IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
II KAJIAN KEPUSTAKAN. macam yaitu tipe ringan dengan ciri warna bulu putih bersih, badan ramping serta

Performa Ayam Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Lohman...Abdul Kholik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan dapat meningkatkan rata-rata bobot potong ayam (Gunawan dan

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam ras petelur adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Peking. Gambar 6 Skema persilangan resiprokal itik alabio dengan itik peking untuk evaluasi pewarisan sifat rontok bulu terkait produksi telur.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

I. PENDAHULUAN. industrialisasi yang sudah dicanangkan dalam program pemerintah. Masyarakat dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi sumber

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Performan Pertumbuhan dan Produksi Karkas Itik CA [Itik Cihateup x Itik Alabio] sebagai Itik Pedaging

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai bobot badan optimum dalam pemeliharaan 8 minggu dibandingkan

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

PENDAHULUAN. dengan meningkatnya jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

Gambar 3. Kondisi Kandang yang Digunakan pada Pemeliharaan Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

PENGARUH FREKUENSI PENYAJIAN RANSUM YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMANS AYAM KAMPUNG SUPER SKRIPSI. Oleh NIANURAISAH

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsumsi ransum Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu. Ransum yang dikonsumsi oleh ternak digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat nutrient yang lain. Banyak faktor yang mempengangaruhi konsumsi ransum salah satunya faktor genetik. Konsumsi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur disajikan pada Tabel 3. Tabel. 3 Rataan Konsumsi Ransum Ayam Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Ras Petelur Selama delapan minggu. Konsumsi Ransum/Minggu Konsumsi Ransum/Hari Umur ( ) ( ) ( ) ( ) (minggu) (g/ekor) (g/ekor) (g/ekor) (g/ekor) 1 57,61 57,26 8,23 8,18 2 175,58 175,57 25,08 25,08 3 262,79 262,76 37,54 37,53 4 281,82 281,96 40,26 40,28 5 405,55 314,61 57,93 44,94 6 462,29 371,69 66,04 53,09 7 525,55 429,96 75,07 61,42 8 631,47 496,76 90,21 70,96 2802,70 2390,61 400,36 341,48 Rataan 350,33 298,82 50,04 42,68 Keterangan : = Jantan, = Betina Rataan konsumsi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur setiap minggu terus meningkat sampai umur 8 minggu, dengan masing-masing ratanya adalah 350,33 gram dan 298,82 gram untuk ayam jantan dan betina. Demikian pula konsumsi ransum per hari memiliki fenomena yang

Gram sama dengan rata-rata 50,04 gram pada ayam jantan dan 42,68 gram pada ayam betina. Fenomena tersebut sejalan dengan pendapat Sinaga (2009) yang menyatakan bahwa jumlah ransum yang dikonsumsi akan meningkat dengan bertambahnya umur ternak. Perbedaan konsumsi ransum antara jantan dan betina merupakan fenomena umum yang ditemukan pada ternak sebagaimana dikemukakan oleh Wahyu (2004) bahwa konsumsi ransum dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, kandungan energi metabolis, protein, dan suhu lingkungan. Konsumsi Pakan 800 600 400 200 0 1 2 3 4 Minggu 5 6 7 8 ( ) ( ) Ilustrasi 1. Rataan Konsumsi Ransum Ayam Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Ras Petelur per Minggu Terlihat dari Ilustrasi 1, konsumsi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur dari minggu pertama sampai minggu keempat memiliki nilai sama. Hal tersebut disebabkan ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur pada umur satu sampai empat minggu belum dipisahkan berdasarkan jenis kelamin. Pada penelitian ini, konsumsi ransum per minggu ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur pada umur 8 minggu masing-masing mencapai 631,47 gram untuk jantan dan 496,76 gram untuk betina jauh lebih tinggi

dari konsumsi ransum ayam lokal yang hanya mencapai 390 gram sebagaimana dikemukakan oleh Kholid (2011). Tingginya perbedaan ini diduga karena adanya efek heterosis yang menguntungkan sebagai akibat persilangan. Nesheim (1979) mengemukakan bahwa tujuan dari persilangan adalah menghasilkan individu yang mencirikan kedua sifat dari tetuanya. Perkawinan silang digunakan untuk mengkombinasikan sifat yang diinginkan dari kedua tetua terhadap penampilan keturunannya sehingga keturunan baru yang dihasilkan akan memiliki keunggulan dibandingkan dengan rerata penampilan kedua tetuanya (Lasley, 1978). 4.2 Pertambahan bobot badan Pertambahan bobot badan merupakan manifestasi dari perubahan sel, yaitu telah mengalami pertambahan jumlah sel dan pembesaran ukuran sel yang dicapai oleh seekor ternak selama periode tertentu. Pertambahan bobot badan ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur disajikan pada Tabel 4.

Tabel. 4 Pertambahan Bobot Badan Ayam Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Ras Petelur Selama Delapan Minggu. Pertambahan Bobot Pertambahan Bobot Badan/Hari Umur Badan/Minggu (minggu) (g/ekor) (g/ekor) (g/ekor) (g/ekor) 1 15,91 14,69 2,27 2,09 2 62,11 52,38 8,87 7,48 3 94,67 78,69 13,52 11,24 4 101,47 76,07 14,49 10,86 5 143,73 107,46 20,53 15,35 6 162,26 123,46 23,18 17,63 7 170,79 133,38 24,39 1905 8 196,94 143,46 28,13 20,49 947,91 729,61 135,41 104,22 Rataan 118,48 91,20 16,92 13,02 Minimal Pertambahan Bobot Badan Selama 8 Minggu (g) Maksimal Pertambahan Bobot Badan Selama 8 Minggu (g) 802 603 1132 973 Simpangan Baku Selama 8 Minggu 56,16 55,49 Keterangan : = Jantan, = Betina Rataan pertambahan bobot badan setiap hari ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur masing-masing adalah 16,92 g/ekor dan 13,02 g/ekor untuk jantan dan betina. Rataan pertambahan bobot badan setiap minggunya untuk betina mencapai 91,20 g/ekor dan jantan lebih tinggi yaitu 118,48 g/ekor, sedangkan standar pertambahan bobot badan ayam ras petelur strain Lohman jenis kelamin jantan mencapai 101,43 g/ekor (Rama Jaya Farm, 2009) dan rataan pertambahan bobot badan ayam lokal mencapai 69,25 g/ekor (Kholid, 2011). Kondisi tersebut menunjukan bahwa pertambahan bobot badan jantan ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur lebih baik dari standar

pertambahan bobot badan jantan pada ayam ras petelur maupun ayam lokal, sedangkan rataan pertambahan bobot badan betinanya lebih tinggi dari pertambahan bobot badan ayam lokal jantan tetapi lebih rendah dari rataan standar pertambahan bobot badan jantan ayam ras petelur strain Lohman. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya efek heterosis sebagai akibat penggunaan pejantan Bangkok yang pada dasarnya memiliki postur yang besar dengan pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini sejalan dengan pendapat Jull (1951); Robinson (1996) dan Smyth (1988) bahwa persilangan dapat mengkombinasikan gen-gen yang sangat berbeda dari sumber-sumber yang sangat berbeda, karena setiap tetua mempunyai gen-gen dominan dalam keadaan heterozygot. Beberapa gen dominan diperoleh dari tetua pejantan dan gen dominan lain dari tetua lainnya dan kebanyakan gen-gen dominan mempunyai efek yang menguntungkan, maka keturunan yang diperoleh akan mempunyai beberapa sifat yang lebih baik dibandingkan dengan tetuanya. Tingginya rataan pertambahan bobot badan ayam jantan dibandingkan dengan ayam betina erat kaitannya dengan perbedaan status fisiologis dimana pada ayam jantan memiliki hormon androgen yang sangat berperan dalam memacu percepatan pertumbuhan. Selain itu, ayam jantan memiliki kemampuan mengkonsumsi ransum yang lebih tinggi sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih cepat dengan pertambahan bobot badan lebih besar. Wahju (2004), mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah bangsa, tipe ayam, jenis kelamin, energi metabolis, kandungan protein, dan suhu lingkungan. Sifat individu, baik sifat kualitatif maupun sifat kuantitatif ditentukan oleh gen dan allele nya yang tersusun dalam pasangan DNA yang ditemukan dalam sel. Dua

62,11 78,69 76,07 107,46 14,69 123,46 133,38 15,91 143,46 52,38 94,67 101,47 143,73 162,26 170,79 196,94 Kopi DNA yang sempurna menentukan atau mengontrol gambaran dan sifat pengembangan tubuh, fisiologi dan tingkah laku (Sidadolog, 2011). 1 2 3 4 5 6 7 8 ( ) ( ) Ilustrasi 2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Ayam Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Ras Petelur Berdasarkan Ilustrasi 2, pertambahan bobot badan ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur jenis kelamin jantan selalu meningkat, sedangkan pada betina mengalami penurunan di minggu ke empat sebesar 2,62g dibadingkan minggu ke tiga. Turunnya pertambahan bobot badan pada betina mengindikasikan perbedaan sensitifitas terhadap perubahan temperatur diluar zona nyaman ayam yaitu 30 o C. Hal ini menyebabkan terjadinya penimbunan panas dalam tubuh, sehingga ayam akan berusaha mempertahankan suhu tubuhnya dalam keadaan relatif konstan antara lain melalui peningkatan frekuensi pernafasan dan jumlah konsumsi air minum serta penurunan konsumsi ransum. Akibatnya, pertumbuhan ternak menjadi lambat dan produksi menjadi rendah, namun pada minggu kelima suhu dalam kandang sudah mulai relatif konstan, sehingga pertambahan bobot badan minggu kelima naik lagi. Penomena ini sesuai pendapat Noor dan Seminar (2009) perubahan temperatur mempengaruhi keseimbangan reaksi biokimia, terutama pembentukan ikatan kimia yang lemah sehingga ternak yang dipelihara diatas suhu nyaman akan mengalami perubahan fisiologis.

4.3 Konversi ransum atau FCR Konversi ransum yaitu salah satu indikator guna mengetahui efisiensi ternak dalam penggunaan pakan. Konversi ransum pada ayam diartikan sebagai jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 (satu) kilogram bobot hidup. Konversi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur disajikan pada Tabel 5. Tabel. 5 Konversi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur Jenis kelamin Jenis kelamin Minggu ( ) ( ) 1 2 3 4 5 6 7 8 3,62 2,82 2,77 2,77 2,82 2,84 3,07 3,20 3,89 3,35 3,33 3,70 2,92 3,01 3,22 3,46 Rataan 2,99 3,36 Keterangan : = Jantan = Betina Berdasarkan Tabel 5, rataan konversi ransum ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur jenis kelamin jantan, yaitu sebesar 2,99 dan jenis kelamin betina sebesar 3,36. Pada jantan, nilai konversi ransumnya jauh lebih kecil dibandingkan angka konversi ransum ayam lokal yang dilaporkan Kholid (2011) yaitu 3,30. Kondisi ini menunjukan bahwa ayam hasil persilangan pejantan Bangkok dengan betina ras petelur jenis kelamin jantan lebih efisien dalam penggunaan ransum dari ayam lokal. Perbedaan rataan konversi ransum diduga disebabkan oleh pengaruh kemampun mengkonsumsi ransum, kemampuan mencerna nutrient yang terdapat dalam ransum, dan perbedaan jenis kelamin,

Gram karena dimorfisme seksual ayam jenis kelamin jantan dan betina berbeda. Hal ini sesuai pendapat Diwyanto dkk., (2011) Pertumbuhan antara ayam jantan dan betina berbeda, salah satu penyebabnya karena faktor hormon reproduksi yaitu ternak jantan menghasilkan hormon testosteron sedangkan ternak betina menghasilkan hormon estrogen yang terdapat dalam tubuh ternak sehingga berpengaruh terhadap performa ternak jantan dan betina. 5 4 FCR 3 2 1 0 1 2 3 Minggu 4 5 6 7 8 ( ) ( ) Ilustrasi 3. Rataan Konversi Ransum per Ekor Ayam Jantan dan Betina Hasil Persilangan Pejantan Bangkok dengan Betina Ras Petelur. Berdasarkan Ilustrasi 3, rataan konversi ransum tertinggi pada ayam jantan terjadi di minggu pertama sebesar 3,62 dan terendah pada minggu ke 3 dan 4, sedangkan pada ayam betina rataan konversi ransum tertinggi terjadi pada minggu pertama yaitu 3,89 dan terendah pada minggu ke lima yaitu 2,92. Tingginya konversi ransum pada minggu pertama diduga karena ayam dalam kondisi stress akibat transportasi dan tagging, sedangkan terjadinya perbedaan konversi ransum pada minggu ke enam sampai minggu kedelapan yang cenderung meningkat dari minggu sebelumnya disebabkan terjadinya penurunan kemampuan ternak dalam mengkonversi nutrient dalam ransum menjadi bobot badan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Lesson (2000) yang menyatakan bahwa semakin dewasa ayam maka nilai konversi ransumnya akan semakin besar.