kesehatan seperti puskesmas atau fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) BPJS yang melayani kesehatan pada promotif dan preventif mengenai gula darah dimana pelayanan bersifat gratis sehingga penderita kaki diabetic dapat memonitoring gula darahnya secara teratur. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menggali lagi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku perawatan diri penderita penderita kaki diabetic b. Melakukan penelitian action research yang bertujuan untuk mengembangkan intervensi keperawatan, seperti pengembangan model edukasi perilaku perawatan diri diabetes yang bermanfaat bagi peningkatan perilaku perawatan diri dan kualitas hidup penderita kaki diabetic. DAFTAR PUSTAKA Alwi Shahab. 2006. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Badawi, H. 2009. Melawan Dan Mencegah Diabetes. Araska. Yogyakarta. David. 2012. Diagnosis dan Klasifikasi DM Terkini, Penatalaksanaan DM Terpadu, 17-21, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 509

Lemone dan Burke, 2008, Medical Surgical Nursing: Critical Thingking in Client Care, New Jersey, Pearson Prentice Hall Mutmainah. 2013. Penyebab ketidak terisian diagnosis pada lembar resume medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Khusus Bedah Islam Cawas Klaten. Karya tulis lmiah ini (Tidak Dipublikasikan). Yogyakarta: Program studi D3 Rekam Medis Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Purwanti dan Maghfirah. 2016. Faktor Risiko Komplikasi Kronis (Kaki Diabetik) Dalam Diabetes Mellitus Tipe 2, The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 7, No. 1, Desember 2016 Sarwono, Waspadji. 2006. Komplikasi Kronik Diabetes: Mekanisme Terjadinya, Diagnosis dan Strategi Pengelolaan. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Shahab, A. 2006. Diabetes mellitus di Indonesia. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi 4., Jakarta: FK UI. Singh dkk., 2005. Estimation of Source of Heavy Metal Contamination in Sediments of Gomti River (India) Using Principal Component Analysis, Water, Air, and Soil Polution (Springer), Vol 166, pp. 321-341. Suyono, 2006. Diabetes Mellitus di Indonesia. Dalam: Aru W Sudoyo dkk. (editor) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta, FKUI. Subekti, 2006, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, Cetakan V, Jakarta, Balai Penerbit FK UI Tambunan, M. 2006. Perawatan Kaki Diabetes, Jakarta: FK UI. 510