4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. (Anoymous, 2008). 1. Hiperglikemia Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula di dalam darah meningkat. Kebanyakan dari kasus hiperglikemia biasanya akan berlanjut menjadi penyakit yang disebut diabetes melitus dengan ditunjang pemeriksaan klinis seperti kadar gula darah puasa di atas 126 mg/dl dan kadar gula darah 2 jam setelah makan di atas 200 mg/dl (Hans Tandra, 2009). Diabetes melitus adalah suatu kelainan yang terjadi akibat tubuh kekurangan hormon insulin, akibatnya glukosa tetap beredar di dalam aliran darah dan sukar menembus dinding sel, ditandai dengan poliuria, polidipsi, dan poliphagia (Nabyl, 2009). Penyakit diabetes bila tidak cepat diatasi akan dapat berkembang menjadi gangguan yang lebih parah karena dapat menyebabkan bermacam-macam komplikasi yaitu kerusakan saraf, kerusakan ginjal, kerusakan mata, penyakit jantung, stroke, impotensi, dan hipertensi (Hans Tandra, 2009). 4
5 Penyakit hipertensi jarang memberikan keluhan yang bermakna seperti kerusakan mata dan kerusakan ginjal namun bisa memicu terjadinya serangan jantung, kerusakan ginjal, retinopati, dan stroke (Hans Tandra, 2009). 2. Proses Terjadinya Hipertensi yang Disebabkan Hiperglikemia Komplikasi hipertensi yang disebabkan oleh hiperglikemia awalnya terjadi karena kerusakan pembuluh darah. Kadar gula darah yang tinggi menempel pada dinding pembuluh darah sehingga akan terjadi proses oksidasi, gula darah bereaksi dengan protein dan dinding pembuluh darah yang akan menimbulkan advanced glycosylated endproducts (AGEs). AGEs merusak dinding bagian dalam dari pembuluh darah, dan menarik lemak yang jenuh atau kolesterol menempel pada dinding pembuluh darah, selanjutnya terjadi reaksi peradangan atau inflamasi. Lekosit dan trombosit serta bahan-bahan lain ikut menyatu menjadi suatu bekuan plak (plaque) yang membuat dinding pembuluh darah menjadi keras, kaku, dan menebal sehingga akhirnya terjadi penyumbatan (Hans Tandra, 2009). Hipertensi karena hiperglikemia selain disebabkan karena penyumbatan pembuluh darah juga disebabkan karena viskositas darah yang lebih kental. Hal tersebut disebabkan karena tingginya kadar gula darah di dalam tubuh. Darah yang kental akan membuat kerja otot-otot jantung lebih berat memompa darah sehingga tekanan darah akan naik (Hans Tandra, 2009).
6 B. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri yaitu tekanan sistolik yang mencapai angka 140 mmhg atau lebih dan tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih. Tekanan yang tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal (Faqih Ruhyanudin, 2007). Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung. Angka yang kedua disebut tekanan diastolik, yaitu angka yang menunjukkan besarnya tekanann yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah kembali masuk ke dalam jantung. Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan diastolik diukur ketika jantung relaksasi (M.Adib, 2009). 2. Jenis Dan Penyebab Hipertensi a. Hipertensi primer Hipertensi primer atau hipertensi esensial adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Hipertensi primer terjadi pada 90% penderita hipertensi (M. Adib, 2009). Hipertensi primer kemungkinan disebabkan karena faktor-faktor berikut ini:
7 a1. Riwayat keluarga Hipertensi merupakan penyakit keturunan karena jika salah satu dari orangtua menderita penyakit hipertensi, sepanjang hidup memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 25%, tetapi jika kedua orangtua yang menderita hipertensi, kemungkinan terkena hipertensi sebesar 60%. Penelitian terhadap penderita di kalangan orang kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan ada faktor keturunan yang berperan pada kasus tertentu walaupun kemungkinan itu tidak selamanya terjadi. Ada seseorang yang sebagian besar keluarganya penderita hipertensi namun orang tersebut tidak terkena hipertensi (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). a2. Usia Penambahan usia dapat meningkatkan resiko penyakit hipertensi. Penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35 tahun atau lebih. Hal ini disebabkan adanya perubahan alami pada jantung, pembuluh darah, dan hormon (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). a3. Jenis kelamin Pria umumnya lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena kaum pria lebih banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stres, kelelahan, makanan yang tidak terkontrol dan lain-lain. Sementara resiko wanita terkena hipertensi akan
8 mengalami kenaikan setelah mengalami masa menopause (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). b. Hipertensi sekunder Hipertensi sekunder biasanya terjadi pada sekitar 10% penderita hipertensi (M. Adib, 2009). Penyebab hipertensi sekunder adalah sebagai berikut : b1. Merokok Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin dalam tembakau dapat membuat jantung bekerja lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah sementara dan dapat meningkatkan frekuensi denyut jantung dan tekanan darah. Keadaan ini terjadi karena adanya peningkatan produksi hormon selama menggunakan tembakau, termasuk hormon epinefrin sementara karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan oksigen dalam darah. Akhibatnya, tekanan darah akan meningkat karena jantung dipaksa bekerja kebih keras untuk memasok oksigen ke seluruh organ dan jaringan tubuh (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). b2. Kadar garam yang tinggi Asupan garam yang lebih dari 6 gram (sekitar 1 sendok teh) per hari pada makanan dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi. Mengurangi konsumsi garam dapat membantu menurunkan tekanan darah untuk penderita hipertensi (Anna Palmer dan Bryan Williams, 2005).
9 b3. Minum minuman beralkohol secara berlebihan Hampir 5-20% kasus hipertensi diperkirakan terjadi akibat konsumsi alkohol yang berlebihan. Konsumsi 3 gelas atau lebih minuman beralkohol perhari dapat meningkatkan resiko terserang hipertensi sebesar 2 kali (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). b4. Stres Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang bersifat sementara yang sangat tinggi. Stress yang terlalu sering akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). b5. Diabetes Hormon insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berfungsi mengatur kadar gula di dalam darah. Penderita diabetes mellitus tidak dapat menghasilkan atau dapat menghasilkan insulin tetapi dalam jumlah yang tidak mencukupi sehingga kadar gula dalam darah tetap tinggi. Kadar gula yang tinggi dan berkepanjangan berakibat naiknya tekanan darah, maka diabetes mellitus akhirnya dapat menyebabkan hipertensi (Leonard Marvyn, 1991). b6. Hiperkolesterolemia Kolesterol adalah zat lemak yang merupakan unsur pokok semua lemak hewan. Kolesterol juga merupakan unsur pokok tubuh yang sangat penting. Kolesterol berbentuk seperti lilin yang tertumpuk di dalam pembuluh darah. Kolesterol yang tertumpuk di dalam pembuluh darah lama-lama akan
10 menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah yang nantinya akan menyebabkan hipertensi (Leonard Marvyn, 1991). b7. Hipertrigliseridemi Trigliserida adalah jenis lemak tubuh yang lain selain kolesterol. Trigliserida yang tinggi di dalam darah akan mempermudah pembentukan aterosklerosis sehingga dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi (Sufrida Yulianti dan Maloedyn Sitanggang, 2006). C. Metode Pemeriksaan Glukosa Darah 1. Metode Kimia Atau Reduksi Prinsip : Proses kondensasi dengan akromatik amin dan asam asetat glacial pada suasana panas, sehingga terbentuk senyawa berwarna hijau yang kemudian diukur secara fotometris. Beberapa kelemahan/kekurangannya adalah metode kimia ini memerlukan langkah pemeriksaan yang panjang dengan pemanasan, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan lebih besar. Selain itu reagen pada metode ortho-toluidin bersifat korosif. 2. Metode Enzimatik a. Metode Glukosa Oksidase (GOD-PAP) Prinsip : Enzim glukosa oksidase menkatalisis reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonolakton dan hydrogen peroksida. Glukosa + O2 glukosa oksidase O-glukono-δ-lakton + H2O2
11 Odianisidine. Penambahan enzim perokidase dan aseptor oksigen kromogenik seperti O-dianisidine (red) +H2 O2 peroksidase O-dianiside (oks) + H2O2 (tidak berwarna) (berwarna) Enzim glukosa oksidase yang digunakan pada reaksi pertama menyebabkan sifat reaksi pertama spesifik untuk glukosa, sedangkan reaksi kedua tidak spesifik, karena zat yang bisa teroksidasi dapat menyebabkan hasil pemeriksaan lebih rendah. Asam urat, asam askorbat, bilirubin dan glutation menghambat reaksi karena zat-zat ini akan berkompetisi dengan kromogen bereaksi dengan hidrogen peroksida sehingga hasil pemeriksaan akan lebih rendah. Keunggulan dari metode glukosa oksidase adalah karena murahnya reagen dan hasil yang cukup memadai. b. Metode Heksokinase Prinsip : Heksokinase akan mengkatalis reaksi fosforilasi glukosa dengan ATP membentuk glukosa 6-fosfat dan ADP. Enzim kedua yaitu glukosa 6-fosfat dehidrogenase akan mengkatalis oksidasi glukosa 6-fosfat dengan nikolinamide adnine dinueleotide phosphate (NAPP+) Glukosa + ATP peroksidase Glukosa-6-fosfat + ADP Glukosa-6-fosfat +NAD (P) G-6-PD 6-fosfoglukonat + NAD(P)H + H c. Reagen Kering (Gluco DR) Gluco DR adalah alat pemeriksaan glukosa darah secara invitro, dapat dipergunakan untuk mengukur kadar glukosa darah secara kuantitatif, dan untuk
12 screening pemeriksaan kadar glukosa darah. Sampel dapat dipergunakan darah segar kapiler atau darah vena, tidak dapat menggunakan sampel berupa plasma atau serum darah. Prinsip : Tes strip menggunakan enzim glukosa oksidase dan didasarkan pada teknologi biosensor yang spesifik untuk pengukuran glukosa, tes strip mempunyai bagian yang dapat menarik darah utuh dari lokasi pengambilan/tetesan darah kedalam zona reaksi. Glukosa oksidase dalam zona reaksi kemudian akan mengoksidasi glukosa di dalam darah. Intensitas arus elektron terukur oleh alat dan terbaca sebagai konsentrasi glukosa di dalam sampel darah.