HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK. S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN DUKUNGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tugas merupakan suatu hal yang sangat dekat dengan perkuliahan dan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan Indonesia bisa lebih tumbuh dan berkembang dengan baik disegala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. waktu yang dimiliki. Artinya, seseorang menyelesaikan pekerjaan di bawah waktu

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perannya sebagai seorang mahasiswa. Banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyelesaikan Tugas Akhir (TA) atau skripsi, skripsi merupakaan karya ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad ke-21 ini, telah memasuki suatu rentangan waktu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN DIRI DENGAN PROKRASTINASI KERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Perkuliahan merupakan sebuah proses yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. siswa. Menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggunakan waktu dengan efektif sehingga efisiensi waktu menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa, juga memiliki intelektual akademik yang baik demi menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat merealisasikan dan mewujudkan suatu tujuan pendidikan nasional. Perguruan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. 2005: 11). Unsur-unsur dalam dakwah adalah subjek (da i), objek (mad u), materi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

sendiri seperti mengikuti adanya sebuah kursus suatu lembaga atau kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Andalas dengan beban sebesar empat satuan kredit semester (SKS),

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tugas. Terkadang manusia merasa semangat untuk melakukan sesuatu namun

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maju dan akhiran crastinus yang berarti keputusan hari esok. Jadi prokrastinasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk membagi waktunya dengan baik dalam menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

BAB I PENDAHULUAN. perilaku prokrastinasi itu sendiri membawa dampak pro dan kontra terhadap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Universitas Bina Nusantara yang sedang mengerjakan skripsi. Penyebaran

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas. Sebuah pendidikan terjadi proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan kualitas produknya. Karyawan merupakan harta terpenting bagi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

Bab I Pendahuluan. Untuk mengembangkan dirinya, mahasiswa tidak hanya bisa memanfaatkan ruang kuliah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju

ACHIEVEMENT MOTIVATION TRAINING (AMT) SEBAGAI UPAYA PREVENTIF PERILAKU PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, terutama di kalangan mahasiswa. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kebanyakan orang percaya bahwa jika suatu pekerjaan dikerjakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai suatu sarana mendidik anak bangsa untuk menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. di perguruan tinggi dengan jurusan tertentu. Mahasiswa diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

LAMPIRAN 1 KUESIONER FAKTOR-FAKTOR PROKRASTINASI AKADEMIK SEBELUM UJI COBA. No. Pernyataan SS S N TS STS

BAB I PENDAHULUAN. oleh dinamika-dinamika untuk mengakarkan diri dalam menghadapi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dan menjadi perilaku yang tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena

DEWI KUSUMA WARDHANI F

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Riska Tyas Perdani, 2015

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Proses penelitian tentang profil prokrastinasi akademik siswa dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang sumber daya manusia yang berkualitas pada dasarnya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INSENTIF DAN BERPIKIR POSITIF DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya belajar merupakan bagian dari pendidikan. Selain itu

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PEMALASAN SOSIAL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK S K R I P S I Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DANU UTOMO F 100 060 039 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Manusia (SDM) sangat berperan penting dalam pertumbuhan berbagai bidang. Oleh karena itu peningkatan dan pengembangan SDM sangat ditekankan. Agar setiap individu mampu melaksanakan pekerjaannya secara profesional dan mampu menghasilkan karya-karya unggul maka harus mempunyai daya saing yang tinggi. Daya saing yang dimiliki individu tergantung pada perilaku yang berorientasi pada kesempatan, selalu berkembang dan tidak membuang waktu dengan percuma. Hal yang menunjukkan adanya pemanfaatan waktu yang kurang efektif dan ketidak-disiplinan bisa terlihat ketika seorang mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh seorang dosen. Tugas yang seharusnya bisa diselesaikan selama 2 sampai 3 hari ternyata bisa mundur sampai waktu 1 minggu atau bahkan 2 minggu. Contoh lain yang bisa kita amati di sekitar kita yaitu ketika seorang mahasiswa yang semestinya menyelesaikan program studinya selama 4 sampai 5 tahun, terpaksa mundur menjadi 7 sampai 10 tahun. Seperti yang terlihat pada kelulusan mahasiswa fakultas psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta periode I dan II tahun 2008, 58 dari 149 atau 38% mahasiswa yang lulus menempuh studi lebih dari 5 tahun (sumber data, Biro Skripsi fak. Psikologi UMS, 2009). Hal ini menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya perilaku penundaan akademik (prokrastinasi akademik).

Tuckman (2002) mendefinisikan prokrastinasi sebagai ketidakmampuan pengaturan diri yang mengakibatkan dilakukannya penundaan pekerjaan yang seharusnya dapat berada dibawah kendali atau penguasaan orang-orang tersebut. Solomon dan Rothblum (1984) pada penelitian prokrastinasi yang kebanyakan dilakukan pada mahasiswa Vermont University ditemukan bahwa 46% mahasiswa menunda untuk mengerjakan tugas, 27,6% menunda belajar saat ujian, 30,1% menunda untuk membaca tugas mingguan. Menurut Ferrary (dalam Fibriana, 2009) menemukan bahwa sekitar 15% sampai dengan 20% usia dewasa termasuk dalam keadaan prokrastinasi kronis. Hal ini menunjukkan bahwa begitu banyak mahasiswa yang melakukan prokrastinasi, padahal mahasiswa adalah penerus bangsa yang diharapkan kelak dapat memajukan bangsa ini. Menunda merupakan hal yang dianggap wajar dan sering dilakukan oleh banyak orang. Akan tetapi perilaku menunda-nunda waktu dan pekerjaan mempunyai dampak yang cukup serius antara lain mampu menurunkan tingkat produktifitas seseorang, dan lebih lanjut kemudian merusak mental dan etos kerja seseorang. Prokrastinasi juga akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Pelaku prokrastinasi (prokrastinator) cenderung melakukan prokrastinasi karena adanya rasa takut akan gagal, tidak suka pada tugas yang diberikan, menentang dan melawan kontrol, mempunyai sifat ketergantungan dan kesulitan membuat keputusan (Solomon dan Rothblum, 1984). Ketakutan yang berlebihan untuk gagal, seseorang menunda-nunda mengerjakan tugas kuliahnya karena takut jika gagal menyelesaikan tugas. Seseorang melakukan prokrastinasi

disebabkan oleh adanya dua faktor yaitu faktor psikis dan faktor fisik. Faktor psikis diantaranya adalah rendahnya rasa percaya diri, keputus-asaan, kurang konsisten, kecemasan, dan keinginan untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan menunda. Faktor fisik yaitu adanya ketidak mampuan seseorang untuk mengontrol stimulus dari luar, sehingga menyebabkan terjadinya prokrastinasi, Millgram (dalam Fibriana, 2009). Penyebab prokrastinasi lainnya menurut, Williams (dalam Fibriana, 2009) disebabkan karena mahasiswa tidak mengerti intruksi dari tugas yang diberikan, mahasiswa tidak yakin dimana memulai dan bagaimana cara menyelesaikan tugasnya dengan baik. Alasan lain untuk melakukan prokrastinasi adalah adanya penolakan diri, emosi yang tidak pada tempatnya, dimana perasaan ini tidak berdasar pada tempatnya, dan lebih banyak menimbulkan masalah dalam tugas kuliah dan lainnya. Prokrastinasi terlihat sebagai strategi koping untuk mengatur academic stress dan akan berdampak negatif pada performansi. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi adalah rendahnya kemampuan sosial yang tercermin dalam self regulation dimana seorang yang memiliki kecenderungan dalam kemalasan sosial kurang mampu untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya dimiliki, Jansen & Carton (dalam Fibriana, 2009). Selain itu, munculnya kecemasan dalam berhubungan sosial juga akan menimbulkan kekhawatiran sehingga orang tersebut tidak mau terlibat banyak dalam suatu kelompok dan kemampuan yang sebenarnya dimiliki kurang optimal untuk dikeluarkan. Pemalasan atau keenganan sosial tersebut

sangat dipengaruhi oleh kebiasan lingkungan yang ditempati. Jika seorang mahasiswa mempunyai kemalasan untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh dosennya, hal itu bisa dikarenakan oleh kondisi lingkungan yang malas juga. Menurut Robbins (dalam Sarwono, 1998), mahasiswa tidak mau rajin kalau yang lain juga malas (sucker effect). Fenomena yang mudah kita jumpai dari perilaku malas adalah ketika mahasiswa memperoleh tugas yang sifatnya adalah tugas kelompok. Semestinya dalam suatu kelompok ada upaya yang terorganisir dari beberapa anggotanya untuk secara bersama-sama menghasilkan produk. Akan tetapi dalam kenyataanya hanya beberapa orang yang bekerja keras, sementara yang lainnya enggan untuk terlibat lebih banyak dan hanya melakukan sedikit usaha dari yang sebenarnya mampu mereka kerjakan. Inilah yang disebut sebagai social loafing atau pemalasan sosial. Dalam penelitiannya, Latane, William dan Harkins (dalam Wiyara, 1997) meminta sekumpulan siswa laki-laki untuk bertepuk tangan atau bersorak sekeras-kerasnya dalam waktu yang telah ditentukan. Mereka ingin mengukur kegaduhan yang terjadi dalam setting situasi sosial tertentu. Subjek tersebut dibagi dalam kelompok eksperimen yang terdiri dari hanya satu orang saja, dua orang, tiga orang dan enam orang. Masing-masing kelompok diberi tugas yang sama yaitu untuk bertepuk tangan dan bersorak. Secara nyata hasilnya menunjukkan bahwa besarnya suara yang dikeluarkan tiap orang menurun tajam seiring dengan bertambahnya jumlah orang dalam kelompok. Dengan kata lain, masing-masing dari mereka mengeluarkan tenaga semakin sedikit ketika jumlah

anggota kelompok semakin bertambah. Selogan bersatu kita teguh, ternyata tidak benar. Dalam eksperimennya, Insinyur Max Ringelmann (dilaporkan oleh Kravitz & martin, dalam Sarwono, 1997), mengamati bahwasanya tukangtukangnya dalam mengerjakan proyek bangunan ternyata lebih giat bekerja kalau mereka bekerja sendiri-sendiri daripada kalau berramai-ramai. Sebagai contoh, suatu ketika ada beberapa orang yang membantu seorang teman untuk memindahkan perabotan yang sangat berat seperti almari misalnya. Semuanya ambil bagian dengan memegangi almari itu. Namun apakah setiap orang mengeluarkan tenaga yang sama? Belum tentu?! Memang benar ada diantara mereka yang bahkan sampai membungkuk dan mengeluarkan segenap tenaga untuk menahan beban. Tapi sadarkah jika diantara orang tersebut ada juga yang hanya menempelkan tangan saja tanpa banyak mengeluarkan tenaga walau nampaknya juga ikut kepayahan mengangkat beban?, (Baron & Birne,1997). Hal itulah yang mengindikasikan bahwa bekerja berramai-ramai atau berkelompok tidak selalu optimal untuk menyelesaikan tugas yang diharapkan. Mahasiswa yang dalam mengerjakan tugas dengan tidak malas akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan segera tanpa ditunda-tunda. Tetapi jika pada mahasiswa timbul perilaku pemalasan sosial dalam mengerjakan tugas maka akan mengakibatkan tugasnya tidak akan selesai-selesai dan cenderung untuk menunda-nunda pekerjaan (prokrastinasi). Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah Apakah ada hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik?. Mengacu pada

permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul Hubungan antara Pemalasan Sosial dengan Prokrastinasi Akademik. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini untuk mengetahui : 1. Hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik 2. Tingkat pemalasan sosial pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta 3. Tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta B. Manfaat Penelitian a) Bagi Pimpinan Universitas Muhammadiyah Surakarta Bagi pimpinan universitas hasil penelitian ini memberikan sumbangan informasi berupa hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik, dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat kebijakan agar mahasiswa tidak mengalami pemalasan dan penundaan dalam menyelesikan tugasnya. b) Bagi Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi berupa hubungan pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik, sehingga

dosen dalam memberikan tugas tidak terpaku pada hasil jadi tugas kuliah mahasiswanya tetapi juga memberikan pemahaman terkait proses dan aturan dalam mengerjakan supaya tidak terjadi pemalasan sosial dan prokrastinasi akademik dalam menegrjakan tugas. c) Bagi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta Bagi subjek penelitian khususnya mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta hasil penelitian ini memberikan sumbangan informasi berupa datadata empirik mengenai hubungan antara pemalasan sosial terhadap prokrastinasi akademik, sehingga mampu menerapkan kerjasama dan disiplin dalam mengerjakan tugas agar tidak terjadi pemalasan sosial dan prokrastinasi akademik. d) Bagi Ilmuwan Psikologi Hasil penelitian ini, memberikan sumbangan berupa wacana pemikiran dan data-data empirik tentang hubungan antara pemalasan sosial dengan prokrastinasi akademik dan dapat dijadikan sebagai acuhan dalam pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya. e) Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan acuan dalam mengembangkan penelitian yang sejenis, terutama yang berkaitan dengan pemalasan sosial dan prokrastinasi akademik.