BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Siregar (2004) menyebutkan bahwa rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus dan rumit, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik modern, yang semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Dulu rumah sakit dianggap hanya sebagai suatu tempat penderita ditangani. Sekarang ini rumah sakit adalah lembaga komunitas yang merupakan instrument masyarakat. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/ MENKES/ PER/ I/ 2010 tentang perizinan rumah sakit disebutkan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Usaha pemerintah dalam pelayanan kuratif diantaranya adalah melalui rumah sakit. Rumah sakit juga sebagai pusat pelayanan masyarakat yang dituntut kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan pelayanan dan pendidikan kesehatan bagi masyarakat. Rumah sakit tidak hanya memberikan pelayanan tetapi juga menerima interaksi bahan infektif yang dikenal sebagai infeksi nosokomial (Zuidah, 2007).
Roper (1987) dalam Zuidah (2007) menyebutkan bahwa infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul pada pasien yang sudah dirawat minimal selama 72 jam dan tidak ada gejala infeksi tersebut pada saat pasien masuk rumah sakit. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab : kenaikan angka kesakitan dan angka kematian di rumah sakit, bertambah lamanya hari rawatan, serta biaya yang dikeluarkan penderita dan rumah sakit bertambah. Pokak, J.D. (2004) dalam Khai, Jong (2006) menyebutkan bahwa berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) angka prevalens infeksi nosokomial 11,8% pada daerah timur Meditterranean dan pada daerah Asia Tenggara sebesar 10%. Sedangkan menurut laporan Center for Disease Control and Prevention (CDC) angka prevalens infeksi nosokomial di rumah sakit Amerika mengalami presentase kenaikan sebesar 37% sejak tahun 1975-1998. Hal ini menghabiskan dana sebesar 4,5 miliar dolar Amerika dengan angka prevalen 5-10%. Murniati, D. (2004) dalam Khai, Jong (2006) menyebutkan bahwa Point Prevalence Survey Nosocomial Infection di sepuluh rumah sakit umum pendidikan di Indonesia pada tahun 1987 yang dilaksanakan oleh Subdit Surveilans Direktorat Jenderal PPM & PL, menunjukkan angka prevalens infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 9,8% rentang (6-16%). Selanjutnya rumah sakit khusus penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti Suroso bekerja sama dengan Perdalin Jaya telah melakukan Point Prevalence Survey Nosocomial di sebelas rumah sakit di Jakarta diperoleh angka infeksi nosokomial yang tidak jauh berbeda, dengan distribusi prevalens infeksi
nosokomial, yaitu luka operasi (18,9%), infeksi saluran kemih (15,1%), infeksi aliran darah primer (26,4%), pneumonia (24,5%), infeksi saluran nafas lain (15,1%). Oleh karena itu perlu diperhatikan agar populasi yang sehat tidak menjadi sakit, yang sakit tidak menjadi lebih sakit, tetapi sembuh. Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, maka diperlukan suatu usaha untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Berdasarkan S.K. Menteri Kesehatan No. 49-1/PD.03.02.E1. tahun 1990, tentang Pertemuan Penyusunan Pedoman Sistem Surveilans Rumah Sakit, telah disusun pedoman untuk surveilans rumah sakit, yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya penyakit nosokomial dengan memutuskan rantai penularan. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, maka pembahasan mengenai infeksi nosokomial tidak lagi hanya difokuskan pada pasien yang mendapat perawatan di rumah sakit. Akan tetapi juga kepada orang-orang yang berada di lingkungan rumah sakit tersebut. Zulkarnain (1996) dalam Sjaifoellah, dkk (1996) menyebutkan bahwa ada tiga kelompok yang beresiko terkena dan menularkan infeksi nosokomial, yaitu : pasien, petugas kesehatan, dan pengunjung atau penunggu pasien. Pengunjung atau penunggu pasien merupakan pihak yang akan sering berada di lingkungan rumah sakit dan kontak dengan pasien yang merupakan keluarganya. Berdasarkan pengamatan Memon (2007) disebutkan bahwa seorang pasien yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit akan mendapat banyak kunjungan dari keluarga maupun kerabat. Beberapa perilaku keluarga pasien ketika berkunjung merupakan sumber maupun penyebab terjadinya infeksi nosokomial.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A dimana rumah sakit tersebut mampu memberikan pelayanan spesialis dan subspesialis luas. Rumah sakit tersebut juga merupakan rumah sakit rujukan dimana pasien-pasien yang berasal dari berbagai daerah dikirim dan mampu menampung pasien dalam jumlah yang besar dengan jenis penyakit yang bervariatif. Selain jumlah pasien yang banyak, jumlah keluarga pasien baik yang menjenguk maupun yang menunggu pasien juga cukup banyak, bahkan lebih banyak dari jumlah pasien yang mendapat perawatan. Hal ini dikarenakan belum adanya pembatasan jumlah keluarga pasien yang berkunjung ke rumah sakit. Selain itu beberapa perilaku keluarga pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik beresiko sebagai sumber atau penyebab infeksi nosokomial di rumah sakit. Adapun beberapa perilaku keluarga pasien yang dapat dilihat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik yang beresiko menjadi sumber maupun penyebab terjadinya infeksi nosokomial anatara lain, yaitu : berkunjung ke rumah sakit beramai-ramai, duduk bahkan tidur di tempat tidur pasien dan sering dijumpai keluarga pasien yang tidur di bawah tempat tidur pasien dengan menggunakan tikar sebagai alas, membawa anak berusia di bawah 12 tahun ketika berkunjung ke rumah sakit, menggunakan peralatan makan dan mandi yang sama dengan pasien, serta tetap berkunjung ke rumah sakit dan berbicara kepada pasien ketika sedang batuk dan flu. Kesadaran yang masih rendah tentang bahaya infeksi nosokomial menyebabkan resiko kejadian infeksi nosokomial semakin besar. Oleh karena itu, pengetahuan tentang pencegahan infeksi nosokomial cukup penting bagi keluarga
pasien agar dapat melindungi dirinya dan keluarganya yang sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit dari bahaya infeksi nosokomial. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka penulis melakukan penelitian tentang Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Pasien Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Ruang Kelas III Instalasi Rawat Inap Terpadu A dan Rawat Inap Terpadu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2010 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, rendahnya kesadaran keluarga pasien tentang bahaya infeksi nosokomial menyebabkan resiko kejadian infeksi nosokomial semakin besar tidak hanya bagi pasien, tetapi juga bagi keluarga pasien yang berada di lingkungan rumah sakit. Oleh karena itu maka dianggap perlu untuk melakukan penelitian mengenai Pengetahuan, Sikap dan Tindakan keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit. 1.3. Tujuan 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui bagaimana Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Keluarga Pasien Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Pada Ruang Kelas III Instalasi Rawat Inap Tepadu A dan Rawat Inap Terpadu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2010.
1.3.2. Tujuan khusus 1. Mengetahui gambaran karakteristik (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, suku, dan sumber informasi) keluarga pasien pada ruang kelas III Instalasi Rawat Inap Terpadu A dan Rawat Inap Terpadu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Tahun 2010. 2. Untuk mengetahui pengetahuan keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial. 3. Untuk mengetahui sikap keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial. 4. Untuk mengetahui tindakan keluarga pasien tentang pencegahan infeksi nosokomial. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi bahan masukan bagi keluarga pasien pada ruang kelas III Instalasi Rawat Inap Terpadu A dan Rawat Inap Terpadu B Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik melalui Instalasi PKRMS (Penyuluhan Kesehatan Masyarakat)nya agar keluarga pasien dapat terhindar dari infeksi nosokomial dan juga mencegah bertambahnya resiko kejadian infeksi nosokomial pada pasien yang sedang menjalani perawatan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik agar dapat melaksanakan promosi pencegahan infeksi nosokomial bagi keluarga pasien di rumah sakit. 3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya