1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan di negara maju dan negara berkembang, maka bertambahlah usia harapan hidup penduduk negara tersebut. Hal ini berarti, akan bertambahnya populasi penduduk lanjut usia (lansia). Di Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya seseorang dikelompokkan ke dalam golongan lansia jika umur kronologisnya sudah 60 tahun (Kane, 1994). Indonesia menempati peringkat keempat dunia dengan penduduk orang berusia lanjut terbanyak di dunia dibawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data terakhir dari BPS, penduduk orang lanjut usia (60 tahun keatas) cenderung meningkat. Jumlah penduduk orang lanjut usia di Indonesia tahun 2000 adalah 17.767.709 orang atau 7,97 % dari jumlah penduduk Indonesia. Pada tahun 2010 diprediksikan jumlah orang lanjut usia meningkat menjadi 9,58 % dan pada tahun 2020 sebesar 11,20 % (BPS, 2000). Penyakit pada usia lanjut dengan gejala khas yaitu multipatologi (lebih dari satu penyakit), kemampuan fisiologis tubuh yang sudah menurun, tampilan gejala yang tidak khas/ menyimpang, dan penurunan status fungsional (kemampuan beraktivitas). Penyakit-penyakit yang ditemukan pada pasien geriatri umumnya adalah penyakit degeneratif kronik (Kane, 1994). Setiap orang pasti ingin memiliki masa tua yang bahagia tetapi keinginan tidaklah selalu dapat menjadi nyata. Pada kehidupan nyata, banyak sekali lansia-lansia yang menjadi depresi, stress, dan berpenyakitan. Banyak kita temukan lansia yang dikirim ke panti jompo dan tidak terurus oleh keluarga, ada lansia yang diasingkan dari kehidupan anak cucunya meskipun hidup dalam lingkungan yang sama, ada lansia
2 yang masih harus bekerja keras meskipun sudah tua, dan masih banyak hal-hal lainnya yang menjadi penyebab (Lueckenotte, 2000; Hall & Hassett, 2002). Panti merupakan salah satu alternatif kepada lanjut usia untuk mendapatkan perawatan dan pelayanan secara memadai, akan tetapi hal ini tidak seratus persen akan diterima oleh lanjut usia secara lapang. Konteks ke-indonesian pada umumnya lanjut usia seringkali menghayati penempatan mereka di panti sebagai bentuk pengasingan dan pemisahan dari perasaan kehangatan yang terdapat dalam keluarga. Perasaan-perasaan negatif akan muncul dalam benak lansia, perasaan kecewa, tidak dihargai, sedih, dendam, marah dan sebagainya. Sikap bersabar dan mencoba menerima kondisi hidup apa adanya merupakan obat penawar yang cukup efektif untuk jangka pendek, akan tetapi sikap sabar tidak dengan sendirinya atau secara otomatis akan menghilangkan perasaan-perasaan tersebut, sikap sabar tidak lain merupakan mekanisme pertahanan ego yang dinamakan Represi. Pada saat-saat tertentu perasaan-perasaan tersebut akan muncul dan menimbulkan depresi (Miller, 1995). Depresi merupakan fluktuasi emosi yang bersifat dinamik, mengikuti suasana perasaan internal maupun eksternal individu. Data WHO menyebutkan bahwa pada tahun 2020, depresi akan menjadi beban global penyakit kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik. Prevalensi per tahun depresi diperkirakan berkisar antara 5-10% per tahun sedangkan life time prevalence bisa mencapai dua kali lipatnya. Secara klinik gejala depresi dapat menjadi pervasif, memburuk, mengganggu perilaku sehari-hari serta muncul bersama penyakit lain. Depresi dapat berkomorbiditas dengan penyakit lain. Studi yang telah dilakukan mengatakan komorbiditas depresi, yaitu Kanker 6-25%, Pasca Stroke 23-29%, Diabetes Mellitus 9-27%, Jantung Koroner 18-23%, Infark Miokard 16-19%, Rheumatoid Arthritis 12-28%, Penyakit Parkinson s 2-51%, HIV 4-18%, Penyakit Paru Kronik 30,9%, Gangguan Neurologik 37,5% serta Gangguan Pencernaan 22,4% (Lueckenotte, 2000).
3 Data yang diperoleh peneliti pada bulan Mei tahun 2010 di Panti Wreda Pengayoman Semarang didapatkan data jumlah lansia sebanyak 66 orang. Sebanyak 52 lansia menderita penyakit kronis, diantaranya Diabetes Mellitus 16,98%, Stroke 24,5%, Hipertensi 9,4%, Jantung 11,3%, Demensia 7,5%, Lumpuh 7,5%, serta penyakit lain masing-masing sebesar 1,88% seperti TBC, Alzhaimer, Obesitas, Reumatik, Katarak, Thypoid, Halusinasi, Anemia, Fraktur tulang dan Gangguan pendengaran. Rata-rata semua lansia dititipkan di Panti oleh keluarganya dengan alasan tidak ada yang mengurus dan mampu merawat di rumah. Meskipun pelayanan dari Panti sudah cukup maksimal, banyak lansia menunjukkan adanya gejalagejala depresi. Dari pengamatan peneliti pada 10 lansia yang menderita penyakit kronik menunjukkan perubahan perilaku sehari-hari, diantaranya seperti diam, kurang semangat, sulit tidur, dan menunjukkan sikap ketidaksenangan terhadap berbagai aktivitas yang dilakukan. Mereka cenderung putus asa dengan keadaaannya, tidak mengikuti nasehat yang diberikan oleh perawat, selalu kelihatan sedih dan murung. B. Rumusan Masalah Lansia yang mengalami perubahan psikologis membutuhkan suatu perhatian khusus dari tim kesehatan yang ada di Instansi Panti Wreda, baik Dokter, Perawat, Psikolog ataupun petugas kerohanian. Khususnya perawat sebagai anggota tim kesehatan yang memberikan pelayanan penuh selama 24 jam dituntut untuk dapat memberikan pelayanan berkualitas sehingga penting bagi perawat mengkaji bukan hanya aspek fisik saja, tetapi juga aspek bio psiko sosial spiritual. Melihat fenomena diatas maka dirasa perlu adanya penelitian tentang hubungan antara Hubungan Antara Konsep Diri dengan Tingkat Depresi pada lansia yang menderita Penyakit Kronik Di Panti Wreda
4 C. Tujuan Penellitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan Antara Konsep Diri dengan Tingkat Depresi pada Lansia yang Menderita Penyakit Kronik Di Panti Wreda 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan konsep diri pada lansia di Panti Wreda b. Mendeskripsikan tingkat depresi yang diderita pada lansia di Panti Wreda c. Menganalisis Hubungan Antara Konsep Diri dengan Tingkat Depresi pada lansia yang menderita Penyakit Kronik Di Panti Wreda D. Manfaat Penelitian 1. Lansia Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengarahkan keadaan yang positif tentang kejiwaan lanjut usia dan membantu meminimalkan tingkat depresi yang dialami. 2. Panti Wreda Hasil penelitian ini diharapkan agar panti wreda lebih memperhatikan kesehatan lanjut usia sehingga penderita depresi dapat di cegah seminimal mungkin. 3. Perawat Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi tenaga perawat untuk mencegah terjadinya depresi dan mengarahkan klien dalam keadaan yang positif tentang kejiwaan dalam menghadapi penyakitnya serta tidak hanya melakukan perawatan fisik tetapi juga mencangkup bio psiko sosial spiritual.
5 E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan yang difokuskan dalam bidang ilmu keperawatan gerontik dan ilmu keperawatan jiwa.