BAB I PENDAHULUAN. bahkan perusahaan besar di dunia. Praktik manajemen laba pada perusahaan besar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beberapa perusahaan besar seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi adanya perilaku yang menyimpang. Etika merupakan suatu konsep fundamental

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (return) atas UKDW

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri biasa dilakukan oleh perusahaan untuk dapat bersaing dengan kompetitornya.

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pihak pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan. Pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

1 BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelemahan. Wild et al. (2003) mengkritik bahwa akuntansi akrual

BAB I PENDAHULUAN. memperluas pangsa pasarnya. Baik dengan memperluas jangkauan pasarnya serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan pengolahan atau manufaktur adalah perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi pasar modal di Indonesia saat ini semakin berkembang sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang cukup pesat. Sejak adanya paket-paket kebijakan yang. dikeluarkan pemerintah dan adanya UU No. 10 Tahun 1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ada dalam laporan keuangan adalah relevan (relevance) dan dapat diandalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan. Menurut IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan pada perusahaan mengenai praktik earnings management yang

BAB I PENDAHULUAN. arus kas perusahaan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam laporan tahunan harus disertai pengungkapan yang penuh

BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan adalah informasi yang diperoleh dari laporan keuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha pada mulanya merupakan perusahaan perseorangan atau

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik

BAB I PENDAHULUAN. manajemen laba muncul sebagai konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperoleh dana tambahan, salah satu alternatif penambahan saham dipilih

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami krisis yang berkepanjangan karena lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan zaman terus menuntut perusahaan untuk selalu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Informasi laba haruslah menggambarkan keadaan. laba untuk memaksimalkan kepuasan mereka sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. seperti: kreditur, pemerintah, pemasok, dan lain-lain. Informasi laba

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

I. PENDAHULUAN. corporate governance. Bukti menunjukkan lemahnya praktik corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan serius yang dihadapi praktisi, akademisi akuntansi dan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. eksternal seperti : investor, kreditor, pelanggan, karyawan, dan. laporan keuangan merupakan catatan ringkas yang berisi informasi

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan dari informasi tersebut (Sulistiawan, 2003). Akibatnya, guna mendapatkan manfaat atau keuntungan yang maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika

BAB I PENDAHULUAN. Pada Era Globalisasi saat ini negara-negara berkembang dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dipercayakan kepada manajemen. Pengguna ingin menilai apa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia terhadap Good Corporate Governance (GCG) mulai. yang dilakukan oleh Asian Development Bank (ADB) menyimpulkan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan mekanisme yang di dalamnya terdiri dari berbagai partisipan

BAB I PENDAHULUAN. adalah laporan keuangan. Laporan keuangan selain merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan atau kinerja manager. Informasi tentang laba dapat digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengevaluasi kinerja manajemen. Di dalam laporan keuangan yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi di Indonesia saat ini, banyak perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perusahaan umumnya memiliki tujuan untuk memaksimalkan kemakmuran

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu pertanggungjawaban. manajemen atas sumber daya yang dipercayakan oleh stakeholder.

BAB I PENDAHULUAN. dan kepentingan antara pemilik (principal) dan manajemen (agent) tersebut akan. menimbulkan permasalahan keagenan (agency problem).

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya membuat dunia usaha dijalankan secara profesional justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pihak - pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan (principal dan. menyebabkan munculnya hubungan agensi antara principal (pemegang

BAB I PENDAHULUAN. eksternal untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Baridwan (2002:3), penyusunan laporan keuangan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan selama periode tertentu yang memuat informasi-informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, motivasi penelitian, manfaat penelitian, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan CSR merupakan gagasan yang tidak lagi membuat perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya konflik kepentingan antara shareholder dan manajer, karena

BAB I PENDAHULUAN. baik jika laba tersebut menjadi indikator yang baik untuk laba masa mendatang,

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun pihak eksternal

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan kontrak atau mengambil keputusan investasi menjadi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut

PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu media komunikasi yang biasa. digunakan untuk menghubungkan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan hilangnya kepercayaan publik dan investor untuk berinvestasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan dasar akuntansi keuangan adalah untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. harus terus meningkatkan eksistensinya agar dapat bertahan. Perusahaan dituntut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan harga saham. Semakin tinggi nilai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran saham perdana yang dilakukan perusahaan kepada publik (Initial

BAB I PENDAHULUAN. haruslah menggambarkan keadaan ekonomi dan keuangan perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan juga harus memenuhi karakteristik kualitatif sehingga laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam menjalankan usahanya perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana, baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. internal (Belkaoi, 2006 dalam Prastiti, 2013). 1, informasi laba merupakan sasaran utama dalam menilai kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. maupun praktisi (Dechow dan Skinner 2000; Merchant dan Rockness 1994) sebab

BAB I PENDAHULUAN. masa lalu dan kondisi perusahaan untuk masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu catatan informasi keuangan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan dengan pihak pihak yang berkepentingan dengan data atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, perusahaan-perusahaan besar jatuh karena terlibat dalam skandal keuangan perusahaan. Skandal keuangan tersebut salah satunya disebabkan oleh manajamen laba, terjadi pada perusahaan besar di Indonesia bahkan perusahaan besar di dunia. Praktik manajemen laba pada perusahaan besar mendorong terjadinya skandal keuangan, contohnya seperti Enron, Merck, Allied Carpet, Sunbean, World Com, dan mayoritas perusahaan di Amerika Serikat (Cornett et al., 2006). Tipe-tipe praktik akuntansi dalam upaya melakukan manajemen laba antara lain dengan cara (1) Enron mengubah hutang perusahaan induk luar negeri untuk menggelembungkan pendapatan, (2) Allied Carpet mencatat pendapatan lebih cepat daripada seharusnya, (3) Sunbeam memanipulasi pencatatan penghasilan yang besar dengan cara mencatat kembali pendapatan pada periode sebelumnya. (Greenfield et al., 2008) Kasus yang lebih mencengangkan adalah Worldcom, perusahaan besar yang menjadi bintang di pasar modal pada tahun 1990 di Amerika Serikat berubah menjadi perusahaan yang melakukan skandal akuntansi terbesar. Dari kasus tersebut dapat disimpulan bahwa praktik manajemen laba sangat membahayakan kelangsungan hidup dan elektabilitas perusahaan dan juga merugikan individu yang terlibat dalam praktik tersebut. 1

Pada perusahaan, manajer akan mendapatkan banyak informasi lebih banyak dan juga prospek perusahaan dimasa datang daripada pemilik atau pemegang saham. Manajer memiliki kewajiban untuk menginformasikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan berupa pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal untuk bahan pertimbangan mengambil keputusan. Ketidakseimbangan penguasaan informasi tentang perusahaan akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut dengan asimetri informasi (information asymmetry). Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi yang lebih banyak mengenai prospek intern perusahaan yang tidak diketahui oleh pihak eksternal perusahaan. Adanya asimetri informasi inilah yang menjadi penyebab manajemen laba. (Richardson, 1998) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang sistematis antara asimetri informasi dengan tingkat manajemen laba. Adanya asimetri informasi mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Asimetri informasi ini mengakibatkan terjadinya moral hazard berupa usaha manajemen untuk melakukan earnings management (Wardana 2016). Moral hazard dalam konteks teori keagenan terjadi karena ada asimetri informasi antara prinsipal (pemilik, pemegang saham) dengan agen (manajer). Penelitian ini penting karena praktik manajemen laba dapat dipengaruhi faktor individu dan juga dari organisasi. Dari individu, sifat manusia yang 2

menginginkan memaksimalkan bonus karena keserakahannya yang disebut love of money (LOM) akan melakukan apapun untuk memenuhi keinginannya. Karena uang merupakan salah satu alasan terjadi praktik manajemen laba (Kaplan, 2001). Faktor individu lain adalah spiritual, nilai-nilai spiritual yang dimiliki individu dalam pekerjaan akan mengacu kerangka kerja dan organisasi. Spiritual dapat membuat karyawannya lebih efektif dan efisien dalam bekerja, karena mereka bekerja untuk meningkatkan spiritualnya, berbeda dengan karyawan yang bekerja hanya untuk mencari uang. Penelitian Bhunia dan Mukhuti (2011) mengatakan bahwa spiritual berpengaruh signifikan terhadap motivasi manajemen laba. Selain dari individu, faktor budaya organisasi didalam perusahaan dapat berpengaruh besar terhadap perilaku individu. Pentingnya sebuah etika didalam perusahaan dan juga perlakuan manajer terhadap karyawannya. Wardana (2016) mengatakan bahwa tingkat iklim etis organisasi di perusahaan akan mengurangi potensi manajer melakukan manajemen laba. Dalam Al-Qur an juga diatur mengenai larangan untuk merugikan orang lain, karena manajemen laba berkaitan dengan manipulasi data untuk keuntungan salah satu pihak dan berpotensi ada yang merasa dirugikan. Allah berfirman pada surat Asy-Syu ara: Artinya: Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang 3

yang merugikan; dan timbanglah dengan timbangan yang lurus; Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; dan bertakwalah kepada Allah yang telah menciptakan kamu dan umatumat yang dahulu". (Q.S Asy-Syu ara: 26 181-184) Ayat diatas menjelaskan bahwa Syu aib memerintahkan mereka untuk menyempurnakan takaran dan timbangan serta melarang mereka berbuat curang dalam masalah tersebut. Akan tetapi ambilah oleh kalian sebagaimana kalian memberi dan berikanlah oleh kalian sebagaimana kalian mengambil. Dia mengancam mereka dengan siksaan Allah, Rabb Yang telah menciptakan mereka dan menciptakan nenek moyang mereka yang pertama, sebagaimana Musa as. berkata: Rabbukum wa rabbu aabaa-ukumul awwaliin ( Rabbmu dan Rabb nenek-nenek moyangmu yang dahulu. (Asy-Syu araa: 26) Beberapa manajer memutuskan untuk terlibat dalam manajemen laba dan beberapa yang lainnya tidak (Greenfield et al., 2008). Manajer ketika memiliki pertimbangan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan berpeluang besar terjadi manajemen laba yang dapat menyesatkan pemegang saham atau stakeholder (Kriswantini, 2015). Berdasarkan Teori Keagenan, manajer berada pada posisi yang dilematis ketika harus memutuskan kedudukannya sebagai agen di sebuah perusahaan. Hubungan antara agen dan prinsipal dapat menimbulkan konflik perbedaan kepentingan diantara keduanya (Kriswantini, 2015). Sebagai agen, di satu sisi manajer seharusnya mengambil keputusan yang dapat menguntungkan prinsipal, tetapi di sisi lain manajer mempunyai pertimbangan untuk memperoleh bonus yang lebih tinggi dengan cara menaikkan laba. Hal itulah yang mendorong manajer menyajikan laporan keuangan yang tidak sesuai 4

dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Tindakan memaksimalkan bonus muncul karena adanya keinginan, keserakahan, dan sifat materialisme (Belk, 1985) manusia untuk memiliki uang yang disebut dengan love of money (LOM). Motif untuk memperoleh bonus setinggi mungkin inilah yang mendorong terjadinya moral hazard. Secara finansial manusia mungkin terlihat miskin namun secara psikologis kaya. Maksud dari ungkapan tersebut bahwa manusia mencari uang bukan karena mereka miskin tetapi karena secara psikologis mendambakan uang. Individu dengan tingkat LOM yang tinggi secara rasional akan termotivasi melakukan tindakan apapun untuk mendapatkan uang, walaupun dengan risiko yang tinggi. Dengan demikian, individu dengan LOM tinggi cenderung terlibat dalam perilaku tidak etis di dalam sebuah organisasi dibandingkan individu dengan tingkat LOM rendah. (Tang dan Chiu, 2003) LOM merupakan akar penyebab dari skandal keuangan perusahaan (Tang dan Chiu, 2003) dan mengindikasikan persepsi etis yang rendah dalam situasi bisnis (Wong, 2008). Lebih lanjut Kaplan (2001) menyatakan bahwa salah satu alasan mengapa manajer melakukan praktik manajemen laba adalah uang. Penelitian sebelumnya yang dilakukan Wardana (2016) mengindikasikan bahwa LOM berpengaruh positif terhadap perilaku manajer dalam memutuskan untuk melakukan manajemen laba atau tidak. Solusi atas masalah moral hazard dapat mempertimbangkan masalah moral dan etika manajer, serta kepercayaan terhadap nilai-nilai spiritual yang universal seperti kejujuran, bijaksana, pahala dan dosa. Solusi moral ini 5

dikemukakan oleh (Kriswantini, 2015). Manajemen diberi penyadaran spiritual dalam menjalankan hidup dan juga mengelola perusahaan agar keputusan manajemen memiliki dampak yang menguntungkan bagi semua pihak. Uang atau materialitas bukanlah tujuan akhir hidup manusia. Ada banyak nilai kehidupan yang harus dimiliki setiap manusia. Materialisme (bonus) bukanlah motivasi utama dan tujuan akhir di tempat kerja. Motivasinya adalah menemukan makna dari pekerjaannya dan bagaimana manfaatnya bagi dirinya sendiri dan orang lain. Menghormati kepentingan orang lain, jujur, bertanggung jawab baik kepada sesama manusia maupun kepada Tuhan, bekerja untuk beribadah, merupakan beberapa nilai kehidupan yang bisa ditanamkan kepada manajemen. Apabila manajer dan karyawan menyadari hal tersebut, maka perilaku moral hazard bisa dikurangi. Manajemen akan mempunyai self-control, akan merasa bahwa apa yang diperbuat selalu dilihat oleh Tuhan. Oleh karena itu akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Orang yang mempunyai tingkat spiritual tinggi cenderung mempunyai perilaku yang berdampak baik bagi orang lain Kriswantini (2015). Spiritual juga termasuk tingkat kesadaran seseorang terkait dengan dampak perilakunya terhadap orang lain dalam sebuah organisasinya. Spiritual mempresentasikan tingkat kesadaran spiritual setiap individu yang mencakup prinsip, nilai, etika dan perilaku individu. Jika tingkat spiritual manajer tinggi, maka perilaku moral hazard akan berkurang karena manajer menyadari dampak perilakunya tidak baik bagi orang lain terutama pemegang saham. 6

Selain dari faktor individu, Wardana (2016) terdapat area yang mungkin dapat menjadi penyebab utama skandal keuangan perusahaan dan mengklasifikasikan area tersebut menjadi 6 kategori, dua di antaranya adalah iklim etis organisasi dan kesalahan manajemen serta instruksi atasan dan kepemimpinan eksekutif. Iklim etis organisasi merupakan hasil refleksi dari sikap manajemen dan perilaku-perilaku yang mengarah pada etika (Victor dan Cullen, 1988) dan terdiri dari tiga konstruk multidimensional yang terdiri dari budaya etis organisasi, tone of the top, dan kepemimpinan etis (Wardana, 2016). (Shafer, 2015) mengatakan bahwa ketika karyawan merasakan iklim tidak etis di sebuah organisasi atau instruksi dari atasan, maka mereka cenderung meminimalisasi pentingnya etika perusahaan dan tanggung jawab sosial untuk merasionalkan keputusan melakukan praktik manajemen laba. Budaya organisasi akan memengaruhi individu dalam perusahaan untuk berperilaku etis ketika budaya organisasi tersebut dapat berjalan seperti sistem formal (Trevino, 1986). Sebaliknya, karyawan akan mengesampingkan pentingnya etika perusahaan sebagai hasil refleksi dari aktivitas manajemen atas yang tidak menjunjung tinggi perilaku etis (Shafer, 2015). Dengan adanya evaluasi tentang persepsi iklim etis organisasi mungkin dapat meningkatkan pentingnya penerapan etika bagi para peneliti dan praktisi bisnis (Martin dan Cullen, 2006). Penelitian ini akan menguji apakah iklim etis organisasi dapat memengaruhi perilaku individu untuk melakukan manajemen laba. Karyawan beranggapan bahwa tindakan manajemen laba dapat meningkatkan bonus, hal itu wajar jika pada iklim organisasi yang tidak mendukung kegiatan etis. Karyawan akan mengesampingkan pentingnya 7

etika perusahaan sebagai hasil refleksi dari aktivitas manajemen atas yang tidak menjunjung tinggi perilaku etis (Shafer, 2015). Penelitian ini merujuk pada penelitian Wardana (2016) yang berjudul Pengaruh Love of Money dan Iklim Etis Organisasi terhadap Manajemen Laba. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini menambahkan variabel spiritual sebagai faktor individu lainnya yang memengaruhi praktik manajemen laba. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah tingkat Love of Money (LOM) memengaruhi kecenderungan manajer melakukan perilaku manajemen laba? 2. Apakah tingkat spiritual memengaruhi kecenderungan manajer melakukan perilaku manajemen laba? 3. Apakah tingkat iklim etis organisasi memengaruhi kecenderungan manajer melakukan perilaku manajemen laba? 4. Apakah hubungan interaksi tingkat Love of Money yang tinggi dan tingkat spiritual yang rendah memengaruhi manajer untuk melakukan perilaku manajemen laba? C. Tujuan Penelitian adalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini 8

1. Untuk menguji apakah tingkat Love of Money memengaruhi manajer melakukan perilaku manajemen laba 2. Untuk menguji apakah tingkat spiritual memengaruhi manajer melakukan perilaku manajemen laba 3. Untuk menguji apakah tingkat iklim etis organisasi memengaruhi manajer melakukan perilaku manajemen laba 4. Untuk menguji apakah hubungan interaksi tingkat Love of Money yang tinggi dengan tingkat spiritual yang rendah memengaruhi manajer untuk melakukan perilaku manajemen laba D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Bagi pihak eksternal, seperti kreditor dan investor dengan penelitian ini diharapkan dapat mempertimbangkan keputusannya dimana manajemen laba dapat dipengaruhi oleh faktor dari individu maupun kelompok. 2. Bagi manajemen perusahaan dapat menjadi referensi untuk lebih baik lagi dalam memilih karyawan ataupun menghadapi karyawan yang berbeda-beda sifatnya yang dapat memengaruhi perkembangan perusahaannya. 3. Penelitian ini juga sebagai evaluasi bagi para pengambil keputusan supaya tidak mengambil keputusan yang salah dan merugikan perusahaan. 9

b. Manfaat Praktik Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya dan menambah ilmu pengetahuan tentang tingkatan faktor-faktor yang memengaruhi manajemen laba. 10