TINGKAT RESILIENSI MASYARAKAT DI AREA RAWAN BENCANA. The Level of Community Resilience in Disaster Prone Area

dokumen-dokumen yang mirip
Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 DAN 6 BANDA ACEH

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

by : Muhammad Alfi* Helfia Edial** Afrital Rezki**

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NURMA SUSILAWATI

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BAB1 PENDAHULUAN. Krakatau diperkirakan memiliki kekuatan setara 200 megaton TNT, kira-kira

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

GAMBARAN KETANGGUHAN DIRI (RESILIENSI) PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PSTW YOGYA UNIT BUDILUHUR KASONGAN BANTUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak pada garis Ring of Fire yang menyebabkan banyak

KARYA TULIS ILMIAH MOTIVASI LANSIA DALAM MENGIKUTI SENAM. Di Dusun Karangan Desa Karangan Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS X TERHADAP KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMK TUNAS BANGSA KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencapai 50 derajat celcius yang menewaskan orang akibat dehidrasi. (3) Badai

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Hypertension Patients QOL in Lamceu Village Kuta Baro Sub-District Aceh Besar. Fithria

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

PERSEPSI REMAJA TENTANG POLA KOMUNIKASI KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DI BANDA ACEH

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DUSUN PANJANG PANJANGREJO PUNDONG BANTUL

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGEMBANGAN MODUL KESIAPSIAGAAN GEMPA BUMI PADA MATERI GEOGRAFI UNTUK MENINGKATKAN KESIAPSIAGAAN SISWA SMAN 5 BANDA ACEH

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

ABSTRAK. Kata kunci : self-esteem, power, significance, competence, virtue, make up. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

KESIAPSIAGAAN SISWA SMA NEGERI 1 CANGKRINGAN TERHADAP BENCANA ERUPSI GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. Samudera Pasifik yang bergerak kearah barat-barat laut dengan kecepatan sekitar 10

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor alam dan/atau faktor non-alam maupun faktor manusia, sehingga

STUDI MENGENAI RESILIENSI REMAJA DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Disusun Oleh. Dian Sartika Sari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN DAN KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI KOTA PADANG PANJANG

JURNAL KESIAPAN KELOMPOK SIAGA BENCANA SMA DI WILAYAH ZONA MERAH DI KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI

HUBUNGAN PERUBAHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

KERENTANAN DAN KESIAPSIAGAAN DI DESA BAWAK KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN TERHADAP BENCANA BANJIR NASKAH PUBLIKASI

Powered by TCPDF (

PELAKSANAAN TUGAS KESEHATAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI DEPRESI PENDERITA PENYAKIT KUSTA DI DESA SUMBERGLAGAH KECAMATAN PACET MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

KARYA TULIS ILMIAH PERILAKU PASIEN HEMODIALISIS DALAM MENGONTROL CAIRAN TUBUH. Di Ruang Hemodialisis RSUD Dr. Harjono Ponorogo

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki wilayah negara yang sangat luas. Terbentang mulai dari 6 0 LU

BAB I PENDAHULUAN. kanan Kota Palu terdapat jalur patahan utama, yaitu patahan Palu-Koro yang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN PERSEPSI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA IBU BEKERJA DI KELURAHAN WIROGUNAN KOTA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESIAPSIAGAAN BENCANA DI RSUDZA BANDA ACEH. Influencing Factors on Disaster Preparedness in RSUDZA Banda Aceh

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PELATIHAN PROGRAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA (PRB) TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SD NEGERI 3 TANGSE DALAM MENGHADAPI GEMPA BUMI

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI DI DESA BERO KECAMATAN TRUCUK KABUPATEN KLATEN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN MASYARAKAT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akhir-akhir ini. Berdasarkan data Wahana Lingkungan Hidup (WALHI)

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DAN EFIKASI DIRI TERHADAP PENGETAHUAN DAN TINDAKAN SISWA SMP NEGERI 8 BANDA ACEH DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPA BUMI

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

KAJIAN KESIAPSIAGAAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI KEJADIAN LUAR BIASA DBD DI KECAMATAN JAYA BARU KOTA BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan ciri-ciri objek atau

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

menyiratkan secara jelas tentang perubahan paradigma penanggulangan bencana dari

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia

Profil Resiliensi Kepala Keluarga yang Menjadi Korban Banjir di Desa Dayeuhkolot Kabupaten Bandung. Dyah Titi S; Detri Sefianmi; Angeria Mentari

Transkripsi:

ISSN : 2087-2879, e-issn : 2580-2445 TINGKAT RESILIENSI MASYARAKAT DI AREA RAWAN BENCANA The Level of Community Resilience in Disaster Prone Area Budi Satria 1*, Mutia Sari 2 1 Fakultas Keperawatan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Email: satria_keperawatan@unsyiah.ac.id ABSTRAK Bencana tsunami Aceh tahun 2004 merupakan suatu kejadian luar biasa yang tidak hanya berdampak pada materi namun juga berdampak pada psikologis korban bencana. Seiring berjalannya waktu masyarakat mulai melupakan kejadian traumatik tersebut bahkan banyak dari masyarakat yang masih bertempat tinggal dan membangun rumah di pinggir pantai. untuk itu diperlukan resiliensi yang baik agar masyarakat mampu untuk menjalani kehidupan dengan normal dan lebih baik. Resiliensi terbukti mempengaruhi tingkat ketenangan individu pada saat bencana. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat resiliensi masyarakatdi area bencana. Jenis penelitian adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini kepala keluarga di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar sebanyak 901. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling dan jumlah sampel sebanyak 100 responden. Teknik pengumpulan data dengan angket pada responden dalam bentuk dichotomous choice yang terdiri dari 35 pertanyaan. Hasil penalitian diperoleh bahwa tingkat resiliensi masyarakat di area rawan bencana berada dalam kategori siaga 63,0%. Diharapkan pada pemerintah, keluarga serta masyarakat untuk dapat meningkatkan resiliensi dengan demikian masyarakat dapat hidup lebih baik pada area rawan bencana. Kata kunci: resiliensi, masyarakat, bencana. ABSTRACT Aceh tsunami disaster of 2004 was an extraordinary event that affected the victims not only materially but also psychologically. As time went on people began to forget the traumatic event and even a lot of people still live and build houses on the beach. Therefore high resilience is necessary in order to maintain their live. The purpose of this study was to determine the resilience level of communities in Blang Krueng village of Baitussalam sub-district of Aceh Besar. This research was a descriptive correlational research with cross sectional study design. The population in this study was the head of the family as many as 901 people. The sampling collection technique used was purposive sampling technique with total samples of 100 respondents. Data were collected by using a questionnaire in the form of dichotomous choice that consisted of 35 questions. The result of the research shows that the level of community resilience in disaster prone areas is in the 63.0% high category. It is expected that the government, families and communities increase resilience in order to maintain their live, especially the community who are still live in disaster prone area. Keywords: resilience, community, disaster. PENDAHULUAN Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana di kawasan asia tenggara terkait dengan kondisi geografis, geologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam seperti letusan gunung api, gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, faktor non alam maupun faktor manusia, seperti serangan teroris atau kegagalan teknologi dan lain sebagainya. Setiap wilayah Indonesia memilki rawan bencana masing-masing yang berbeda-beda untuk setiap wilayah (Pusat Penanggulangan Krisis Depkes RI, 2008). Bencana yang sangat mengguncang masyarakat indonesia dan mancanegara sepajang sejarah adalah bencana tsunami Aceh yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 yang berkekuatan 8,7 skala Rithcher yang menyebabkan kerusakan berbagai fasilitas, kehilangan harta benda serta banyaknya korban jiwa yaitu sebanyak 165.708 jiwa meninggal, 37.063 jiwa hilang, sekitar 100.000 jiwa menderita luka berat dan ringan. Kebanyakan korban jiwa adalah anak-anak dan usia lanjut. Hal ini disebabkan karena usia tersebut merupakan usia yang paling rentan terhadap risiko menjadi korban bencana (Iskandar, 2010, p. 12). Tercatat 2556 kejadian 30

gempa yang terjadi di seluruh aceh sepanjang tahun 2014 sedangkan pada tahun 2015 menurun menjadi 2353 (Badan Pusat Statistika). Bencana alam telah memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap fisik, psikologis dan sosial. Kejadian bencana mengakibatkan trauma kepada korban bencana. Goncangan batin yang dirasakan seyogyanya dihilangkan dengan segera. Upaya untuk bangkit dari kondisi mental yang tidak menguntungkan atau goncangan psikologis dan menuju kepada kondisi semula diperlukan kemampuan yang dikenal dengan resiliensi. Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi-kondisi tidak menyenangkan. Selanjutnya memanfaatkan kondisi-kondisi yang tidak menyenangkan tersebut untuk memperkuat diri sehingga mampu mengubah kondisi-kondisi yang dirasakan tersebut sebagai sesuatu hal yang wajar untuk diatasi (Suwarjo, 2008, p. 23). Menurut Reivich dan Shatte (2002, p. 173), tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu sebagai berikut: regulasi emosi, pengendalian impuls, optmistimisme, empati, causal analysis, efekasi diri, dan reaching out. Pada dasarnya setiap individu memiliki semua faktor reselensi diatas, namun yang membedakan satu individu dengan yang lainnya adalah bagaimana individu tersebut mempergunakan dan memaksimalkan faktorfaktor dalam dirinya sehingga menjadi sebuah kemampuan yang membantu individu untuk bertahan mengahadapi kesulitan atau krisis yang dialami, serta mencegah hal-hal yang dapat memicu stres dalam masa pemulihan dan dapat memberikan kemampuan untuk bangkit lebih baik dari keadaan sebelumnya. Masyarakat yang sudah pernah mengalami bencana dan mulai bangkit dari kereterpurukan ataupun resilien tetapi masih rendah tingkat kewaspadaannya. Salah satu faktor utama penyebab timbulnya banyak korban akibat bencana adalah karena kurangnya kesiapsiagaan masyarakat tentang bencana. Oleh karena itu, mempersiapkan kesiapsiagaan bencana sejak dini kepada masyarakat yang rentan bencana adalah hal yang sangat penting untuk menghindari atau memperkecil resiko menjadi korban. (Sutton dan Tierney, 2006, p. 125). Blang Krueng merupakan salah satu Gampong dengan jarak desa dengan pesisir pantai 2km. Bedasarkan geografis Blang Krueng terletak pada lokasi yang sangat rentan terhadap berbagai jenis bencana alam terutama tsunami, karena letaknya yang sangat dekat dengan pesisir. Pada tanggal 24 desember 2004 Blang Krueng termasuk salah satu gampong yang terkena bencana tsunami dengan jumlah penduduk dasar 1200 sebanyak 400KK tetapi setelah stunami hanya 901 penduduk yang tersisa. Berdasarkan data gampong yang diperoleh menyebutkan korban tsunami yang meninggal dan hilang berkisar 209 orang dengan ketinggian air 7 meter diatas permukaan tanah dan menyebabkan kerugian miliaran rupiah dari berbagai sektor. Selain kehilangan harta benda masyarakat juga kehilangan keluarganya yang meninggal atau hilang. Rasa takut dan sedih juga yang dirasakan masyarakat pada saat itu bahkan ada masyarakat yang mengalami trauma (Profil Gampong Blang Krueng, 2014). Bedasarkan penelitian Monica E Gowan, Ray C Kirk, dan Jeff A Sloan (2014) yang berjudul Membangun resiliensi: studi cross-sectional analisa hubungan antara kualitas hidup terkait kesehatan, kesejahteraan, dan kesiapsiagaan bencana penelitian ini mengungkapkan bahwa resiliensi dan pengalaman seseorang terhadap bencana sangat menetukan tindakan apa yang akan dilakukan ketika bencana itu datang bedasarkan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya. Hal ini perlu diidentifikasi untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan dan kesiapsiagaan bencana kedepan. Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Thomas J. Huggin, Robin Peace, Stephen R. Hill, David M. Johnston, Alicia Cuevas Mun (2015) yang berjudul Peragaan visual inovatif resiliensi masyarakat terhadap strategi simulasi bencana 31

Idea Nursing Journal Budi Satria menyatakan bahwa masyarakat yang resilien mempunyai pengalaman terhadap bencana yang dapat membantu masyarakat dalam melakukan simulasi kesiapsiagaan bencana. Dari hasil wawancara dengan beberapa warga gampong Blang Krueng Aceh Besar tentang kesiapsiagaan bencana diketahui bahwa tingkat kesiapsiagaan masih rendah, meskipun mereka sudah pernah mengalami tsunami dan mulai bangkit untuk melupakan bencana tersebut, tapi banyak dari masyarakat yang belum tahu apa yang harus dipersiapkan ketika bencana tsunami terjadi. Bedasarkan uraian dan penyajian diatas yang menjadi masalah penelitian adalah adakah Hubungan Resiliensi Masyarakat Dengan s di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan resiliensi masyarakat dengan s di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, meliputi: regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, causal analysis, efikasi diri, reaching out. METODA Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan pendekatan crossectional study di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar. Pengumpulan data telah dilakukan pada 04 s/d 14 Juni 2016. Pengambilan sampel adalah purposive sampling yang berjumlah 100 respnden. Alat pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner dalam bentuk dichotomous choice yang terdiri dari 35 pertanyaan. Uji validitas instrumen penelitian menggunakan Content Validity meliputi Face Validity dan Logical Validity serta Construct Validity. Pengolahan data dilakukan melalui tahap editing, coding, transferring dan tabulating. Analisa data dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban Ya dan Tidak untuk masing-masing sub variabel dan variabel penelitian yang teliti. Hasil penelitian kategori tinggi bila semua item kuesioner benar dan kategori rendah bila salah satu atau lebih item kuesioner tidak benar. HASIL Karakteristik Responden Tabel 1. Distribusi Data Demografi Masyarakat di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar (n=100) No Data Demografi Frekuensi Presentase 1 Usia a. 17-25 tahun b. 26-35 tahun c. 36-45 tahun d. 46-55 tahun e. 56-65 tahun f. >65 tahun 2 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 3 Pendidikan Terakhir a. Tidak Sekolah b. Pendidikan Dasar c. Pendidikan Menengah d. Pendidikan Tinggi 4 Pekerjaan a. Mahasiswa b. IRT c. Petani/Buruh d. Wiraswasta e. PNS/TNI/Polri f. Tidak Bekerja 5 46 20 20 7 2 41 59 3 41 32 24 5,0 46,0 20,0 20,0 7,0 2,0 41,0 59,0 3,0 41,0 32,0 24,0 1 1 18 26 19 35 1,0 1,0 18,0 26,0 19,0 35,0 Total 100 100 Gambaran resiliensi masyarakat di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Penyajian data hasil penelitian tentang gambaran resiliensi masyarakat disaster masyarakat di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar, tersaji pada tabel 1 berikut ini: Tabel 2. Distribusi Frekuensi Resiliensi Masyarakat di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Aceh Besar (n=100) No Kategori Frekuensi Persentase 1 Tinggi 63 63,0 2 Rendah 37 37,0 Total 100 100 32

Bedasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa tingkat resiliensi masyarakat di area rawan bencana berada dalam kategori siaga sebanyak 63, 0%. PEMBAHASAN Resiliensi adalah kapasitas individu untuk menanggapi segala sesuatu secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari dan seperangkat pikiran yang memungkinkan untuk mencari pengalaman baru dan memandang kehidupan sebagai sebuah kemajuan. Resiliensi menghasilkan dan mepertahankan sikap positif untuk di kembangkan. Individu mengambil makna dari kehidupan dan menggunakan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi kesulitan seperti bencana dengan cara yang tepat. Penelitian yang dilakukan oleh Taufiq, Eka, dkk (2014) tantang Gambaran Resiliensi Anak Pasca Bencana Banjir Di Desa Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang bermaksud untuk menggambarkan resiliensi anak korban bencana banjir di desa Dayeuhkolot, kabupaten bandung, jawa barat. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan Resilience Quotient (RQ) dari Reivich dan Shatte (2002) yang dilakukan penyusuaian oleh peneliti (alpha conbach = 0,885). Sampel penelitian berjumlah 31 responden. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kemampuan resiliensi yang dimiliki anak pasca bencana banjir di desa dayeuh kolot, kabupaten bandung, jawa barat menunjukkan kemampuan yang baik/tinggi dalam impuls control. Optimisme dan causal analysis, sedangkan kemampuan yang tergolong rendah adalah regulasi emosi, empati, self-efficacy dan reaching out. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Dina (2012) tentang resiliensi remaja aceh yang mengalami bencana tsunami. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran resiliensi pada remaja penyintas gempa bum dan tsunami. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara dan gambaran resiliensi diperoleh dengan menggunakan alat ukur CD- RISC 10 dengan melibatkan 25 partisispan yang berusi 21-45 tahun. Darsi hasil penelitian yang dilakukan didapatkan hasil sebagian besar partisipan memiliki skor resiliensi sedang bahkan ada yang memiliki skor tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan teori dan hasil penelitian yang terkait maka penulis dapat menyimpulkan setiap individu dapat bangkit dari keterpurukan dengan adanya faktor-faktor resiliensi dalam diri mereka, maka hal ini akan membantu mereka untuk bertahan menghadapi kesulitan yang dialami, masa-masa krisis dalam hidup dan mengatasi hal-hal yang dapat memicu stres dan membantu individu untuk bangkit lebih baik melebihi keadaan sebelumnya sehingga kejadian bencana yang di alami sebelumnya dapat dijadikan sebagai pengalaman berharga ketika bencana kembali melanda. KESIMPULAN Resiliensi masyarakat terhadap bencana berada pada kategori tinggi 63, 0%. Diharapkan pada pemerintah, keluarga serta masyarakat untuk dapat meningkatkan resiliensi dengan demikian masyarakat dapat menjalankan hidupnya dengan lebih baik terutama masyarakat yang masih tinggal di area rawan bencana. KEPUSTAKAAN Badan Pusat Statistik (2015). Aceh dalam angka. Dina. (2012). Resiliensi remaja Aceh yang mengalami bencana tsunami. Universitas Indonesia : Jakarta Reivich, karen & shatte, andrew. (2002). The resilience factor. 7 essential skill for 33

Idea Nursing Journal Budi Satria overcoming life s inevitable obstacles. Random hause,inc. New York. Republik Indonesia. (2007). Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana. lembaran Negara RI Tahun 2007, No. 4723. Sekretariat Negara. Jakarta. Sutton, J., and Tierney, K. (2006). Concepts, guindance and research. Colorado: University of Colorado. Suwarjo. (2008). Modul pengembangan resiliensi. Yogyakarta: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY. Emosda Taufiq, F. (2014). Gambaran resiliensi anak pasca bencana banjir di desa dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 34