PENGEMBANGAN MODUL PADA MATERI KOLOID UNTUK KELAS XI IPA SMA Nova Reza Lena Program Studi Pendidikan IPA PPs Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: norezalena1993@gmail.com Abstrak. Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Banda Aceh tentang pengembangan modul koloid yang dilatarbelakangi oleh terbatasnya modul pembelajaran khususnya materi koloid sehingga peneliti mencoba untuk mengembangkan modul belajar yang dapat memudahkan siswa dalam pembelajaran koloid. Adapun rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengembangan modul koloid dan bagaimana respon siswa SMAN 5 Banda Aceh terhadap modul koloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul koloid dan mengetahui respon siswa SMAN 5 Banda Aceh terhadap modul koloid. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE yang memiliki lima tahap, yakni (1) Analisis (Analysis), (2) Perancangan (Design), (3) Pengembangan (Development), (4) Implementasi (Implementation), dan (5) Evaluasi (Evaluation). Subjek dalam penelitian ini adalah modul pembelajaran koloid dan siswa kelas XI SMA. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah validasi dan angket. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul dari aspek media, materi, bahasa, sedangkan pemberian angket dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul. Hasil dari penelitian ini adalah (1) berdasarkan penilaian dari validator, modul yang disusun peneliti termasuk kategori sangat baik dan baik dari masing-masing ahli; (2) berdasarkan uji coba di SMAN 5 Banda Aceh modul mendapat respon positif dari siswa yakni dengan skor ratarata 3,73 sehingga dapat disimpulkan modul layak digunakan. Kata kunci: Modul, koloid, uji coba. Abstract. This research was conducted in SMAN 5 Banda Aceh on the development of colloidal module in a context of limited learning modules particularly colloidal material that researchers are trying to develop learning modules that can facilitate students in learning colloid. The formulation of this research is how the development of colloidal modules and how the response of the students of SMAN 5 Banda Aceh to colloidal module. This study aims to develop and evaluate the response of colloidal module SMAN 5 Banda Aceh to colloidal module. The method used in this research is research and development. Researchers use development model ADDIE which has five stages, namely (1) Analysis (Analysis), (2) Design (Design), (3) Development (Development), (4) Implementation (Implementation), and (5) Evaluation (Evaluation ). Subjects in this study is a learning module colloid and high school students in class XI. The data collection technique used is the validation and the questionnaire. Validation was conducted to determine the feasibility of the module from the aspect of media, materials, language, while giving questionnaire conducted to determine the students' response to the module. The results of this study were (1) based on an assessment of the validator, the modules are composed of researchers including excellent and good categories of each expert; (2) based on trials in Banda Aceh SMAN 5 modules received a positive response from the students with an average score of 3.73 so that we can conclude the modules fit for use in schools Keyword: Module, colloids, trials. PENDAHULUAN Media pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam rangka mencapai proses pembelajaran yang baik tersebut guru harus mampu menggunakan dan mengembangkan media pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar mereka baik secara kelompok maupun mandiri. Salah satu media pembelajaran adalah modul. 173
Menurut Daryanto (2013:9), modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar yang spesifik. Modul merupakan bahan ajar yang belum tersedia di SMA N 5 Banda Aceh. Guru dan siswa mempergunakan bahan ajar yang bersumber dari bahan ajar cetak berupa buku paket. Padahal modul memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan ajar lain yaitu siswa dapat belajar sendiri tanpa bimbingan guru. Bahasa yang digunakan dalam modul mudah dimengerti oleh siswa sehingga siswa dengan mudah memahami materi yang diajarkan. Hasil belajar siswa pada materi koloid menunjukkan sudah di atas 50% siswa yang mencapai KKM. Nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada materi koloid yaitu 67. Penulis ingin meningkatkan lagi hasil belajar siswa sehingga diharapkan tidak ada lagi siswa yang tidak mencapai nilai KKM dengan mengembangkan bahan ajar berupa modul sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar. Pengembangan modul pada materi koloid diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep pada materi koloid, karena pada dasarnya materi koloid bersifat abstrak. Modul ini menyajikan materi koloid dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa disertai gambar dan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu modul ini juga dilengkapi dengan latihan-latihan untuk menguji kemampuan siswa. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan modul materi koloid yang dapat digunakan di SMA. Mengetahui respon siswa terhadap modul koloid yang telah dikembangkan bagi siswa kelas XI IPA. METODE Jenis penelitian ini merupakan merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D). Model yang digunakan untuk mengembangkan produk menggunakan model ADDIE yang memiliki lima tahap, yakni (1) Analisis (Analysis), (2) Perancangan (Design), (3) Pengembangan (Development), (4) Implementasi (Implementation), dan (5) Evaluasi (Evaluation). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang diikuti oleh peneliti untuk menghasilkan produk, yakni sebagai berikut: 1) Analysis (Analisis), yakni identifikasi masalah dan menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa. 2) Design (Desain), yakni merancang konsep modul dan kerangka modul (outline) di atas kertas. 3) Development (Pengembangan), yakni mulai membuat modul yang akan digunakan dalam program pembelajaran. 4) Implementation (Implementasi), yakni menerapkan modul yang telah dikembangkan dalam proses pembelajaran. 5) Evaluation (Evaluasi), yakni melakukan evaluasi terhadap kualitas produk modul yang telah dikembangkan. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi dan angket. Lembar validasi diperlukan untuk memudahkan validator memberikan penilaian dan saran terhadap modul yang telah dikembangkan. Tahap validasi dilakukan dengan cara berjumpa langsung dengan validator untuk memvalidasi modul koloid. Sedangkan angket diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap modul koloid yang telah dikembangkan. Angket peneliti gunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data dari siswa dalam uji coba penelitian ini. Untuk menganalisis data validasi pakar ahli modul dan respon siswa dengan menggunakan rumus Sudjana (2005:109) sebagai berikut: 174
Keterangan: X = Rata-rata Σx = Jumlah seluruh skor N = Banyaknya subjek X = x N Adapun skala persentase penilaian tersebut, seperti Tabel 1. Tabel 1. Skala Persentase Penilaian Rerata Skor Klasifikasi > 4,2 Sangat Baik >3,4-4,2 Baik >2,6-3,4 Cukup >1,8-2,6 Kurang 1,8 Sangat Kurang (Sumber: Widoyoko, 2011) HASIL DAN PEMBAHASAN Pengembangan modul pada materi koloid dilakukan dengan menggunakan model ADDIE yang memiliki lima tahap, yakni (1) Analisis (Analysis), (2) Perancangan (Design), (3) Pengembangan (Development), (4) Implementasi (Implementation), dan (5) Evaluasi (Evaluation). Analisis (Analysis) Tahap analisis ini peneliti mendapatkan informasi dari sekolah melalui observasi dan wawancara dengan guru pada Tanggal 2 Maret 2016 mengenai dengan kesediaan modul kimia terutama materi koloid yang sesuai dengan kurikulum 2013 yang memuat tiga aspek penting, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Ternyata di sekolah belum tersedia modul, padahal modul sangat membantu siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis, maka peneliti mencoba mendesain modul koloid yang menarik dengan upaya agar siswa tidak bosan belajar dengan buku paket yang monoton. Desain (Design) Tahap desain yaitu merancang konsep produk di atas kertas. Adapun alat yang digunakan untuk merancang modul koloid ini adalah kertas dan pulpen. Kemudian didesain dengan komputer menggunakan program Microsoft Office Word, kertas A4 dengan ukuran margin kiri= 4 cm, kanan= 3 cm, atas= 4 cm, dan bawah= 3 cm. Pembuatan background modul menggunakan warna orange agar modul terlihat lebih cerah dan menarik. Pengembangan (Development) Tahap pengembangan produk dilakukan pembuatan produk awal dengan terlebih dahulu mengumpulkan bahan/materi bahan ajar, penetapan kompetensi dasar, uraian materi, dan evaluasi, serta referensi yang mendukung untuk dijadikan referensi uraian 175
materi modul. Setelah mengembangkan modul, selanjutnya peneliti melakukan validasi modul kepada dosen ahli untuk memperoleh kritik dan saran dari validator.. Hasil penelitian Sari, dkk., (2014) menunjukkan modul pembelajaran kimia berbasis blog yang dikembangkan sudah memenuhi kriteria baik digunakan dalam pembelajaran kimia. Hasil penelitian Suryani, dkk., (2014) menunjukkan bahwa bahan ajar berbentuk modul yang telah dihasilkan sudah valid, praktis, dan efektif. Hasil penelitian Septyenthi, dkk., (2014) menunjukkan bahwa hasil tanggapan uji coba perorangan dan uji coba kelompok kecil dapat disimpulkan bahwa siswa tertarik terhadap modul dan membantu siswa belajar mandiri. Hasil penelitian Nurhidayah, dkk., (2015) menunjukkan bahwa secara keseluruhan, persentase rata-rata modul sebesar 76,62% dengan kriteria baik. Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga memperoleh hasil yang sama. Berdasarkan hasil validasi modul oleh validator memperoleh nilai baik dan sangat baik. Data hasil validasi modul oleh validator disajikan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Hasil Validasi Modul oleh Validator Validator Rata-rata Klasifikasi Ahli Materi 4,45 Sangat Baik Ahli Media 4,24 Sangat Baik Ahli Bahasa 3,88 Baik Guru Kimia 4,35 Sangat Baik Tahap Implementasi (Implementation) Tahap implementasi yaitu melaksanakan program pembelajaran. Modul koloid yang telah dikembangkan, selanjutnya diujicobakan pada siswa SMAN 5 Banda Aceh kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 21 siswa perempuan. Implementasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul yang dikembangkan. Hasil penelitian Isworini, dkk., (2015), menunjukkan bahwa modul pembelajaran hidrolisis garam berbasis model inkuiri terbimbing untuk siswa Madrasah Aliyah kelas XI yang dikembangkan layak digunakan untuk pembelajaran hidrolisis garam dan efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Santoso dan Sukarmin, (2013) menunjukkan persentase kelayakan rata-rata 71% sehingga dapat disimpulkan bahwa media tersebut telah layak digunakan. Hasil penelitian Rahmawati, dkk., (2013), menunjukkan bahwa buku saku IPA terpadu bilingual tema bahan kimia dalam kehidupan layak digunakan sebagai bahan ajar dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil penelitian Rahayu, dkk., (2013), menunjukkan bahwa respon siswa dalam mempelajari kimia materi pokok hidrolisis garam melalui penerapan pembelajaran model Predict Observe Explain (POE) memberikan kontribusi 77% dengan kriteria sangat baik. Hasil penelitian Zulkarnain, dkk., (2015) menunjukkan bahwa e-modul berbasis web dengan pendekatan saintifik materi teori atom mekanika kuantum dinyatakan valid dan layak digunakan. Hasil penelitian Setiwan, dkk., (2015) menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa layak untuk dipakai karena memenuhi kelayakan kriteria isi sebesar 79,16 %, kriteria kesesuaian pendekatan soft skills sebesar 75%, kriteria penyajian sebesar 80,45% dan kriteria kebahasaan sebesar 80,56 %. Respon positif yang ditunjukkan siswa terhadap Lembar Kerja Siswa diketahui melalui angket respon siswa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga memperoleh hasil yang sama. Berdasarkan respon yang diberikan siswa terhadap modul koloid adalah positif, yakni 176
dengan nilai rata-rata 3,73 sehingga dapat disimpulkan modul koloid layak untuk digunakan. Tahap Evaluasi (Evaluation) Tahap ini dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian kelayakan modul oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan guru kimia. Evaluasi terhadap modul juga dilakukan dengan melihat respon siswa terhadap modul yang telah dikembangkan sehingga dapat disimpulkan modul yang telah dikembangkan layak atau tidak digunakan. Hasil penelitian Setiawan, dan Mitarlis, (2015) menunjukkan bahwa berdasarkan hasil respon siswa, Lembar Kerja Siswa berorientasi berorientasi soft skills (kemampuan berkomunikasi, keterampilan berpikir, dan bekerja dalam tim) memperoleh kategori sangat baik dengan persentase penilaian sebesar 97,92%. Hasil penelitian Yanti, dkk., (2015) menunjukkan bahan ajar LKS bermuatan karakter berbasis discovery-inquiry memenuhi kriteria valid dan efektif serta dapat meningkatkan keterampilan komunikasi siswa. Hasil penelitian Wikhdah, dkk., (2015), menunjukkan bahwa ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, efektif, praktis, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Nugraha, dkk., (2013) menunjukkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan memenuhi kriteria valid, efektif, praktis, dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hasil penelitian Wulandari, dkk., (2015) menunjukkan bahwa modul layak digunakan. Rata- rata penilaian kualitas modul oleh peserta didik dan guru pada semua uji memiliki katagori Baik hingga Sangat Baik. Hasil penelitian pengembangan media pembelajaran kimia berbasis android yang dilakukan oleh Lubis dan Ikhsan (2015) menunjukkan bahwa media pembelajaran kimia berbasis android layak dan efektif digunakan dalam pembelajaran kimia Hasil penelitian Wibowo, dkk., (2015) menunjukkan bahwa modul kimia pendekatan inkuiri yang dikembangkan efektif untuk membantu penerapan nilai pendidikan karakter Hasil penelitian Rosmalinda, dkk., (2013) menunjukkan siswa memberikan respon positif terhadap modul praktikum kimia SMA yangdikembangkan. Hasil penelitian Khotim, dkk., (2015) menunjukkan bahwa modul kimia berbasis masalah pada materi asam basa yang dikembangkan layak dan efektif meningkatkan pemahaman konsep pada materi asam basa. Adapun penelitian yang dilakukan oleh peneliti juga memperoleh hasil yang sama. Respon siswa terhadap modul pembelajaran koloid yang terdiri dari penilaian aspek kebahasaan, penyajian, dan tampilan modul secara menyeluruh disajikan pada Tabel 4. Tabel 3. Data Hasil Respon Siswa Total Skor Rata-rata Klasifikasi 44,7 3,73 Baik KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa pengembangan modul koloid dengan menggunakan model ADDIE, yang terdiri dari 5 tahap, yakni (1) Analisis (Analysis), yaitu memperoleh informasi yang berkaitan dengan bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. (2) Perancangan (Design), yaitu merancang kerangka dan sistematika modul di atas kertas. (3) Pengembangan 177
(Development), yaitu proses pembuatan produk awal yang terdiri dari: judul, kata pengantar, petunjuk penggunaan modul, daftar isi, peta konsep, kompetensi dasar, indikator, materi, contoh, soal latihan, lembar kerja praktikum, rangkuman, daftar pustaka, dan kunci jawaban soal latihan. (4) Implementasi (Implementation), yaitu melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan desain modul pada pembelajaran dan (5) Evaluasi (Evaluation), yaitu penilaian hasil uji coba modul. Hasil respon siswa kelas XI IPA SMAN 5 Banda Aceh terhadap modul koloid yakni skor ratarata 3,73. Hal ini disebabkan karena desain sampul dilengkapi dengan gambar dan tampilan warna yang cerah sehingga menarik minat siswa. DAFTAR PUSTAKA Daryanto. 2013. Menyusun Modul:Bahan Ajar untuk Persiapan Guru dalam Belajar. Yogyakarta: Gava Media. Hernawa, B. Y., dan Rinaningsih. 2013. Pengembangan Media Interaktif Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik untuk Kelas X SMA. Journal of Chemical Education, (2)(2):143-150. Isworini, Sunarno, W., dan Saputro, S. 2015. Pengembangan Modul Pembelajaran Hidrolisis Garam Berbasis Model Inkuiri Terbimbing (Guidedinquiry) untuk Siswa Madrasah Aliyah Kelas X. Jurnal Inkuiri,(4)(3):9-20. Khotim, H. N., Nurhayati, S., dan Hadisaputro, S.2015. Pengembangan Modul Kimia Berbasis Masalah pada Materi Asam Basa. Jurnal Chemistry in Education, (4)(2):63-69. Lubis, I. R., dan Ikhsan, J.2015. Pengembangan Media Pembelajaran Kimia Berbasis Android untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA,(1) (2):191-201. Nugraha, D. A., Binadja, A., dan Supartono. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Reaksi Redoks Bervisi SETS, Berorientasi Konstruktivistik. Journal of Innovative Science Education, (2)(1):27-34. Nurhidayah, R., Irwandi, D., dan Saridewi, N.2015. Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Jurnal Edu- Sain,(7)(1): 36-47. Rahayu, S., Widodo, AT., dan Sudarmin. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model POE Berbantuan Media I am a Scientist. Innovative Journal of Curriculum and Educational Technolog, (2) (1):128-133. Rahmawati, N. L., Sudarmin, dan Pukan, K. K. 2013. Pengembangan Buku Saku IPA Terpadu Bilingual dengan Tema Bahan Kimia dalam Kehidupan Sebagai Bahan Ajar di MTsM. Unnes Science Education Journal, (2)(1):157-164. Rosmalinda, D., Rusdi, M., dan Hariyadi, B. 2013. Pengembangan Modul Praktikum Kimia SMA Berbasis PBL (Problem Based Learning). Jurnal Edu-Sains, (2)(2):1-7 Santoso, T., dan Sukarmin. 2013. Pengembangan Media Pembelajaran Blog Kimia Berbasis Mobile Education. Journal of Chemical Education, (2)(1):28-32. Sari, R. A., Saputro, S., dan Catur, A. N.2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis Blog untuk Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), (3)(2):7-15. Septyenthi, S., Lukman, A., dan Yelianti, U. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran IPA Berbasis Entrepreneurship di SMK Negeri 2 Kota Jambi. Jurnal Edu-Sains, (3) (2):21-35. Setiawan, D. A., dan Mitarlis. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berorientasi Soft Skills pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit Kelas X di MAN Mojokerto. Journal of Chemical Education, (4)(3):480-485. 178
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bandung. Suryani, D. I., Suhery, T, dan Ibrahim, A. R. 2014. Pengembangan Modul Kimia Reaksi Reduksi Oksidasi Kelas X SMA. Jurnal Pendidikan Kimia, (1)(1):18-28. Wibowo, T., Supartono, dan Supardi, K. I. 2015. Pengembangan Modul Termokimia dengan Pendekatan Inkuiri Terpadu Pendidikan untuk Meningkatkan Logika Siswa. Journal of Innovatife Science Education, (4)(1):1-6. Widoyoko, E. P. 2011. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wikhdah, I. M., Sumarti, S. S., dan Wardani, S. 2014. Pengembangan Modul Larutan Penyangga Berorientasi Chemoentrepreneurship (CEP) untuk Kelas XI SMA/MA. Jurnal Pendidikan Kimia, (1)(1):18-28. Wulandari, T. N., Ashadi dan Yamtinah, S. 2015. Pengembangan Modul Pereaksi Kimia Berbasis SETS pada Mata Pelajaran Analisis Kimia Dasar Kelas X SMK Kimia Industri. Jurnal Inkuiri, (4)(4):54-60. Yanti, E, Haryani, S., dan Supardi, K. I. 2015. Mengembangkan Bahan Ajar Koloid Bermuatan Karakter Berbasis Discovery-Inquiry untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA. Journal of Innovative Science Education, (4)(1):1-9. Zulkarnain, A., Kadaritna, N., dan Tania, L. 2015. Pengembangan E-Modul Teori Atom Mekanika Kuantum Berbasis Web dengan Pendekatan Saintifik. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, (4)(1):222-235. 179