SISTEM SERTIFIKASI EKSPOR KARANTINA TUMBUHAN PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN IN LINE INSPECTION

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENGAKUAN AREA BEBAS OPTK TERTENTU DI NEGARA ASAL BADAN KARANTINA PERTANIAN, 2012 BAB I PENDAHULUAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 88/Permentan/PP.340/12/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 12/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(Guidelines for Phytosanitary Certification for Barecore)

2 Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5015); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan (Lembaran Negara Tahu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kebijakan baru yang di tetapkan oleh negara-negara tujuan. perdagangan internasional pada era saat ini.

Good Agricultural Practices

pada elemen lain yang terkandung pada benda lain seperti vektor, tanah, media tumbuh lainnya.

2016, No /Permentan/PP.340/2/2015 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan; Mengingat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Pestisida. Metil. Bromida. Karantina. Tumbuhan. Penggunaan.

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA?

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG

1 Disampaikan dalam Worksop Penerapan Area of Low Pest Prevalence

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

SYARAT DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGAKUAN SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PSAT DI SUATU NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

(Guidelines for Phytosanitary Certification for Salacca Fresh Fruits. to the People s Republic of China)

SYARAT DAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PENGAKUAN SISTEM PENGAWASAN KEAMANAN PSAT DI TEMPAT PRODUKSI

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 264/Kpts/OT.140/4/2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMENTAN/HR.060/5/2017 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH PROVINSI BALI GUBERNUR BALI,

KATA PENGANTAR. Jakarta, Kepala Pusat KKIP, ARIFIN TASRIF

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 66/KEP-BKIPM/2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 47/Permentan/OT.140/4/2013 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta (Lestari et al., 2013). Buah eksotis ini telah merambah negeri tirai

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Organisme Pengganggu. Pencabutan.

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER. 20/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA TUMBUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Fumigasi sebagai sarana perlakuan anti hama / organisme pengganggu

LAMPIRAN 1 TATA CARA PENYUSUNAN SMK3 KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN UMUM

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 85/Kpts-II/2001 Tentang : Perbenihan Tanaman Hutan

- 1 - RANCANGAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS INSPEKSI PENERAPAN CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK DI UNIT USAHA PEMBUDIDAYAAN IKAN

LAMPIRAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN KARANTINA PERTANIAN 2017

IndoGAP. Hubungan antar sistem. (Pre--requisite Programmes) (GAP, GMP, GHP, SOP, etc.) Program Persyaratan (Pre

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN KARANTINA HEWAN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TARAKAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAG. Surat Keterangan Asal. Barang. Indonesia. Tata Cara Ketentuan. Pencabutan.

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA PERTANIAN NOMOR : 416/Kpts/OT.160/L/4/2014 TENTANG

2016, No Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478) 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Ka

Kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tentang Sanitari dan Fitosanitari

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERSYARATAN KARANTINA TUMBUHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97/Permentan/PD.410/9/ /9/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ERA BARU KARANTINA PERTANIAN. Oleh : Pupung Purnawan, A.Md. (calon POPT Terampil di BKP Kelas II Palu)

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 51/Permentan/OT.140/9/2011 TENTANG

Sosialisasi PENYUSUNAN SOP SAYURAN dan TANAMAN OBAT. oleh: Tim Fakultas Pertanian UNPAD, Bandung, 14 Maret 2012

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMENTAN/KR.120/5/2017 TENTANG DOKUMEN KARANTINA HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ArahKebijakandanPrioritas DukunganBarantanuntuk SektorPertanian

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NO 48/ Permentan/OT.140/10/2009

2016, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93

2017, No Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 5

PEDOMAN TEKNIS SERTIFIKASI CARA KARANTINA IKAN YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG KARANTINA IKAN

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing

TENTANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN SEGAR ASAL HEWAN DAN/ATAU PANGAN SEGAR ASAL TUMBUHAN DARI NEGARA JEPANG TERHADAP KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2008 TENTANG PERSYARATAN PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA BERUPA IKAN HIDUP

Transkripsi:

SISTEM SERTIFIKASI EKSPOR KARANTINA TUMBUHAN PETUNJUK OPERASIONAL PELAKSANAAN IN LINE INSPECTION PUSAT KARANTINA TUMBUHAN BADAN KARANTINA PERTANIAN TAHUN 2010 Pedoman In Line Inspection 0

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan setiap negara diberi hak berdaulat menerapkan ketentuan fitosanitari dalam lalulitas perdagangan internasional. Hal ini telah diatur dalam perjanjian penerapan SPS (Agreement on Application on SPS of WTO) yang memuat ketentuan fitosanitari tersebut dalam rangka melindungi kehidupan atau kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan dari risiko yang diakibatkan oleh masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan, bahan racun, dan cemaran. Namun dalam penerapan ketentuan fitosanitari tersebut harus berdasarkan pada kajian dan bukti ilmiah (Pest Risk Analysis), tidak diskriminatif, dan meminimalkan dampak terhadap hambatan perdagangan. Setiap negara termasuk Indonesia apabila hendak melakukan perdagangan, khususnya komoditas pertanian harus dapat memenuhi ketentuan fitosanitari dari negara tujuan ekspor. Selama ini dalam perdagangan komoditas ekspor Indonesia masih terdapat kendalakendala dalam proses sertifikasi kesehatan tumbuhan. Timbulnya kendala tersebut lebih disebabkan karena sebagian besar permohonan dari pengguna jasa dilakukan terlalu dekat dengan jadwal keberangkatan sedangkan untuk komoditas tertentu membutuhkan waktu dalam sertifikasi kesehatan tumbuhan agar sesuai dengan persyaratan fitosanitari negara tujuan ekspor. Akibatnya daya saing produksi ekspor Indonesia di luar negeri kurang kompetitif. Dalam upaya mendukung daya saing komoditas ekspor di pasar internasional, Badan Karantina Pertanian melalui Pusat Karantina Tumbuhan mengarahkan agar proses sertifikasi terhadap komoditas ekspor dilakukan di luar tempat pengeluaran. Tindakan karantina tumbuhan terhadap komoditas ekspor di luar tempat pengeluaran dapat Pedoman In-line Inspection 1

dilakukan selama proses produksi atau sebagian dari proses produksi (inline inspection). In-line inspection tersebut diharapkan mampu memecahkan permasalahan SPS yang selama ini menjadi hambatan ekspor dan akseptabilitas komoditas Indonesia di pasar internasional. Dengan diterapkan in-line inspection diharapkan : a. Sertifikat kesehatan (Phytosanitary certificate) yang diterbitkan dapat menjamin komoditas ekspor yang dikirim bebas dari OPT dan memenuhi persyaratan negara tujuan, sehingga jumlah Notification of Non Compliance (NNC) yang diterima oleh Badan KArantina Pertanian dari negara tujuan ekspor semakin berkurang atau bahkan tidak ada. b. Waktu penyelesaian proses sertifikasi relatif lebih cepat sehingga percepatan komoditas ekspor Indonesia dapat terwujud. c. Biaya yang diperlukan relatif lebih murah, prosesnya relatif lebih sederhana sehingga meningkatkan daya saing komoditas Indonesia di negara tujuan. d. Meningkatnya efesiensi dan efektifitas penggunaan sumbedaya dan sarana yang dimiliki oleh Badan Karantina Pertanian. Harapan diatas tersebut dapat terwujud jika in line inspection benarbenar diterapkan di unit pelaksana teknis karantina pertanian di seluruh Indonesia. Oleh karena itulah maka prosedur operasional pelaksanaan in line inspection, khususnya yang terkait dengan sertifikasi ekspor karantina tumbuhan ini disusun. Pedoman In-line Inspection 2

B. Maksud dan Tujuan Petunjuk operasional ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Petugas Karantina Tumbuhan dalam melaksanakan tindakan pemeriksaan dan tindakan karantina lain yang diperlukan sebagai bagian dari proses sertifikasi kesehatan tumbuhan (phytosanitary certification) terhadap tumbuhan, bagian tumbuhan, dan komoditas lainnya selain tumbuhan atau hasil tumbuhan yang akan dikirim ke negara tujuan ekspor. Selain itu dapat juga digunakan oleh pihak lain yang berkepentingan dalam proses sertifikasi tersebut. Petunjuk operasional ini bertujuan agar proses tindakan pemeriksaan dan tindakan karantina lain yang diperlukan terhadap komoditas yang akan diekspor mulai dari tempat produksi hingga di tempat pengeluaran dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. C. Ruang Lingkup Petunjuk operasional ini mengatur prosedur pelaksanaan in line inspection sebagai bagian dari proses sertifikasi kesehatan tumbuhan (phytosanitary certification) terhadap tumbuhan, bagian tumbuhan, dan komoditas lainnya yang dipersyaratkan dalam lalulintas perdagangan internasional. D. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman 2. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3482). 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on the Establishment of the World Trade Organization Pedoman In-line Inspection 3

(Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia)(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Nomor 354). 4. Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4196). 5. Peraturan Menteri Pertanian No. 05 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tatacara Penetapan Instalasi Karantina Tumbuhan Milik Perorangan atau Badan Hukum; 6. Peraturan Menteri Pertanian No. 271 Tahun 2006 tentang Persyaratan dan Tatacara Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan oleh Pihak Ketiga; 7. Peraturan Menteri Pertanian No. 56 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Tindakan Karantina Tumbuhan di Luar Tempat Pemasukan dan Pengeluaran E. Daftar Pustaka 1. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) No.1 (2006): Phytosanitary Principles for The Protection Of Plants And The Application Of Phytosanitary Measures In International Trade. 2. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) No.5 (2007): Glossary of Phytosanitary Terms. 3. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) No. 7 (1997): Export Certification System. 4. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) No. 12 (2001): Guidelines For Phytosanitary Certificates. 5. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) No. 23 (2005) : Guidelines for Inspection 6. International Standard for Phytosanitary Measures (ISPM) Nomor 32 (2009): Categorization of Commodities According to their Pest Risk. 7. Pedoman Sistem Sertifikasi Ekspor Pedoman In-line Inspection 4

F. Pengertian Umum Dalam petunjuk operasional ini yang dimaksud dengan: 1. In line inspection adalah tindakan karantina tumbuhan terhadap komoditas pertanian yang dilakukan oleh Petugas Karantina Tumbuhan selama proses produksi atau sebagian dari proses produksi dalam rangka penerbitan Phytosanitary Certificate. 2. Tindakan karantina tumbuhan dalam rangka In line Inspection adalah tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen, pemeriksaan kesehatan, perlakuan, penolakan, dan/atau pembebasan. 3. Komoditas pertanian adalah tumbuhan, hasil tumbuhan bagian tumbuhan, dan komoditas lainnya. 4. Negara tujuan adalah negara tempat pemasukan komoditas pertanian yang dikeluarkan dari dalam wilayah Republik Indonesia. 5. Pemeriksaan secara visual adalah pemeriksaan fisik komoditas pertanian menggunakan mata telanjang, lup, atau mikroskop untuk mendeteksi opt sasaran atau kontaminan tanpa melaui pengujian atau pemrosesan.(the physical examination of plants, plant products, or other regulated articles using the unaided eye, lens, stereoscope or microscope to detect pests or contaminants without testing or processing [ISPM No. 23, 2005]) 6. Organisme pengganggu tumbuhan sasaran adalah jenis-jenis organisme pengganggu tumbuhan yang oleh negara tujuan ditetapkan untuk dicegah pemasukannya. 7. Perlakuan adalah tindakan untuk membebaskan komoditas pertanian dari organisme pengganggu tumbuhan atau organisme pengganggu tumbuhan karantina dan/atau untuk memenuhi persyaratan negara tujuan. 8. Petugas Karantina Tumbuhan adalah Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan yang bekerja pada instansi Karantina Tumbuhan. Pedoman In-line Inspection 5

BAB II PELAKSANAAN IN LINE INSPECTION A. Tempat In-line inspection harus dilaksanakan di Instalasi Karantina Tumbuhan (IKT) yang memiliki sumberdaya manusia yang telah ditunjuk oleh Kepala Badan Karantina Pertanian sebagai pelaksana tindakan karantina tumbuhan tertentu. IKT sebagai tempat pelaksanaan in-line inspection dapat berupa tempat produksi komoditas atau tempat pengemasan (packing house). Tempat pelaksanaan inline inspection harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Tempat produksi Tempat produksi yang digunakan sebagai IKT atau untuk pelaksanaan inline inspection harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : memiliki kemampuan pengelolaan tempat produksi dengan baik; memiliki sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu ; memiliki tempat pengemasan untuk pengelolaan pasca panen (sortasi, grading dan/atau sanitasi); memiliki tempat penyimpanan yang aman dari reinsfestasi dan kontaminasi OPT serta mampu mempertahankan keutuhan, kondisi dan sanitasi produk (keamanan dan integritas produk); memiliki alat angkut yang aman dari reinsfestasi dan kontaminasi OPT serta mampu mempertahankan kondisi sanitasi produk; memiliki sarana pengamanan; Pedoman In-line Inspection 6

b. Tempat Penanganan Pasca Panen (Packing House) Tempat penanganan pasca panen (packing house) yang digunakan sebagai IKT atau untuk pelaksanaan inline inspection harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : memiliki sistem pengelolaan penanganan pasca panen dengan baik (GMP, Good Manufacturing Practices); Memiliki sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan tertentu; memiliki tempat penyimpanan yang aman dari reinsfestasi dan kontaminasi OPT serta mampu mempertahankan kondisi dan sanitasi produk (keamanan dan integritas produk); memiliki alat angkut yang aman dari reinsfestasi dan kontaminasi OPT serta mampu mempertahankan kondisi sanitasi produk; memiliki sarana pengamanan. B. Pelaksana Pelaksana inline inspection adalah Petugas Karantina Tumbuhan atau pihak lain yang ditunjuk oleh Kepala Badan Karantina Pertanian di bawah pengawasan Petugas Karantina Tumbuhan. Penunjukkan pihak lain sebagai pelaksana inline inspection apabila kemampuan UPT Karantina Tumbuhan setempat masih terbatas dalam sumber daya manusia, sarana dan prasarana untuk melaksanakan tindakan karantina tumbuhan tertentu. Ketentuan penunjukkan pihak lain sebagai pelaksana tindakan karantina tertentu sesuai peraturan perundang-undangan (Permentan 271/2006). Pedoman In-line Inspection 7

C. Tatacara Pelaksanaan In-line inspection dapat dilakukan berdasarkan permohonan pemilik /pengguna jasa atau berdasarkan pertimbangan Barantan (hasil AROPT). Tatacara pelaksanaan in-line inspection sebagai berikut : a. Tahap Persiapan 1. Penerbitan Surat Tugas Kepala Unit Pelaksana Teknis menerbitkan Surat Tugas kepada Pejabat Fungsional Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan untuk melaksanakan in line inspection. Penerbitan Surat Tugas dapat berdasarkan ada atau tanpa permohonan pemilik. 2. Alat dan bahan Alat dan bahan yang perlu disiapkan meliputi antara lain: a. Inspection kit b. Sampler kit c. Check list (sesuai dengan tempat) d. Buku petunjuk operasional pelaksanaan in line inspection e. Lain-lain. b. Tahap Pelaksanaan 1. Pertemuan Pembuka/Awal Pertemuan dengan manajemen/pemilik membicarakan tentang jadwal dan substansi pemeriksaan (check pedoman audit) 2. Pemeriksaan di pertanaman/tempat produksi. Tindakan pemeriksaan di pertanaman/tempat produksi menggunakan check list, meliputi : a. Catatan asal benih. b. Daftar organisme pengganggu tumbuhan yang pernah dijumpai/yang ada di lokasi (data survey) c. Penerapan GAP (Good Agricultural Practices) Pedoman In-line Inspection 8

d. Program pengendalian organisme pengganggu tumbuhan termasuk eradikasi. e. Kapasitas produksi (per ha/tahun) f. Alur proses produksi meliputi tata cara panen, pengemasan (kemasannya, cara mengemas, dan cara pengangkutannya), penyimpanan, pemuatan (stuffing). g. Pemeriksaan terhadap tempat pengemasan di tempat pertanaman sesuai dengan pemeriksaan terhadap tempat pengemasan sebagaimana diuraikan pada h. Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor. Terhadap pertanaman/tempat produksi yang telah diregistrasi oleh Menteri Pertanian, dilakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dan keabsahan serta masa berlaku sertifikat yang dimiliki. Pemeriksaan dan pengawasannya dilakukan terhadap kegiatan yang bukan termasuk ruang lingkup penerbitan sertifikat kebun. Setelah pemeriksaan terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a-g memenuhi persyaratan maka : a. jika diperlukan pengemasan maka dilanjutkan dengan pemeriksaan terhadap tempat pengemasan sebagaimana diuraikan dalam angka 2.3.2.2. b. jika tidak diperlukan pengemasan dan disimpan ke dalam gudang terlebih dahulu dilanjutkan dengan pemeriksaan kondisi gudang pemilik sebagaimana diuraikan dalam angka 2.3.2.3. c. jika tidak diperlukan pengemasan dan komoditas pertanian akan langsung dikirim maka dilanjutkan dengan pemeriksaan pemenuhan persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan sebagaimana diuraikan pada angka 5. Pedoman In-line Inspection 9

3. Pemeriksaan di tempat pengemasan. Tindakan pemeriksaan terhadap tempat pengemasan meliputi : a. Standar Operasional Prosedur (SOP) penerimaan komoditas termasuk catatan sumber produksi. b. SOP pembersihan, penyortiran, dan pengemasan. c. Sanitasi lingkungan tempat pengemasan: ruang penerimaan, ruang tempat proses (processing room), tempat penyimpanan (gudang), peralatan yang digunakan. d. Pemeriksaan tempat penyimpanan/gudang di tempat pengemasan sesuai dengan pemeriksaan gudang sebagaimana diuraikan pada gudang pemilik. e. Bentuk, jenis dan bahan yang digunakan sebagai kemasan. f. Sistem dokumentasi dan rekaman. g. Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi komoditas yang akan diekspor. Terhadap tempat pengemasan yang telah mendapatkan registrasi dari Menteri Pertanian, dilakukan pemeriksaan terhadap kebenaran dan keabsahan serta masa berlaku sertifikat yang dimiliki. Pemeriksaan dan pengawasannya dilakukan terhadap kegiatan yang bukan termasuk ruang lingkup penerbitan sertifikat kebun. Setelah pemeriksaan terhadap kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a-f memenuhi persyaratan maka : a. Jika harus disimpan ke dalam gudang terlebih dahulu dilanjutkan dengan pemeriksaan kondisi gudang pemilik sebagaimana diuraikan dalam angka 3. b. Jika komoditas pertanian akan langsung dikirim maka dilanjutkan dengan pemeriksaan pemenuhan persyaratan fitosanitari negara tujuan sebagaimana diuraikan pada angka 5 Pedoman In-line Inspection 10

4. Pemeriksaan kondisi gudang di pertanaman, tempat pengemasan dan/atau gudang pemuatan (stuffing). Pemeriksaan kondisi gudang di pertanaman dan/atau tempat pengemasan antara lain dilakukan dengan memeriksa sanitasi gudang, cara peletakan komoditas, ada tidaknya pemisahan komoditas, ada tidaknya kemungkinan masuknya organisme pengganggu tumbuhan. Tatacara pemeriksaan gudang mengacu pada peraturan perundang-undangan (Permentan 35 tahun 2008). 5. Pemeriksaan Pemenuhan Persyaratan Karantina Tumbuhan Negara Tujuan Pemeriksaan dan tindakan karantina lainnya untuk pemenuhan persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan di pertanaman, di tempat pengemasan dan atau di gudang pemuatan. Persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan antara lain : 1. bebas OPT yang menjadi sasaran negara tujuan 2. harus diberi perlakuan tertentu 3. dilengkapi dokumen keterangan asal (certificate of origin) 4. persyaratan administrasi dan teknis lainnya. Bagan Tata Alir Pelaksanaan In-line Inspection (terlampir) D. D. Pelaporan Setelah pelaksanaan in line inspection selesai maka Petugas Karantina Tumbuhan segera menyampaikan laporan kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang tempat pelaksanaannya merupakan wilayah layanan UPT tersebut. Outline Laporan Hasil Pelaksanaan In line inspection sebagaimana terlampir. Pedoman In-line Inspection 11

E. Tindakan perlakuan Tindakan perlakuan dilakukan apabila : 1. Negara tujuan mempersyaratkan maka metode dan jenis perlakuan dan jenis bahan kimia disesuaikan dengan persyaratan negara tujuan. 2. Hasil pemeriksaan ditemukan organisme pengganggu tumbuhan yang dipersyaratkan negara tujuan dan OPT tersebut dapat diberikan perlakuan sesuai dengan standar Badan Karantina Pertanian. F. Penerbitan Sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate) Sertifikat kesehatan tumbuhan (Phytosanitary Certificate) diterbitkan setelah seluruh proses pemeriksaan dan tindakan karantina lainnya dilakukan dan komoditas dinyatakan bebas dari organisme pengganggu tumbuhan sasaran serta telah memenuhi seluruh persyaratan negara tujuan. G. Keamanan dan integritas komoditas Komoditas yang berdasarkan hasil pelaksanaan in-line inspection telah memenuhi persyaratan negara tujuan harus dijaga keamanan dan integritas fitosanitarinya. Petugas Karantina Tumbuhan melakukan pengamanan terhadap komoditas tersebut diantaranya dapat menggunakan stiker. Pedoman In-line Inspection 12

BAB III DOKUMENTASI, MONITORING, DAN EVALUASI Seluruh hasil kegiatan pelaksanaan in-line inspection harus dicatat dan didokumentasikan oleh Petugas Karantina Tumbuhan. Hal ini untuk memudahkan dalam penelusuran (traceability) apabila terjadi ketidaksesuaian dalam pemenuhan persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan yang dapat berasal dari negara tujuan (notification of non compliance) atau dari eksportir dan pihak lainnya. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk meninjau kembali terhadap pelaksanaan in-line inspection : a. di Instalasi Karantina Tumbuhan dan oleh Pihak Ketiga yang telah ditetapkan oleh Badan Karantina Pertanian mengacu pada peraturan perundang-undangan (Permentan No. 05 Tahun 2006 dan Permentan No. 271 Tahun 2006). b. di Instalasi Karantina Tumbuhan oleh Petugas Karantina Tumbuhan dilakukan secara berkala disesuaikan dengan kondisi UPT setempat. c. di tempat lain di luar Instalasi Karantina Tumbuhan yang telah disetujui Kepala UPT dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan studi kelayakan terhadap tempat tersebut dengan mengacu peraturan perundangundangan (Permentan No. 56 Tahun 2010). Pedoman In-line Inspection 13

BAB IV PENUTUP Dengan diterbitkannya petunjuk operasional ini, maka pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan melalui in line inspection sebagai bagian dari proses sertifikasi kesehatan tumbuhan untuk memenuhi persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan harus sesuai dengan yang tercantum dalam petunjuk operasional ini. Isi petunjuk operasional ini akan selalu disesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi, khususnya peraturan dan standar nasional maupun internasional yang mempengaruhi isinya. Setiap penyesuaian atau perubahan yang dilakukan atas isi petunjuk operasional ini akan diberitahukan dan disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan demikian, semua pihak yang berkepentingan akan selalu memiliki versi yang mutakhir. Penting juga untuk diketahui oleh para Petugas Karantina Tumbuhan dan pihak lainnya bahwa penerapan petunjuk operasional ini harus berdasarkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan tindakan karantina tumbuhan melalui in line inspection. Oleh karena itu, pemahaman Petugas Karantina Tumbuhan atau pihak lain terhadap dasar-dasar pelaksanaan tindakan karantina tumbuhan perlu ditingkatkan melalui pelatihan yang berkesinambungan. Pedoman In-line Inspection 14

LAMPIRAN Pedoman In-line Inspection 15

BAGAN PELAKSANAAN IN-LINE INSPECTION LAHAN PERTANIAN / TEMPAT PRODUKSI TEMPAT PENANGANAN PASCAPANEN (PENGEMASAN) GUDANG PEMUATAN (STUFFING) Pemeriksaan Catatan asal benih Daftar OPT yang pernah dijumpai/yang dilokasi. Penerapan GAP Program pengendalian OPT Kapasitas produksi (per ha/tahun) Tata cara panen, pengemasan, dan pengiriman ke tempat pengemasan Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi kesehatan komoditas yang akan diekspor. SOP penerimaan komoditas termasuk catatan sumber produksi SOP pembersihan, penyortiran, dan pengemasan Sanitasi lingkungan tempat pengemasan :ruang penerimaan, ruang tempat proses, peralatan yg digunakan. Bentuk,jenis dan bahan yg digunakan sbg kemasan Sistem dokumentasi dan rekaman Kebenaran jenis dan jumlah serta kondisi kesehatan komoditas yang akan diekspor Pemeriksaan sanitasi, cara peletakan komoditas, ada tidaknya pemisahan komoditas, ada tidaknya kemungkinan masuknya OPT GUDANG PEMILIK Pemeriksaan sanitasi, cara peletakan komoditas, ada tidaknya pemisahan komoditas, ada tidaknya kemungkinan masuknya OPT PENGANGKUTAN (JENIS ALAT ANGKUT) persyaratan karantina tumbuhan negara tujuan terpenuhi Penerbitan Phytosanitary certificate Catatan : = Jika diperlukan Pedoman In Line Inspection Pengertian Umum 0