PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA PENGOMPLEKS PADA FASA PENERIMA TERHADAP PEMISAHAN LOGAM PERAK DENGAN TEKNIK SLM (SUPPORTED LIQUID MEMBRANE)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENGGUNAAN SENYAWA PENGEMBAN GABUNGAN TERHADAP PEMISAHAN LOGAM PERAK DENGAN TEKNIK SLM (SUPPORTED LIQUID MEMBRANE)

PENGARUH PERBANDINGAN VOLUME FASA AIRDENGAN FASA ORGANIK DAN KONSENTRASI AgDALAMFASA AIR PADA EKSTRAKSI PERAKDARI LIMBAH FOTO ROENTGEN

RECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA)

PEMULIHAN (RECOVERY) DAN PEMISAHAN SELEKTIF LOGAM BERAT (Zn, Cu dan Ni) DENGAN PENGEMBAN SINERGI MENGGUNAKAN TEKNIK SLM

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TRANSPOR ION TEMBAGA (II) MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

OPTIMASI TRANSPOR Cu(II) DENGAN APDC SEBAGAI ZAT PEMBAWA MELALUI TEKNIK MEMBRAN CAIR FASA RUAH

Skala ph dan Penggunaan Indikator

MEKANISME TRANSPOR LANTANUM MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG (SLM) DENGAN PENGEMBAN CAMPURAN D2EHPA (ASAM DI-(2- ETILHEKSIL) FOSFAT) DAN TBP

PENGAMBILAN TEMBAGA DARI BATUAN BORNIT (Cu5FeS4) VARIASI RAPAT ARUS DAN PENGOMPLEKS EDTA SECARA ELEKTROKIMIA

PEMUNGUTAN LANTANUM DARI MINERAL MONASIT BANGKA DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG BERTINGKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMURNIAN DAN NILAI FAKTOR PEMISAHAN TRANSPOR UNSUR La TERHADAP UNSUR Nd, Gd, Lu DENGAN TEKNIK MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RECOVERY PERAK DARI LIMBAH FOTOGRAFI MELALUI MEMBRAN CAIR BERPENDUKUNG DENGAN SENYAWA PEMBAWA ASAM DI-2-ETIL HEKSILFOSFAT (D2EHPA)

PENGARUH ELEKTROLIT HNO3 DAN HCl TERHADAP RECOVERY LOGAM Cu DENGAN KOMBINASI TRANSPOR MEMBRAN CAIR DAN ELEKTROPLATING MENGGUNAKAN SEBAGAI ION CARRIER

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekperimental.

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN PROSES PENYEPUHAN EMAS

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

BAB III METODE PENELITIAN

I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.

Jurnal Kimia Indonesia

LAPORAN PENGAMATAN PENYEPUHAN LOGAM

KIMIA ELEKTROLISIS

PERMEABILITAS MEMBRAN TRANSPOR CAMPURAN UNSUR TANAH JARANG (La, Nd, Gd, Lu) MENGGUNAKAN CARRIER (TBP : D2EHPA) MELALUI SUPPORTED LIQUID MEMBRANE

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

Elektrokimia. Sel Volta

EKSTRAKSI PELARUT. I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari ekstraksi pelarut 2. Menentukan konsentrasi Ni 2+ yang terekstrak secara spektrofotometri

OLIMPIADE SAINS NASIONAL SELEKSI Tingkat PROVINSI. UjianTeori. Waktu 2,5 Jam. Departemen Pendidikan Nasional


REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

Selektifitas Transpor Lantanum Dari Mineral Monasit Dengan Teknik Supported Liquid Membrane

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

kimia Kelas X LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT K-13 A. Pengertian Larutan dan Daya Hantar Listrik

Mengubah energi kimia menjadi energi listrik Mengubah energi listrik menjadi energi kimia Katoda sebagi kutub positif, anoda sebagai kutub negatif

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

Hasil Penelitian dan Pembahasan

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Hand Out HUKUM FARADAY. PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dibina oleh Pak I Wayan Dasna. Oleh: LAURENSIUS E. SERAN.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KLASIFIKASI ZAT. 1. Identifikasi Sifat Asam, Basa, dan Garam

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015

BAB VI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-Juli 2013 di Unit Pelaksanaan

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

STUDI PENURUNAN KONSENTRASI NIKEL DAN TEMBAGA PADA LIMBAH CAIR ELEKTROPLATING DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini

Perlakuan dan pembuangan limbah kimia dari pekerjaan laboratorium sehari-hari

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Ngatijo, dkk. ISSN Ngatijo, Pranjono, Banawa Sri Galuh dan M.M. Lilis Windaryati P2TBDU BATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PEMISAHAN PERCOBAAN 1 EKSTRAKSI PELARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ELEKTROKIMIA Konsep Dasar Reaksi Elektrokimia

BAB 8. ELEKTROKIMIA 8.1 REAKSI REDUKSI OKSIDASI 8.2 SEL ELEKTROKIMIA 8.3 POTENSIAL SEL, ENERGI BEBAS, DAN KESETIMBANGAN 8.4 PERSAMAAN NERNST 8

ELEKTROKIMIA Reaksi Reduksi - Oksidasi

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Penyisihan Besi (Fe) Dalam Air Dengan Proses Elektrokoagulasi. Satriananda *) ABSTRAK

Peningkatan Kualitas Air Tanah Gambut dengan Menggunakan Metode Elektrokoagulasi Rasidah a, Boni P. Lapanporo* a, Nurhasanah a

I. PENDAHULUAN. serius, ini karena penggunaan logam berat yang semakin meningkat seiring

Kegiatan Belajar 3: Sel Elektrolisis. 1. Mengamati reaksi yang terjadi di anoda dan katoda pada reaksi elektrolisis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TRY OUT UJIAN NASIONAL SMA PROGRAM IPA AKSES PRIVATE. Mata pelajaran : KIMIA Hari/Tanggal : / 2013

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENENTUAN KADAR BESI DALAM SAMPEL AIR SUMUR SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

MAKALAH PPM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH ELEKTROPLATING DENGAN PEMANFAATAN KEMBALI LIMBAH ELEKTROPLATING. Oleh: R. Yosi Aprian Sari, M.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian tentang pengaruh elektrodisinfeksi terhadap Coliform dan

Transkripsi:

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 PENGARUH PENAMBAHAN SENYAWA PENGMPLEKS PADA FASA PENERIMA TERHADAP PEMISAHAN LGAM PERAK DENGAN TEKNIK SLM (SUPPRTED LIQUID MEMBRANE) Ainun Jariah 1, Yeti Kurniasih 2, Yusran Khery 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Mataram Email: 1 ainunjariah856@gmail.com, 2 yeti_kurniasih2000@yahoo.com, 3 yusrankhery@ikipmtaram.ac.id Abstrak: Penggunaan perak dalam bidang industri penyepuhan akan menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan apabila tidak ditangani secara tepat, maka pemungutan kembali (recovery) perak dari limbah sangat diperlukan baik dengan alasan ekonomis maupun lingkungan. Salah satu teknik yang dapat digunakan ialah teknik membran cair berpendukung (SLM). SLM memiliki tiga komponen yaitu fasa umpan, fasa membran, dan fasa penerima. Untuk menjaga agar ion Ag + yang sudah dilepaskan melalui fasa membran ke fasa penerima stabil atau tidak kembali bereaksi dengan senyawa pembawa menuju fasa umpan, maka diperlukan penambahan senyawa pengompleks yang memiliki peran mempercepat proses pelepasan ion Ag + dari senyawa pembawa pada membran melalui pembentukan senyawa kompleks dengan ion Ag +. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penambahan senyawa pengompleks terhadap pemisahan logam perak. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan mengacu pada model Rancangan Acak Lengkap (RAL). Persen transpor Ag yang terekstrak dari fasa umpan ke fasa penerima dapat dihitung menggunakan rumus persen ekstraksi. Membran pendukung yang digunakan adalah PTFE yang direndam selama 2 jam dalam senyawa pengemban gabungan D2EHPA dan TBP dengan perbandingan 5:20 dan konsentrasi total 1 M dalam pelarut kerosene. Kondisi optimum dipelajari dengan cara memvariasikan jenis senyawa pengompleks yaitu Na2EDTA; Na2S23 beserta konsentrasinya yaitu 0,000M; 0,001M; 0,010M; 0,025M; 0,050M; dan 0,100M dalam media asam nitrat 0,05M. Dari penelitian ini, didapatkan kondisi optimum pada penambahan senyawa pengompleks Na2EDTA konsentrasi 0,010M dimana terjadi kenaikan persen transport sebesar 35,36%, sedangkan pada penambahan senyawa pengompleks Na2S23 tidak dapat menaikkan persen transport Ag. Kata Kunci : Pemisahan Perak, Membran air Berpendukung, Senyawa Pengompleks. PENDAHULUAN Perak merupakan logam transisi berwarna putih mengkilap, dapat ditempa karena mempunyai tingkat kekerasan yang lebih tinggi daripada emas, memiliki konduktivitas paling tinggi diantara semua logam, tahan terhadap udara murni dan air, tetapi menjadi kusam ketika terpapar udara atau air yang mengandung hidrogen sulfida, serta kurang reaktif dibandingkan dengan tembaga. Sifatsifat fisik dan kimia tersebut menjadikan perak mudah diolah dan dibuat menjadi produk komersial. Pada umumnya perak dipergunakan dalam proses penyepuhan (electroplating) logam seperti besi, kuningan, dan aluminium yang banyak digunakan sebagai peralatan rumah tangga. Penyepuhan dimaksudkan untuk melindungi logam terhadap korosi dan meningkatkan mutu permukaan terutama dari segi penampilan. Electroplating atau lapis listrik atau penyepuhan merupakan salah satu proses pelapisan bahan padat dengan lapisan logam menggunakan arus listrik melalui suatu larutan elektrolit, melalui prinsip bahwa logam yang akan disepuh diperlakukan sebagai katoda, dan logam penyepuh diperlakukan sebagai anoda. Dalam penyepuhan, kedua elektroda dimasukkan dalam larutan elektrolit, yaitu larutan yang mengandung ion logam penyepuh. Penyepuhan benda dengan bahan penyepuh perak, anoda yang digunakan adalah perak dan larutan elektrolitnya adalah perak nitrat. Larutan yang digunakan untuk penyepuhan logam perak harus diganti setiap dua minggu karena mutu hasil menurun akibat ketahanan kehalusan permukaan dan penampakannya (Istiyono,dkk., 2008). Penggantian larutan dari proses penyepuhan ini menghasilkan limbah yang berbahaya apabila dibuang langsung ke lingkungan. Perak merupakan salah satu logam berat yang memiliki densitas dan berat atom yang tinggi sehingga sulit untuk diurai. Limbah yang Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 37

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 mengandung logam berat mempunyai sifat beracun dan dapat memasuki tubuh atau organ serta tinggal menetap di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama. Dampak akut dari logam berat Ag adalah pusing, mual, keram perut, terjadinya kerusakan organ jaringan seperti gangguan ginjal dan liver. Berdasarkan hasil uji tim fakulas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, air limbah industri perak mengandung logam Perak (Ag) 0,36 mg/l (ppm), tembaga 201,90 mg/l (ppm), krom 0,18 mg/l (ppm), aluminium 4,23 mg/l (ppm) dan nikel 0,30 mg/l (ppm) (Sekarwati, dkk., 2015). Salah satu metode untuk pemisahan yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan teknik pemisahan Membran air Berpendukung atau Supported Liquid Membrane (SLM). Keuntungan dari teknik SLM adalah bahwa kebutuhan ekstraktan/senyawa pembawa yang digunakan untuk ekstraksi sedikit, pengoperasiannya sederhana dan biayanya yang murah. Metode pemisahan ini memiliki kelebihan, seperti dapat diterapkan walaupun konsentrasi ion logam terlarut rendah, proses berlangsung secara sinambung, menggunakan sedikit pelarut organik (Maming,dkk,. 2007). Membran cair berpendukung (SLM) secara teoritis adalah salah satu metode pemisahan berbasis membran yang dikembangkan dari teknik ekstraksi pelarut, yaitu dengan mengamobilkan zat pengekstraksi (carrier) pada suatu membran polimer berpori (Basir, 2015). Ada tiga komponen utama dalam membran cair berpendukung yaitu fasa umpan yang mengandung komponen yang ingin dipisahkan, fasa penerima yang mengandung komponen yang telah terpisahkan, dan fasa membran yang mengandung molekul pengemban ion dalam membran. Transport ion terjadi apabila senyawa pembawa kehilangan satu proton dan berintetraksi dengan ion Ag + membentuk suatu kompleks senyawa pembawa-logam pada membran. Kompleks ini akan berdifusi ke antarmuka sisi fasa penerima, dimana selanjutnya membebaskan ion Ag + ke dalam larutan penerima. Secara bersamaan senyawa pembawa mengambil proton dari larutan penerima dan berdifusi kembali ke larutan umpan-permukaan SLM untuk mengambil ion logam lainnya dan proses terus berlanjut dimana senyawa pembawa akan bolak-balik antara sisi antar muka larutan umpan dan larutan penerima (Djunaidi, dkk., 2007). Untuk menjaga agar ion Ag + yang sudah dilepaskan melalui fasa membran ke fasa penerima stabil atau tidak kembali bercampur dengan senyawa pembawa menuju fasa umpan, maka diperlukan penambahan senyawa pengompleks pada fasa penerima. Senyawa pengompleks memiliki peran mempercepat proses pelepasan ion Ag + dari senyawa pembawa pada membran melalui pembentukan senyawa kompleks dengan ion Ag +. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan senyawa pengompleks yang diharapkan mampu meningkatkan efisiensi pemisahan logam perak. METDE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan mengacu pada model Rancangan Acak Lengkap (RAL). Adapun perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah memvariasikan jenis dan konsentrasi senyawa pengompleks dalam fasa penerima untuk dilihat pengaruhnya terhadap persen transpor logam perak dari fasa umpan ke fasa penerima. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah seperangkat alat pemisahan SLM, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk menentukan persen transpor logam perak, seperangkat alat destilasi dan peralatan gelas lainnya. Bahan yang digunakan adalah AgN3 sebagai standar perak dan sebagai larutan fasa umpan, di-2-etilheksilfosfat (D2EHPA) dan Tri-n-butilfosfat (TBP) sebagai senyawa pengemban, Na2EDTA dan Na2S23 sebagai senyawa pengompleks pada fasa penerima, HN3 0,05 M sebagai media dalam senyawa pengompleks, membran WHATMAN politetrafluoroetilen (PTFE) dengan diameter 47 mm dan ukuran pori 0,5 µm sebagai membran pendukung, kerosen sebagai pelarut organik senyawa pengemban dan aquades. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 38

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia dan dilanjutkan dengan menganalisis sampel hasil di Laboratorium Pengujian BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB) yang berlokasi di Jln. Narmada, Lombok Barat. Prosedur Percobaan Proses Pemisahan Perak dengan Teknik SLM Pada percobaan ini variabel yang dibuat tetap yaitu 100 ml larutan AgN3 20 ppm pada fasa umpan, membran pendukung PTFE yang direndam dalam 25 ml senyawa pengemban gabungan yang terdiri dari D2EHPA dan TBP 1 M dengan perbandingan volume 5:20 selama 2 jam pada fasa membran. Sedangkan variabel yang dibuat berubah yaitu senyawa pengompleks Na2EDTA dan Na2S23 dengan konsentrasi yang divariasikan yaitu 0,000M; 0,001M; 0,010M; 0,025M; 0,050M; dan 0,100M pada fasa penerima. Selanjutnya membran yang telah direndam diambil dan diletakkan di antara kertas saring dengan tujuan untuk mengurangi kelebihan larutan senyawa pengemban, kemudian diletakkan sedemikian rupa pada alat pemisahan di antara fasa umpan dan fasa penerima yang ditunjukkan pada gambar 1. Analisis kandungan ion logam pada fasa penerima setelah proses pemisahan dilakukan dengan spektrometer serapan atom (SSA). Gambar 1. Skema Kerja Alat SLM HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pengaruh penambahan senyawa pengompleks terhadap persen transpor logam perak dilakukan dengan cara memvariasikan jenis dan konsentrasi senyawa pengompleks yang ditambahkan ke dalam fasa penerima. Jenis pengompleks yang digunakan ialah Na2EDTA dan Na2S23, dengan variasi konsentrasi 0,001 M, 0,01 M, 0,025 M,0,05 M, 0,1 M. Persentase transpor logam perak ditunjukkan pada tabel 1. Tabel 1. Persentase Transpor Logam Perak denganpenambahan Senyawa Pengompleks Na2EDTA dan Na2S23 pada Berbagai Konsentrasi Konsentrasi Senyawa Transpor Ag (%) Pengompleks (M) Na2EDTA Na2S23 0,000 12,50 12,50 0,001 15,17 00,30 0,010 16,92 00,31 0,025 11,48 03,91 0,050 08,10 05,58 0,100 06,51 03,30 Pembahasan Dalam menjaga agar ion Ag + yang sudah dilepaskan melalui fasa membran ke fasa penerima stabil atau tidak bereaksi kembali dengan senyawa pengemban menuju fasa umpan, maka dapat ditambahkan senyawa pengompleks dalam fasa penerima. Senyawa pengompleks memiliki peran mempercepat proses pelepasan ion Ag + dari senyawa pengemban pada membran melalui pembentukan senyawa kompleks dengan ion Ag +. Pada penelitian ini, senyawa pengompleks yang ditambahkan dalam fasa penerima adalah Na2EDTA dan Na2S23. Hasil pengukuran persen transpor logam perak dengan penambahan senyawa pengompleks dapat dilihat pada Gambar 2. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 39

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 20 15 10 5 Na2EDTA Na2S23 0 0,001 0,010 0,025 0,050 0,100 Gambar 2. Grafik Jenis dan Konsentrasi Senyawa Pengompleks pada Fasa Penerima terhadap Persen Transpor Logam Perak Gambar 2. menunjukkan grafik hubungan antara penambahan senyawa pengompleks dalam fasa penerima terhadap persen ekstraksi. Berdasarkan gambar 2 tersebut, transpor logam Ag tanpa adanya penambahan senyawa pengompleks memberikan persen ekstraksi sebesar 12,5%. Dengan penambahan senyawa pengompleks persen transpor logam Ag meningkat dengan peningkatan optimum terjadi pada penambahan senyawa pengompleks Na2EDTA konsentrasi 0,01 M dengan kenaikan persen transpor sebesar 36,35%. Etilendiamina tetra asetat (EDTA) ialah salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA merupakan senyawa yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul. Pada penelitian ini, digunakan pengompleks EDTA dalam bentuk garam dinatrium etilendiamina tetraasetat (Na2EDTA) yang mempunyai rumus bangun seperti pada gambar 3. H H 2 H 2 Na N H 2 H 2 N Na H 2 H 2 Gambar 3. Rumus Bangun Na2EDTA H Sebagai pengompleks logam, digunakan EDTA dalam bentuk garam (Na2H2Y), karena EDTA dalam bentuk H4Y dan NaH3Y tidak larut dalam air. Pada larutan penerima Na2EDTA yang berada dalam media asam nitrat dengan konsentrasi 0,05 M, ion Na + dari Na2EDTA akan bereaksi dengan asam nitrat membentuk senyawa natrium nitrat. EDTA memiliki peran dalam proses penarikan ion Ag + dari senyawa pembawa pada membran membentuk senyawa kompleks sebagaimana reaksi dibawah ini: Na2H2Y + 2HN3 H3Y - + 2NaN3 + H + Ag + + H3Y - + H + AgH3Y + H + AgH3Y + H + [AgH4Y] + Senyawa kompleks [AgH4Y] + memiliki struktur oktahedral, dimana ada interaksi antara gugus fungsi pada EDTA dengan logam ion pusat Ag, dua atom N dan empat atom dari ligan EDTA terletak pada pojok-pojok oktahedral. Dalam senyawa koordinasi, EDTA dalam bentuk Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 40

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 [(H2H2)2NH2H2N(H22H)2] berperan sebagai ligan. EDTA mengikat kation logam Ag melalui dua amina dan empat gugus dari gugus karboksilat. Struktur [Ag(EDTA)] + dapat dilihat pada gambar 4. + N Ag N Gambar 4. Struktur [Ag(EDTA)] + Penambahan senyawa pengompleks Na2EDTA dengan konsentrasi 0,01 M memberikan persen transpor logam perak lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa adanya penambahan senyawa pengompleks. Namun demikian, penambahan senyawa pengompleks dengan konsentrasi yang terlalu tinggi dapat menurunkan persen transpor. Hal ini disebabkan oleh selain susunan ruang dan konfigurasi ligan yang sesuai dengan ion logam, ph juga mempengaruhi pembentukan ikatan. Dalam larutan Na2EDTA yang bersifat asam (ph 2), molekul Na2EDTA yang memiliki spesies asam H2Y 2- (Ka = 6,92 10-7 ) mengalami proses ionisasi yang lemah. Hal ini disebabkan oleh karena kedua proton dalam H2Y 2- tergabung pada kedua atom nitrogen dan tidak begitu cepat hilang dibandingkan dengan proton yang tergabung pada oksigen sehingga mempengaruhi pembentukan ion Ag + dan ligan EDTA. Ionisasi yang lemah mengakibatkan penguraian EDTA relatif kecil, sehingga ligan EDTA memiliki kecenderungan tidak terurai untuk dapat mengikat ion Ag +. Umumnya, kompleks EDTA dengan ion logam monovalen dan divalen akan stabil dalam larutan basa atau sedikit asam. Sehingga pada larutan Na2EDTA yang bersifat asam dengan ion logam monovalen akan mengalami pembentukan kompleks yang tidak stabil, yang mengakibatkan terjadinya penurun transpor logam. Penambahan senyawa pengompleks Na2S23 tidak dapat menaikkan persen transpor logam Ag. Hal ini dikarenakan pada ph rendah kompleks Ag-tiosulfat tidak stabil dan mengalami penguraian dengan pembentukan koloidal sulfur dan sulfur oksida sebagaimana persamaan reaksi berikut : Na2S23(aq)+ 2HN3(aq) H2S23 - aq)+ 2NaN3(aq) + H + Ag + + 2 S23 2 + H + [Ag(S23)2] 3 (aq) + H + 2H + + Ag(S23)2 3- (aq) Ag + + 2HS23 - (aq) Ag + + 2HS23 - (aq) Ag + + HS3 - (aq) + S(s) Ag + + HS3 - (aq) + S(s) Ag + + S2 - (g) + S(s) + H2(l) Hasil pengukuran ph senyawa pengompleks Na2S23 dalam media asam nitrat diperoleh harga ph berkisar antara 1,43 2,04. Sedangkan kompleks Ag-tiosulfat stabil pada harga ph 4 dan pada ph yang lebih rendah Ag-tiosulfat akan terputus ikatannya atau tidak stabil pada harga ph 2,5 (Djunaidi,2007). Berdasarkan persamaan reaksi diatas pada ph rendah sejumlah tiosulfat yang berikatan dengan Ag jumlahnya akan menurun dan kompleksitas Ag-tiosulfat semakin sedikit. Pada ph yang rendah akan memberikan hasil transpor yang relatif kecil, karena terbentuknya endapan sulfur. Endapan ini menyebabkan permukaan membran terhalang sehingga proses interaksi ion Ag + dengan senyawa pengompleks membentuk kompleks atau dengan kata lain kemampuan senyawa pengompleks untuk membentuk kompleks dengan ion Ag + terbatas, yang menyebabkan transpor ion Ag + menjadi kecil. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :1) Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah ditambahkannya senyawa pengompleks pada fasa penerima dengan pengaruh positif pada penambahan senyawa pengompleks Na2EDTA yang memberikan kenaikan persen transpor, dan Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 41

Berkarakter Melalui Pembelajaran Inovatif. Aula Handayani IKIP Mataram 14 ktober 2017. ISSN 2598-1978 pengaruh negatif pada penambahan senyawa pengompleks Na2S23 yang menurunkan persen transpor dibandingkan sebelum ditambahkan senyawa pengompleks. 2) Keadaan optimum diperoleh pada penambahan senyawa pengompleks Na2EDTA 0,01 M sebesar 16,92%, dengan kenaikan persen transpor 35,36%. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka disarakan kepada peneliti yang lain: 1) Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang kontrol ph terhadap pemisahan logam dengan teknik membran cair berpendukung (Supported Liquid Membrane, SLM) terhadap efisiensi pemisahan. 2) Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang pengaruh waktu terhadap pemisahan logam dengan teknik membran cair berpendukung (Supported Liquid Membrane, SLM) terhadap efisiensi pemisahan. REFRENSI Basir, Djabal Nur. 2015. Kemurnian dan Nilai Faktor Pemisahan Transpor Unsur La Terhadap Unsur Nd, Gd, Lu, dengan Teknik Membran air Berpendukung. Jurnal Alam dan Lingkungan, Vol. 6, No. 11. Djunaidi, M.., dkk. 2007. Recovery Perak dari Limbah Fotografi melalui Membran air Berpendukung dengan Senyawa Pembawa Asam Di-2-Etil Heksilfosfat (D2EHPA). Reaktor. Vol 11, No. 2, Hal : 98-103. Istiyono, Edi., dkk. 2008. Pengelolaan Limbah Industri Penyepuhan Logam Perak (Elektroplating). INTEK. Vol 12, No. 2. Sekarwati, Novita., dkk. 2015. Dampak Logam Berat u (Tembaga) dan Ag (Perak) Pada Limbah air Industri Perak Terhadap Kualitas Sumur dan Kesehatan Masyarakat Serta Upaya Pengendaliannya di Kota Gede Yogyakarta. Jurnal EKSAINS, Vol VII, No. 1. Sugiyono. 2015. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 42