BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TENTANG PERILAKU MAKAN ANAK DENGAN STATUS GIZI USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) DI RW II DESA SIDOMULYO PATI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masalah gizi, yaitu kurang energi protein (KEP). Adanya gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN, ) di bidang kesehatan yang mencakup programprogram

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) yang di lakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Karena peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Nutrisi yang cukup sangat penting pada usia dini untuk memastikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. http ://digilip.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. semakin baik. Status gizi anak balita akan berkaitan erat dengan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. mikro disebabkan karena kurangnya asupan vitamin dan mineral essensial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus gizi buruk masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam Oktaviani,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi pada anak pra sekolah akan menimbulkan. perbaikan status gizi (Santoso dan Lies, 2004: 88).

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Lembaga Pangan Dunia (LPD) dalam penelitiannya pada awal tahun 2008 menyebutkan jumlah penderita gizi buruk dan rawan pangan di Indonesia mencapai angka 13 juta. Data pemerintah RI menyebutkan penderita gizi buruk hingga tahun 2007 mencapai angka 4,1 juta, atau naik tiga kali lipat dibanding jumlah penderita yang sama di tahun 2005 yakni 1,67 juta jiwa (Saragih, 2010). Data dari UNICEF tahun 1999 menunjukkan bahwa sebanyak 10-12 juta (50-69,7%) anak balita di Indonesia, dimana 4 juta diantaranya dibawah satu tahun, berstatus gizi sangat buruk sehingga mengakibatkan kematian, dan malnutrisi berkelanjutan. Setiap tahun diperkirakan sebanyak 7% anak balita Indonesia (sekitar 300.000 jiwa) meninggal dan hal ini berarti setiap 2 menit terjadi kematian satu anak balita, dimana sebanyak 170.000 anak (60%) diantaranya akibat gizi buruk. Seluruh anak usia 4-24 bulan yang berjumlah 4,9 juta di Indonesia, sekitar seperempatnya sekarang berada dalam kondisi kurang gizi (Herwin, 2004). Kasus gizi buruk di Jawa Tengah juga menunjukkan adanya masalah dimana prevalensi anak balita di propinsi Jawa Tengah dengan status gizi buruk 4,0%, gizi kurang 12%, gizi baik 80,4%, dan gizi lebih 3,6%. Prevalensi anak balita dengan status gizi sangat pendek 17,8%, pendek 18,6%, dan normal 63,5%. Prevalensi anak balita gizi sangat kurus 4,7%, kurus 7,1%, normal 76,8%, dan gemuk 11,4%. Prevalensi gizi kronis 36,4% dan prevalensi gizi akut 11,8% (Riskesdas Jateng, 2008). 1

2 Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Status gizi juga berpengaruh pada kecerdasan balita, balita dengan gizi kurang atau buruk akan memiliki tingkat kecerdasan yang lebih rendah,nantinya mereka tidak mampu bersaing. Dampak jangka pendek gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan perkembangan. Sedang dampak jangka panjang adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, penurunan integrasi sensori. Gizi buruk jika tidak dikelola dengan baik pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya generasi bangsa (Anonim, 2007). Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Anak yang makan tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya akan melemah sehingga nafsu makan berkurang dan mudah terkena gizi kurang. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zatzat gizi esensial. Baik pada status gizi kurang, maupun status gizi lebih terjadi gangguan gizi (Almatsier, S. 2001). Gangguan gizi disebabkan oleh faktor primer atau sekunder, faktor primer adalah susunan makanan seseorang salah dalam kuantitas dan kualitas contohnya penyediaan pangan, kemiskinan, ketidaktahuan, kebiasaan makan yang salah, faktor sekunder meliputi semua faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan di konsumsi (Almatsier, 2002). Kekurangan gizi dapat menyebabkan efek yang serius yaitu kegagalan pertumbuhan fisik, menurunnya perkembangan kecerdasan, menurunnya produktivitas, dan menurunnya daya tahan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Balita yang kekurangan gizi sangat berpengaruh pada

3 perkembangan otak yang proses pertumbuhannya terjadi pada masa itu (Ahmad, 2007). Pemenuhan gizi anak prasekolah merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak. Status gizi ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan (Khomsan, 2009). Perilaku makan yang salah pada anak prasekolah ternyata bisa berasal dari kebiasaan orang tua atau pengasuhnya. Perilaku makan yang tidak baik, seperti pilih-pilih makanan, makan sambil nonton televisi atau main, dan baru mau makan kalau diajak jalan-jalan, tentu dapat terbawa hingga dewasa. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Amerika menunjukkan, anak yang pilih-pilih makanan bakal menemui kesulitan dalam bersosialisasi. Umumnya anak juga akan berperilaku pilih-pilih teman dan cenderung susah menyesuaikan diri. Sehingga, agar anak tidak muncul hal-hal yang tak diharapkan, perilaku makan yang buruk tersebut memang harus diubah. Mengubahnya susah-susah gampang karena terlebih dahulu perilaku makan orang tua atau pengasuh yang harus diubah (Tarigan, 2002). Desa Sidomulyo Jakenan Pati Jawa Tengah adalah penduduk dengan mata pencaharian petani, pedagang, PNS, buruh tani dan karyawan di pabrik. Bermacam-macam jenis pekerjaannya juga tingkat pendapatan mereka juga

4 berbeda ada yang lebih, sedang, dan juga ada yang masih kurang. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Sehingga tinggi rendahnya pendapatan sangat mempengaruhi daya beli keluarga terhadap bahan pangan yang akhirnya berpengaruh pada status gizi anak karena dalam masa itu diperlukan banyak zat gizi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sebagian masyarakat juga masih berpendidikan kurang, dan sebagian besar hanya sampai pada tingkat SD. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama cara pengasuhan anak yang baik. Disini penerapan pola asuh pada anak juga masih kurang, misalnya gizi pada makanan yang disajikan dan pemberian makan sehari-hari dengan perilaku anak-anak yang berbeda-beda juga. Semua penyajian makanan disesuaikan dengan tingkat pendapatan keluarga masing-masing. Pengasuhan keluarga merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 3-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Berdasarkan survei dan wawancara pada tanggal 31 Januari 2012 yang dilakukan peneliti di RW II desa Sidomulyo pada anak-anak usia prasekolah pada 15 anak diketahui bahwa 4 anak masih berstatus gizi kurang. Sebagian besar anak makan harus dengan jalan-jalan, makan sering dimuntahkan karena

5 tidak ada selera untuk makan dan ingin bermain, atau juga penyajian makanan yang kurang menarik. Selain itu perilaku makan anak yaitu sambil nonton televisi, sulit mau makan kalau tidak sesuai dengan selera dan pilih-pilih makanan. Pola asuh keluarga di daerah ini jarang memperhatikan pola makan anaknya. Anak-anak di desa Sidomulyo ini juga jarang mau makan di rumah, anak hanya mau makan jajanan terus dan bermain. Melihat fenomena yang ada di desa Sidomulyo maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi usia prasekolah di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi pada usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi pada usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah. 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah. b. Mendeskripsikan status gizi anak usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah.

6 c. Menganalisis hubungan antara pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Kecamatan Jakenan Pati Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Responden Menambah pemahaman dan pengetahuan ibu tentang pola asuh dengan status gizi anak di Desa Sidomulyo. 2. Peneliti Dilaksanakannya penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan tentang penelitian pola asuh keluarga dengan status gizi anak prasekolah usia 3-5 tahun serta meningkatnya keterampilan dan wawasan terhadap penelitian. 3. Keluarga/ Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi kepada para orang tua khususnya ibu dalam hal mengasuh anak agar dapat memilih dan menentukan pola asuh yang paling tepat yang dapat diterapkan pada anak usia prasekolah. 4. Tenaga Kesehatan Masukkan agar tenaga kesehatan untuk lebih jeli lagi dalam menangani status gizi anak pra sekolah usia 3-5 tahun untuk menurunkan angka gizi buruk/gizi kurang pada balita di Indonesia. E. Bidang Ilmu Penelitian ini termasuk dalam bidang ilmu keperawatan anak dan komunitas.

7 F. Originalitas Keaslian No Nama Judul Desain Hasil 1. Ritayani Lubis (2008) Hubunganpolaasuh ibu denganstatus gizianak balita di wilayah kerja puskesmas Pantai Cermin kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Desain diskriptif korelasi Cross Sectional Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pola asuh berdasarkan perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam pemberian makanan dengan status gizi anak balita. 2. Masitah Matondang (2007) Hubungan pola asuh gizi keluarga dengan status gizi balita (1-3 tahun) di Desa Sumurjomblangbogo Bojong Pekalongan Desain explanatory research(penelitian penjelasan) dengan pendekatan Cross Sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap hubungan yang bermakna antara pola asuh keluarga dengan status gizi balita 3. Noor Rofiqoh (2012) Hubungan pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi usia prasekolah (3-5 tahun) di RW II Desa Sidomulyo Pati Jawa Tengah Studi deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh keluarga tentang perilaku makan anak dengan status gizi usia prasekolah