BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang sampai saat ini masih memberikan masalah berupa luka yang sulit sembuh dan risiko amputasi yang tinggi. Adapun salah satu faktor risiko amputasi adalah adanya penyakit oklusi arteri perifer/peripheral artery disease (PAD) yang merupakan salah satu bentuk gangguan vaskular pada ulkus kaki diabetik yang sampai saat ini belum tertangani secara optimal. Angiografi merupakan suatu langkah diagnostik untuk melihat gambaran pembuluh darah, merencanakan tindakan terapi serta dapat memprediksi prognosis yaitu terjadinya amputasi dengan memakai skor angiografi. Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit yang komplek dimana melibatkan hampir semua organ vital dari tubuh. Sekitar 347 juta orang di seluruh dunia terdiagnosa penyakit DM dan sebagian besar merupakan DM tipe 2. Angka insiden dari DM terus meningkat dan diperkirakan akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2030. Pasien dengan DM merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, dimana dapat mengenai organ lain seperti mata, ginjal, kaki, kulit, dan jantung (Singh, et al. 2013). Di Indonesia, berdasarkan laporan Riskesdas 2007 yang dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia, prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1% (Riskesdas, 2007). 1
2 Indonesia kini telah menduduki peringkat keempat jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penyadang diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada 20,1 juta penyandang DM dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk daerah urban dan 7,2 persen di rural. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation, WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Pusat Data dan Informasi PERSI, 2012). Penderita DM mempunyai kemungkinan untuk menderita ulkus 17 kali lebih besar dibandingkan non DM. (Pyene, 2002). Ulkus diabetik merupakan salah satu kompikasi kronis penyakit DM yang menyebabkan kematian dan morbiditas seumur hidup. Ulkus yang tidak pernah sembuh, edema kaki, nyeri saat berjalan atau istirahat, gangren, dan amputasi merupakan penderitaan yang akan menggangu kualitas hidup. (Supartondo, et al. 1987; Batista, 2009). Di Bombay, India dilaporkan lebih dari 10% penderita DM yang menjalani rawat inap memerlukan perawatan kaki diantaranya 70% memerlukan intervensi bedah (debridemen dan perawatan luka) dan lebih dari 80% memerlukan amputasi pada ekstremitas bawah (Jain, et al. 2012). Ulkus yang tidak kunjung sembuh merupakan penyebab utama amputasi. Penderita ulkus diabetik yang mengalami amputasi akan mengalami depresi, hilangnya kontak sosial, terganggunya aktivitas seksual dan terbatasnya kegiatan sehari-hari (Pinzur, 2009). Dilaporkan angka mortalitas penderita ulkus diabetik berkisar 6%
3 sampai 13,8% (Batista, 2009). Di RSUD Dr Sutomo Surabaya, melaporkan selama kurun waktu 5 tahun angka kejadian ulkus diabetik sebesar 25% dari penderita DM yang rawat inap, 30% diantaranya dilakukan amputasi, dan angka mortalitas sebesar 12% (Tjokroprawiro, 1986). Amputasi pada kaki lebih sering dilakukan atas dasar infeksi jaringan lunak yang luas atau kombinasi dengan osteomielitis, disamping faktor-faktor lain seperti iskemia oleh karena penyakit oklusi arteri perifer/peripheral artery disease (PAD), dan neuropati (Van Baal, 2004; Widatalla, et al. 2009). Telah diketahui bahwa peripheral artery disease (PAD) merupakan salah satu bentuk gangguan vaskular pada ulkus kaki diabetik sebagai sumber penyebab hipoksia jaringan, karena kebanyakan ulkus kaki diabetik berlokasi pada bagian kaki yang mengalami iskemia akibat komplikasi vaskuler dari DM kronis (Lerman, et al. 2003). Kejadian PAD pada ulkus kaki diabetik bervariasi antara 10-60%, dan merupakan prediktor kuat untuk ulkus kaki kronis yang sulit sembuh, amputasi ektremitas bawah, morbiditas dan mortalitas (Tellechea, et al. 2010). Gangguan pada pembuluh darah perifer dapat ditegakkan selain secara klinis, adanya gejala tertentu dan melalui beberapa pemeriksaan menggunakan metode tidak invasif untuk analisa pembuluh darah arteri yang mengalami PAD dapat dilakukan pemeriksaan dengan metode Ankle Brachial Index (ABI), ultrasonography doppler hingga metode seperti angiografi. Modalitas angiografi ini memberikan informasi diagnostik penting yang diperlukan untuk dapat merencanakan pengobatan dan tindakan pada pasien dengan penyakit vaskular (Sanchez, et al. 1998; Apelqvist, 2012).
4 Angiografi merupakan indikasi pada pasien diabetes dengan ulkus yang tidak sembuh atau osteomyelitis, dan penyakit vaskular yang memerlukan gambaran dari penyakit pembuluh darah sebelum dilakukan endovaskular atau tindakan pembedahan. Hampir tanpa pengecualian, pasien dengan ulkus pada kaki akan memiliki penyakit steno-oklusif yang melibatkan pembuluh darah pada kaki (arteri femoral, femoral superfisial, femoral profunda, popliteal, tibia anterior, tibia posterior, dan peroneal) (Hochman, 2012). Ada beberapa sistem skoring dan klasifikasi dalam mengevaluasi hasil dari angiografi, diantaranya adalah Bollinger scoring system, klasifikasi Graziani, Trans Atlantic Inter-Society Consensus (TASC I) dan (TASC II), klasifikasi Joint Vascular Societies Council, dan skoring menurut Faglia (Bergellini, et al. 2012; Toursarkissian, et al. 2002; Faglia, et al. 1998). Dari sistem skoring tersebut diatas, skoring menurut Faglia dianggap paling sederhana, mudah diterapkan, dan menggambarkan seluruh pembuluh darah pada ekstremitas bawah. Pada penelitian ini digunakan sistem skoring angiografi menurut Faglia untuk mengevaluasi gambaran angiografi pada pasien dengan kaki diabetik, dimana sistem skoring angiografi ini bisa untuk meramalkan terjadinya amputasi pada ekstremitas bawah.
5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Berapakah cut off point skor angoigrafi untuk memprediksi terjadinya amputasi pada kaki diabetik di RSUP Sanglah? 2. Berapakah sensitifitas skor angiografi untuk memprediksi terjadinya amputasi pada kaki diabetik di RSUP Sanglah? 3. Berapakah spesifisitas skor angiografi untuk memprediksi terjadinya amputasi pada kaki diabetik di RSUP Sanglah? 4. Berapakah akurasi skor angiografi untuk memprediksi terjadinya amputasi pada kaki diabetik di RSUP Sanglah? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui validitas skor angiografi untuk memprediksi terjadinya 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Menentukan cut off point skor angoigrafi untuk memprediksi terjadinya 2. Mengetahui sensitifitas skor angiografi untuk memprediksi terjadinya
6 3. Mengetahui spesifisitas skor angiografi untuk memprediksi terjadinya 4. Mengetahui akurasi skor angiografi untuk memprediksi terjadinya 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui validitas skor angiografi dalam memprediksi terjadinya amputasi pada kaki diabetik, sehingga dapat digunakan sebagai acuan teoritis yang telah ada. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan dalam penatalaksanaan pasien dengan kaki diabetik dalam hal memprediksi terjadinya amputasi, sehingga bisa dipakai sebagai informasi awal pada pasien dan keluarganya. 2. Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan untuk melakukan amputasi lebih awal, sehingga bisa memperpendek masa rawat dan menghemat biaya perawatan. 3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.