PENDAHULUAN Latar Belakang Indikator keberhasilan dalam usaha budidaya ikan adalah kondisi kesehatan ikan. Oleh karena itu masalah penyakit merupakan masalah yang sangat penting untuk ditangani secara serius. Penyakit pada ikan budidaya diantaranya terdiri atas penyakit bakterial dan mikotik. Contoh penyakit bakterial yaitu penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah yang disebabkan bakteri Aeromonas hydrophila sebagai bakteri patogen gram negatif dan penyakit Streptococcosis yang disebabkan oleh Streptococus agalactiae sebagai bakteri patogen gram positif, sedangkan penyakit mikotik salah satunya disebabkan oleh Saprolegnia sp. yang menyebabkan penyakit saprolegniasis pada ikan budidaya (Kordi, 2004). Jika penyakit tersebut tidak segera diatasi dapat membuat ikan budidaya menjadi cacat bahkan mengalami kematian yang akhirnya dapat menyebabkan harga jualnya turun sehingga dapat mengurangi keuntungan usaha. Penanggulangan penyakit dapat dilakukan dengan cara pencegahan dan pengobatan. Pencegahan penyakit pada ikan biasanya dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan steril dan pemberian pakan yang bernilai gizi baik. Pengobatan yang dilakukan pada saat ikan terserang, biasanya diberikan bahan kimia atau sejenisnya. Akan tetapi penggunaan bahan kimia mempunyai dampak lingkungan yang kurang baik karena bisa mencemari lingkungan (Wiyanto, 2010). Penggunaan bahan kimia seperti antibiotik juga sering menimbulkan resistensi bakteri dan fungi bahkan residu pada ikan yang dapat membahayakan
konsumen. Untuk menghindari hal tersebut, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah penggunaan anti bakterial lain yang bersifat alami dan efektif untuk membunuh dan menghambat pertumbuhan bakteri atau fungi, ramah lingkungan dan mudah terurai di perairan. Pemanfaatan bahan-bahan dari alam, yang salah satunya diketahui mengandung senyawa antibakterial adalah tumbuhan mangrove (Maryani dkk., 2002). Tumbuh-tumbuhan di ekosistem mangrove dimanfaatkan oleh penduduk pesisir dan pulau-pulau sebagai bahan obat sejak lama baik kulit, buah maupun daunnya. Ekstrak dan bahan mentah dari berbagai tumbuhan mangrove selain digunakan dalam keperluan pengobatan juga digunakan sebagai bahan tradisional insektisida dan pestisida. Tumbuhan mangrove mengandung senyawa seperti alkaloid, flavonoid, fenol, terpenoid, steroid dan saponin. Golongan senyawa ini merupakan bahan yang dapat digunakan untuk racun ikan, antimikrobial, anti kanker dan anti leukimia (Kordi, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dkk. (2006) menyimpulkan bahwa ekstrak kasar metanol kulit batang Rhizophora mucronata mengandung senyawa golongan alkaloid yang terdeteksi dengan pereaksi Dragendrof. Ekstrak kasar metanol kulit batang ini diperkirakan mengandung golongan senyawa tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Penelitian terhadap tumbuhan mangrove famili Rhizophoraceae, di antaranya pada spesies R. mucronata belum banyak dilaporkan, terutama kajian senyawa kimia kulit batangnya yang berpotensi sebagai antibakterial pada penyakit ikan. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh ekstrak kulit batang R. mucronata dalam menghambat
pertumbuhan bakteri A. hydrophila, S. agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. yang merupakan penyebab penyakit bakterial dan mikotik pada ikan. Perumusan Masalah 1. Senyawa kimia apa yang terkandung dalam ekstrak kulit batang R. mucronata? 2. Apakah ekstrak kulit batang R. mucronata dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur patogen pada ikan? 3. Apakah ekstrak kulit batang R. mucronata toksik terhadap Artemia salina Leach? Kerangka Pemikiran A. hydrophila, S. agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. merupakan penyebab penyakit bakterial dan mikotik pada ikan budidaya yang dapat membuat ikan menjadi cacat bahkan mengalami kematian sehingga dapat mengurangi keuntungan usaha. Penanggulangan agen penyebab penyakit pada ikan ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pencegahan dan pengobatan. Pencegahan dilakukan apabila ikan belum terserang penyakit yaitu dengan cara menciptakan lingkungan steril dan pemberian pakan yang bernilai gizi baik. Sedangkan pengobatan dilakukan apabila ikan telah mengalami serangan oleh mikroorganisme patogen tersebut. Pengobatan pada ikan umumnya dilakukan dengan pemberian antibiotik yang memiliki dampak resistensi terhadap bakteri dan jamur patogen penyebab penyakit pada ikan, pencemaran terhadap lingkungan perairan bahkan residu pada ikan yang dapat membahayakan konsumen. Sebagai alternatifnya dilakukan pengobatan alami dengan terapi herbal yang salah satunya adalah dengan ekstrak kulit batang R. mucronata. Pemanfaatan kulit batang R. mucronata ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antibakteri serta toksisitas ekstrak kulit batang R. mucronata ini melalui Brine Shrimp Letality Test. Berdasarkan permasalahan di atas kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 Bakteri dan Jamur Penyebab Penyakit Pada Ikan Aeromonas hydrophila Streptococus agalactiae Saprolegnia sp. Pengendalian Bakteri dan Jamur Penyebab Penyakit Antibiotik/Bahan Kimia Resistensi, residu dan Pencemaran Lingkungan Alternatif pengobatan dengan ekstrak kulit batang R. mucronata Uji daya antibakteri Untuk Konsentrasi hambat pertumbuhan bakteri Uji fitokimia Untuk Senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak kulit batang R. mucronata Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian Uji Brine Shrimp Untuk Toksisitas Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak kulit batang R. mucronata. 2. Mengetahui daya antibakteri ekstrak kulit batang R. mucronata terhadap bakteri uji Aeromonas hydrophila, Streptococcus agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. secara in vitro.
3. Mengetahui daya toksisitas ekstrak kulit batang R. mucronata dengan metode uji Brine Shrimp (A. salina Leach). Manfaat 1. Sebagai bahan masukan bagi pembudidaya ikan tentang penggunaan ekstrak kulit batang R. mucronata dalam mengendalikan penyakit bakterial dan mikotik khususnya yang disebabkan oleh A. hydrophila, S. agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan penggunaan obat-obatan kimia yang resisten dan mencemari lingkungan dalam kegiatan produksi perikanan budidaya. Hipotesis Penelitian 1. Ekstrak kulit batang R. mucronata mengandung senyawa kimia terpenoid, steroid, saponin, alkaloid, senyawa golongan fenolik (tanin dan flavanoid). 2. Ekstrak kulit batang R. mucronata dapat menghambat pertumbuhan bakteri A. hydropila, S. agalactiae dan jamur Saprolegnia sp. karena mengandung senyawa antibakteri. 3. Ekstrak kulit batang R. mucronata menunjukkan toksisitas yang rendah terhadap A. salina Leach.