KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

EKSPLORASI LICHEN DI SEPANJANG JALAN RAYA SOLO TAWANGMANGU DAN KAWASAN HUTAN SEKIPAN KARANGANYAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. secara vegetatif mempunyai kemiripan dengan alga dan jamur. Thallus ini ada yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CRUSTOSE DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EKSPLORASI JAMUR KAYU MAKROSKOPIS DI TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) K.G.P.A.A MANGKUNAGORO 1 NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

KEANEKARAGAMAN LICHENES DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU EPIFIT DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

INVENTARISASI BRYOPHYTA DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia terletak di khatulistiwa dengan posisi geografis antara 6 0 LU 11 0 LS dan

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

KEANEKARAGAMAN FAMILI GRAPHIDACEAE DI KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO, BATU DAN MOJOKERTO, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muhamad Adnan Rivaldi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Bryophyta (Giulietti et al., 2005). Sedangkan di Indonesia sekitar

IDENTIFIKASI FITOPLANKTON DI PERAIRAN SUNGAI PEPE SEBAGAI SALAH SATU ANAK SUNGAI BENGAWAN SOLO DI JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENYEBARAN TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG SIBAYAK II TAHURA BUKIT BARISAN, KABUPATEN KARO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN JENIS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN WADUK MULUR KABUPATEN SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH

Jenis-Jenis Lichen Di Kampus Undip Semarang

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Propinsi Sumatera Utara, dan secara geografis terletak antara 98 o o 30 Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki mega biodiversity

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN KULIT KACANG TANAH DAN RUMEN SAPI UNTUK PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DENGAN PENAMBAHAN JAMUR TRICHODERMA (Trichoderma sp.

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

Oleh: FARIDA RAHMAWATI A PUBLIKASI ILMIAH

Kata Kunci : Keanekaragaman, Lichen corticolous, Dataran rendah, Suaka Margasatwa Nantu

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN PINUS KRAGILAN KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki separuh keanekaragaman flora dan fauna dunia dan diduga sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi pohon pelindung di jalan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dan memiliki begitu banyak potensi alam. Potensi alam tersebut berupa

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

INVENTARISASI JENIS-JENIS ANGGREK DI SAMOSIR UTARA KABUPATEN SAMOSIR, PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

KEANEKARAGAMAN BURUNG PANTAI DAN POTENSI MAKANAN DI PANTAI MUARA INDAH KECAMATAN PANTAI LABU KABUPATEN DELI SERDANG PROPINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SKRIPSI. Diajukan oleh: AMBARINI YHUYHINA A

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB V PEMBAHASAN. dibandingkan secara akuatik dan teresterial. familia yang mampu beradaptasi pada daerah dataran rendah seperti

IDENTIFIKASI BAKTERI Coliform-fecal DALAM AIR MINUM ISI ULANG YANG BERKUALITAS RENDAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Hutan merupakan salah satu ekosistem yang jumlahnya cukup luas di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. luas keanekaragaman hayati merupakan keanekaragaman kehidupan dalam semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Herlin Nur Fitri, 2015

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan hidup di daerah tropika. Pteridophyta tidak ditemukan di

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

INVENTARISASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN LUMUT (BRYOPHYTA) DI KAWASAN GIRIBANGUN WETANKALI GIRILAYU MATESIH KARANGANYAR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Titik yang dijadikan lokasi penelitian adalah Jalan H.B. Jasin (eks Jalan

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS HUBUNGAN KETINGGIAN TEMPAT DENGAN JENIS DAN KLASIFIKASI FLORA DI WILAYAH HUTAN SIBOLANGIT

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati tersebut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: ), Juni 2018

EKSPLORASI JAMUR PEROMBAK SERASAH DI BAWAH TEGAKAN PINUS (Pinus merkusii Jungh et de vriese) DAN RASAMALA (Altingia excelsa Noronha)

BAB I PENDAHULUAN. hayati memiliki potensi menjadi sumber pangan, papan, sandang, obat-obatan

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh : Ria Alfi Rahmawati A

BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN KESIAPSIAGAAN TERHADAP BENCANA BANJIR DI SMP NEGERI 17 SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

IDENTIFIKASI PLANKTON DI SUNGAI PEPE BENGAWAN SOLO JAWA TENGAH YANG TERKENA DAMPAK LIMBAH DOMESTIK. Oleh: Yulia Dwi Safitri A

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari Februari 2014 di

BAB I PENDAHULUAN. dikenal sebagai negara megabiodiversity. Sekitar 10 % jenis-jenis tumbuhan

STUDI KEANEKARAGAMAN PTERIDOPHYTA TERESTRIAL DI KAWASAN HUTAN WISATA AIR TERJUN JUMOG DESA BERJO NGARGOYOSO KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH

TINGKAT KERAPATAN (DENSITAS) TANAMAN PEKARANGAN DAN KEMANFAATANNYA DI KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

Transkripsi:

KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: HERMIN SINTIA DEKAWATI A 420 130 014 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

HALAMAN PERSETUJUAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PUBLIKASI ILMIAH Oleh : Hermin Sintia Dekawati A 420 130 014 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing (Efri Roziaty, S.Si, M.Si) NIP: 197904242005012004 i

PENGESAHAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH Yang dipersiapkan dan disusun oleh: HERMIN SINTIA DEKAWATI A420130014 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada Hari Jum at, 9 Juni 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Efri Roziaty, S.Si, M.Si ( ) (Ketua Dewan Penguji) 2. Dra. Suparti, M.Si ( ) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Triastuti Rahayu, S.Si, M.Si ( ) (Anggota II Dewan Penguji) Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dekan, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum NIP. 196504281993031001 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggung jawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 10 Mei 2017 Penulis Hermin Sintia Dekawati A 420 130 014 iii

KARAKTERISTIK MORFOLOGI LICHEN CORTICOLOUS DI KAWASAN HUTAN SEKIPAN DESA KALISORO TAWANGMANGU KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH Abstrak Penelitian tentang karakteristik morfologi lichen corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah pada bulan April 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi lichen corticolous yang tumbuh di kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan teknik eksplorasi. Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil identifikasi lichen corticolous terdapat 9 spesies lichen corticolous yaitu Usnea dasaea, Usnea hirta, Usnea subfloridana, Usnea flammea. Usnea subscrabosa, Usnea rubicunda. Usnea sp, Usnea glabrata, dan Usnea longissima. Lichen yang diperoleh masuk dalam familiaa Parmeliaceae. Sebaran individu lichen corticolous pada ketinggian 1300 mdpl sebanyak 22 individu, ketinggian 1400 mdpl sebanyak 42 individu dan pada ketinggian 1500 mdpl sebanyak 172 individu. Morfologi lichen corticolous memiliki tipe thallus fruticose, dengan bentuk silindris dan menyerupai semak belukar dengan warna yang bervariasi serta ukuran yang berbeda-beda. Kata Kunci : morfologi lichen, lichen corticolous, parmeliaceae, genus usnea Abstract Research of lichen morphological characteristics corticolous Forest Zone Sekipan Kalisoro Tawangmangu village Karanganyar Central Java province in April 2017. This study aims to determine the morphology of lichen that grows in the region corticolous Sekipan Forest Village Kalisoro Tawangmangu Karanganyar, Central Java province. This study used quantitative descriptive exploratory techniques. The sampling method using purposive sampling. Results corticolous lichen identification, there are 9 species of lichencorticolous Usnea dasaea, Usnea hirta, Usnea subfloridana, Usnea flammea. Usnea subscrabosa, Usnea rubicunda. Usnea sp, Usnea glabrata, and Usnea longissima. Lichen gained entry in Parmeliaceae familiaa. Distribution of lichen colonies corticolous at an altitude of 1300 meters above sea level as much as 22 colonies, an altitude of 1400 meters above sea level as much as 42 colonies and at an altitude of 1500 meters above sea level as much as 172 colonies. Morphology lichen thallus corticolous have type fruticose, with a cylindrical shape and resembles a shrub with a variety of colors and different sizes. Keywords: morphological lichen, lichen corticolous, parmeliaceae, genus usnea 1. PENDAHULUAN Kawasan hutan hujan tropis yang sangat luas dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi. Salah satunya adalah lichen. Lichen (lumut kerak merupakan gabungan antara fungi dan alga sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lumut ini hidup secara epifit pada pepohonan, di atas tanah, diatas batu cadas, di tepi pantai dan di gunung-gunung yang tinggi. Lichen 1

dikelompokkan menjadi empat tipe berdasarkan morfologi thallusnya yaitu tipe crustose, foliose, frucicose, dan squamulose. (Yurnaliza, 2002). Salah satu lichen yang terdapat di hutan Indonesia adalah jenis lichen corticolous yaitu jenis lichen yang ditemukan hidup sebagai epifit pada substrat kulit batang. Lichen corticolous merupakan komponen penting ekosistem hutan sebagai organisme autotrof penyumbang biomassa dalam ekosistem tersebut serta peka terhadap perubahan iklim. Keberadaan suatu jenis lichen sangat tergantung pada pohon inangnya karena beberapa jenis lichen memilih pohon tertentu sebagai inang (Susilawati, 2013). Jenis tipe morfologi lichen yang dominan di jalan Solo-Tawangmangu dan kawasan hutan Sekipan adalah tipe foliose sebanyak 8 spesies, tipe squamulose 5 spesies, tipe crustose 4 spesies, dan tipe fruticose 1 spesies. Sedangkan presentase cakupan lichen yang tertinggi di Stasiun 1 (90%) adalah Peltigera colina dan terendah di jalan Solo-Tawangmangu (36%) adalah Physconia sp (Furi, 2016). Salah satu Kawasan hutan yang sangat berpotensi untuk habitat pertumbuhan dari lichen yaitu di daerah Sekipan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Desa Kalisoro. Kawasan hutan ini terdapat berbagai macam flora dan fauna akan tetapi belum banyak penelitian mengenai keanekaragaman hayati di hutan ini. Penelitian tentang keragaman dan persebaran lichen sudah banyak dilakukan, tetapi untuk penelitian tentang karakteristik morfologi lichen corticolous di Kawasan hutan Sekipan ini belum ada, sehingga hutan ini dapat dijadikan sebagai lokasi penelitian mengenai karakteristik morfologi lichen corticolous. 2. METODE Penelitian telah dilaksanakan di kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah sebagai lokasi pengambilan data lichen corticolous pada tanggal 2 dan 9 April 2017, sedangkan identifikasi morfologi lichen dilaksanakan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tanggal 12 April 2017. Populasi pada penelitian ini adalah seluuh lichen corticolous yang berada di kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. Teknik sampling lichen corticolous menggunakan metode pengambilan sampel yang bertujuan (Purposive Sampling). Pengumpulan data menggunakan beberapa cara yaitu : (1) Eksplorasi, (2) Identifikasi, (3) Dokumentasi, (4) Pembuatan katalog, (5) Key To The Usnea Species In Europe. Analisis data dari penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. 2

3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil pengukuran terhadap kondisi lingkungan di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Hasil pengukuran terhadap kondisi lingkungan di kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah No Parameter abiotik Hasil pengukuran 1. Suhu udara 23,7 oc 2. Kelembaban udara 80% 3. Ketinggian 1500m dpl Kondisi lingkungan di kawasan Hutan Sekipan yaitu diperoleh suhu udara 23,7 o C dan kelembaban udara 80% pada ketinggian 1500 m dpl. Pada kondisi lingkungan tersebut lichen dapat tumbuh dan berkembang. Hasil Eksplorasi Lichen Corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah tahun 2017 telah teridentifikasi dan disajikan dalam tabel 2. No Familia Genus Sesies Terdapat pada Ketinggian (mdpl) 1300 1400 1500 1. Usnea dasaea V 2. Usnea hirta V 3. Usnea subfloridana V 4. Usnea flammea V 5. Usnea subscrabosa V 6. Usnea rubicunda V 7. Usnea rubicunda V Parmeliaceae Usnea 8. Usnea sp V 9. Usnea glabrata V 10. Usnea sp V 11. Usnea longissima V 12. Usnea sp V 13. Usnea glabrata V 14. Usnea subscrabosa V Tipe Thallus Fruticose Dari tabel 1. Dapat diketahui bahwa jenis lichen corticolous yang ada di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah terdiri dari familia Parmeliaceae yaitu 9 spesies. Hal ini menunjukkan bahwa familia Parmeliace cukup mendominasi di kawasan Hutan Sekipan. 3

No Tabel 3. Data Pengamatan Jumlah Individu Lichen Corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah Nama Spesies Ketinggian (m dpl) 1300 1400 1500 Individu* 1. Usnea dasaea V 1 2. Usnea hirta V 5 3. Usnea subfloridana V 9 4. Usnea flammea V 7 5. Usnea subscrabosa V 1 6. Usnea rubicunda V 3 7. Usnea rubicunda V 34 8. Usnea sp 4 9. Usnea glabrata V 63 10. Usnea sp V 26 11. Usnea longissima V 1 12. Usnea sp V 56 13. Usnea glabrata V 3 14. Usnea subscrabosa V 23 * Lichen diambil pada bagian batang pohon inang dari atas akar hingga cabang pertama. Jumlah lichen yang terdapat di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah (Tabel 3.) diperoleh jumlah paling banyak terdapat pada ketinggian 1500 mdpl dengan jumlah sebanyak 172 individu, sedangkan jumlah paling banyak kedua terdapat pada ketinggian 1400 mdpl yaitu sebanyak 42 individu, dan jumlah yang paling sedikit terdapat pada ketinggian 1300 mdpl yaitu sebanyak 22 individu artinya ketinggian tempat mempengaruhi jumlah dari lichen corticolous, sehingga semakin tinggi lokasi pengambilan sampel, maka semakin banyak jumlah lichen corticolous. Tabel 4. Data Identifikasi Inang Lichen Corticolous Di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah No Nama Spesies Inang 1. Usnea dasaea Kayu Manis (Cinnamomum verum) 2. Usnea hirta Pinus (Pinus mercusii) 3. Usnea subfloridana Pinus (Pinus mercusii) 4. Usnea flammea Pinus (Pinus mercusii) 5. Usnea subscrabosa Pinus (Pinus mercusii) 6. Usnea rubicunda Pinus (Pinus mercusii) 7. Usnea rubicunda Pinus (Pinus mercusii) 8. Usnea sp Dadap (Erythrina lithosperma) 9. Usnea glabrata Pinus (Pinus mercusii) 10 Usnea sp Pinus (Pinus mercusii) 11. Usnea longissima Pinus (Pinus mercusii) 12. Usnea sp Pinus (Pinus mercusii) 13. Usnea glabrata Lamtoro (Leucaena leucocephala) 14. Usnea subscrabosa Kayu Manis (Cinnamomum verum) 4

Jenis inang lichen corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah diperoleh data yaitu inang yang paling dominan terdapat pada pohon pinus (Pinus mercusii), karena pohon pinus memiliki tekstur kulit pohon yang relatif mudah untuk ditumbuhi jenis lichen corticolous dan teksturnya halus. sedangkan jenis inang yang lain yaitu pada pohon Kayu Manis (Cinnamomum verum), Dadap (Erythrina lithosperma), dan Lamtoro (Leucaena leucocephala) tidak mendominasi hal ini disebabkan karena faktor ada tidaknya resin pada kulit pohon sehingga sulit untuk ditumbuhi lichen corticolous. 3.2 PEMBAHASAN Hasil penelitian yang telah dilakukan di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah pada ketinggian 1300 m dpl sampai 1500 m dpl diperoleh data sekunder berupa suhu udara mencapai 23,7 o C dengan kelembaban udara mencapai 80% (Tabel 1.). Artinya pada kondisi lingkungan tersebut lichen corticolous dapat tumbuh dan berkembang. Data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan spesies lichen corticolous yang ada di Kawasan Hutan Sekipan hanya ditemukan dari genus usnea (Tabel 2). Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh faktor-faktor penyebab seperti ada tidaknya resin pada kulit batang pohon, tingkat pencahayaan dan kelimpahan zat makanan yang terlihat menentukan bisa tidaknya lichen tumbuh pada permukaan kayu. Menurut Januardania (1995) menyatakan bahwa keragaman aktivitas reproduksi dan perkebangan thallus lichen juga disebabkan oleh perbedaan kemampuan thallus untuk menyerap dan memanfaatkan air dan zat makanan serta ketahanannya terhadap pencahayaan yang tinggi dalam golongan ini termasuk usnea yang membentuk semak kecil dan banyak terdapat pada pohon-pohon dalam hutan, lebih-lebih daerah pegunungan. Eksplorasi lichen corticolous di Hutan Sekipan menunjukkan bahwa terdapat 14 spesies lichen corticolous (Tabel 2.) dengan ketinggian yang berbeda-beda, pada ketinggian 1300 mdpl terdapat 4 spesies lichen corticolous yaitu Usnea dasaea, Usnea hirta, Usnea subfloridana, dan Usnea flammea. Pada ketinggian 1400 mdpl diperoleh 3 spesies lichen corticolous yaitu Usnea subscrabosa, Usnea rubicunda, dan Usnea rubicunda sedangkan pada ketinggian 1400 terdapat 7 spesies lichen corticolous yaitu 3 Usnea sp, Usnea subscrabosa, Usnea rubicunda dan Usnea rubicunda. Spesies lichen corticolous yang di temukan masuk dalam familiaa parmeliaceae dengan tipe thallus fruticose 5

Jumlah individu lichen corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah diperoleh hasil yaitu pada ketinggian 1300 mdpl sebanyak 22 individu, ketinggian 1400 mdpl sebanyak 42 individu dan pada ketinggian 1500 mdpl sebanyak 172 individu (Tabel 3.). Individu lichen corticolous diambil pada bagian batang pohon inang dari atas akar hingga cabang pertama hasil tersebut menunjukkan bahwa ketinggian mempengaruhi jumlah individu lichen corticolous, semakin tinggi tempat maka jumlah individu lichen corticolous semakin banyak. Jenis inang lichen corticolous di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu Karanganyar Provinsi Jawa Tengah diperoleh hasil inang yang dominan adalah pada pohon Pinus (Pinus mercisii) (Tabel 4.) karena pohon pinus memiliki tekstur kulit pohon yang relatif mudah untuk ditumbuhi jenis lichen corticolous dan teksturnya halus. sedangkan jenis inang yang lain yaitu pada pohon Kayu Manis (Cinnamomum verum), Dadap (Erythrina lithosperma), dan Lamtoro (Leucaena leucocephala) tidak mendominasi hal ini disebabkan karena faktor ada tidaknya resin pada kulit pohon sehingga sulit untuk ditumbuhi lichen corticolous. Identifikasi morfologi lichen corticolous memiliki thallus yang bertipe fruticose, yang umumnya berbentuk silindris serta seperti semak belukar. Dari hasil yang diperoleh terdapat lichen corticolous dengan warna thalus merah yaitu Usnea rubicunda, Selain itu juga terdapat Usnea longissima yang memiliki thallus dengan ukuran yang panjang hingga mencapai 70 cm. sedangkan lichen yang ditemukan secara umum memiliki warna thallus hijau dan memiliki struktur thallus yang halus. 4. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada karakteristik morfologi lichen corticolous yang terdapat di Kawasan Hutan Sekipan dapat disimpulkan bahwa terdapat 9 spesies lichen corticolous. Lichen yang diperoleh masuk dalam familia Parmeliaceae. Morfologi lichen corticolous memiliki tipe thallus fruticose, dengan bentuk silindris dan menyerupai semak belukar dengan warna yang bervariasi serta jumlah tertinggi spesies Usnea glabrata. Saran yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian lanjutan untuk morfologi jenis-jenis lichen yang lainnya di Kawasan Hutan Sekipan Desa Kalisoro Tawangmangu, Karanganyar Provinsi Jawa Tengah. 6

PERSANTUNAN Terima kasih kepada kedua orang tua, dosen pembimbing, dosen FKIP biologi dan teman- teman semua yang telah memberi bantuan untuk penelitian skripsi dan penulisan artikel ilmiah. DAFTAR PUSTAKA Furi, A. R. (2016). Eksplorasi Lichen Di Sepanjang Jalan Raya Solo Tawangmangu dan Kawasan Hutan Sekipan Karanganyar Jawa Tengah. Surakarta: Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Susilawati, P. R. (2013). Keanekaragaman Corticolous Lichen dan Preferensi Inangnya dengan Erythrina lithosperma Miq., Pinus merkisii Jungh. & De Vr. dan Engelhardtia spicta Blume Di Bukit Bibi, Taman Nasional Gunung Merapi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada (UGM). Torra, T., & Randlane, T. (2017). Key to the Usnea Species in Europe. Retrieved from a new e way to discover biodiversity : http://www.ut.ee.ia15/k2n/key/usnea eu/index.html. Yurnaliza. (2002). Lichen (Karakteristik, Klasifikasi, dan Kegunaan). Sumatera: digitized by USU digital library. 7