PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA SISWA SMP DI PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. cendrung untuk sedenter atau tidak banyak melakukan kegiatan. Sekarang ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat berdampak buruk pada kesehatan. Menurut Alder dan Higbee, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 2 : Hal , Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN. mengukur ketahanan kardiorespirasi adalah dengan mengukur volume konsumsi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penunjang kegiatan sehari-hari, baik untuk bekerja, rekreasi maupun

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

Volume 2, No. 1 : , Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia dirancang oleh Tuhan untuk bergerak dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Putu Asti Wulandari 1, Susy Purnawati 2

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan fisik

Vol. 1 No. 1 ISSN Analisis Kapasitas Vital Paru Terhadap VO2Max Mahasiswa Baru FPOK IKIP Mataram Tahun Akademik 2015 / 2016

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

HUBUNGAN DAYA TAHAN JANTUNG PARU DENGAN KONDISI PSIKOLOGIS PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKES FKIP UNIVERSITAS LAMPUNG ANGKATAN 2008 DAN 2009

PROGRAM STUDI PENJASKESREK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2015

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

PENGARUH LATIHAN DAYA TAHAN (ENDURANCE) TERHADAP PENINGKATAN VO2MAX PEMAIN SEPAKBOLA

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik dan mental serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

PENGARUH SUPLEMEN TERHADAP KADAR ASAM LAKTAT DARAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

KESEGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2015/2016. E-Journal

BAB I PENDAHULUAN. Pola kehidupan sehari-hari mahasiswi memiliki kegiatan yang cukup banyak

JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp

Govinda Vittala, 2 I Putu Sutha Nurmawan, 3 Dedi Silakarma, 4 I Wayan Gede Sutadarma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aktivitas olahraga merupakan pilihan banyak orang untuk tetap menjaga

Journal of Sport Sciences and Fitness

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh : DEWI PUTRI WULANDARI NIM: J

BAB I PENDAHULUAN. landasan awal dalam pencapaian prestasi (M. Sajoto, 1988)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 29 orang, PNS yang mengajar di SD N Pujokusuman 1 Yogyakarta sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fisik dengan baik untuk memacu semangat belajar.

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan. pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

LATIHAN KETAHANAN (ENDURANCE) Oleh: Prof. Dr. Suharjana, M.Kes Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK TERHADAP VO2 MAX PADA MAHASISWA PRIA DENGAN BERAT BADAN LEBIH (OVERWEIGHT)

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I LATAR BELAKANG. dalam kondisi aktivitas fisik yang kurang. Frekuensi aktivitas fisik yang kurang

Hubungan antara senam zumba terhadap nilai FEV1 pada mahasiswa semester 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. diluar itu seperti nongkrong,arisan,jalan-jalan dll.di tambah pola hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

I. PENDAHULUAN. Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Sehat adalah keadaan

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

Pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean

Transkripsi:

PENGARUH LATIHAN AEROBIK TERHADAP KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA SISWA SMP DI PALEMBANG Raden Ayu Tanzila, Liza Chairani, Shinta Anggia Prawesti Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Palembang Korespondensi: ABSTRAK Latihan fisik merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. Latihan intensitas sedang menggunakan sepeda statis merupakan jenis dari latihan aerobik yang meningkatkan sistem kardiorespirasi. Kebugaran kardiorespirasi adalah kemampuan jantung dan paru untuk menyerap dan memanfaatkan oksigen selama latihan fisik. Kebugaran kardiorespirasi dapat diukur melalui Harvard Step test. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari latihan aerobik intensitas sedang terhadap kebugaran kardiorespirasi. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan One Group Pre and Post Test Design karena menggunakan satu kelompok perlakuan. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple Random Sampling, dimana responden penelitian sebanyak 29 siswa yang memenuhi kriteria inklusi. Responden diberikan latihan fisik intensitas sedang menggunakan sepeda statis dengan frekuensi 3 kali seminggu dengan durasi 15 menit dan dilaksanakan selama 6 minggu. Data dianalisis dengan uji t berpasangan (Paired t-test). Hasil penelitian didapatkan terjadi perubahan nilai rerata indeks kebugaran kardiorespirasi secara signifikan sebelum perlakuan 32,74 dan setelah perlakuan 41,68 (p=0,000). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan fisik intensitas sedang terhadap kebugaran kardiorespirasi. Kata Kunci: Kebugaran Kardiorespirasi, Latihan Fisik, Sepeda Statis. 14

PENDAHULUAN Pada zaman serba modern saat ini, manusia bekerja menjadi lebih hemat waktu, tenaga, dan disertai peningkatan taraf hidup. Tetapi dengan perkembangan teknologi mempunyai dampak negatif yang membuat manusia jarang beraktivitas fisik, gaya hidup yang berubah, dan kelebihan asupan nutrisi. Pada saat ini pola dan gaya hidup modern semakin meluas di dalam masyarakat. Fenomena ini disambut baik sebagai wujud kemajuan pembangunan dan perkembangan teknologi. Namun, di sisi lain kecenderungan ini dapat merugikan, karena dapat meningkatkan terjangkitnya penyakit pembuluh darah dan jantung. Di Indonesia penyakit ini peringkatnya meningkat menjadi pembunuh nomor 3 setelah diare dan saluran napas. Dalam penelitian, terbukti bahwa peningkatan kebugaran jasmani ternyata berhubungan dengan risiko penyakit kardiovaskuler pada anak dan remaja, dan juga penurunan tekanan darah pada anak laki-laki dan perempuan. 1,2,3,4 Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari setiap orang tidak akan lepas dari kebugaran jasmani, karena kebugaran jasmani merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kebugaran jasmani terkait erat dengan keadaan kesehatan seseorang. Kesehatan didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Berdasarkan definisi di atas, maka salah satu indikator seseorang dikatakan sehat adalah mempunyai kebugaran jasmani yang baik. 5 Antara ke empat komponen kebugaran jasmani (daya tahan kardiorespirasi, daya tahan otot, kekuatan otot, dan fleksibilitas), daya tahan kardiorespirasi dianggap komponen paling pokok dalam kebugaran jasmani. Daya tahan kardiorespirasi sangat penting untuk menunjang kerja otot dengan mengambil oksigen dan menyalurkan keseluruh jaringan otot yang sedang aktif sehingga dapat digunakan untuk metabolisme. Daya tahan kardiorespirasi berhubungan erat dengan VO2Maks, karena VO2Maks itu adalah tempo tercepat dimana seseorang dapat menggunakan oksigen selama berolahraga. Jadi, seseorang yang mempunyai VO2Maks yang baik maka dalam penggunaan oksigen akan lebih maksimal sehingga daya tahan kardiorespirasi menjadi lebih baik pula dan akan berpengaruh terhadap kebugaran jamani seseorang. Seseorang yang memiliki kebugaran yang baik dia tidak mudah lelah atau capek setelah melakukan aktifitas keseharian kalau terjadi kelelahan dengan sedikit istirahat dapat mengembalikan kondisi tubuh seperti 15

6,7 sediakala. Salah satu cara untuk mencapai derajat kebugaran (daya tahan kardiorespirasi) yang prima adalah dengan cara melakukan latihan fisik. Latihan fisik dapat berupa latihan yang bersifat aerobik maupun anaerobik yang dapat dilihat dari intensitas latihannya. Intensitas latihan menggambarkan besarnya upaya yang harus dilakukan pada saat latihan, salah satunya adalah latihan bersifat aerobik. Latihan intensitas sedang juga merupakan bagian dari latihan cardio yang dapat dilakukan dengan treadmill, (jalan dan lari), bersepeda, menaiki anak tangga dengan mesin, renang, badminton, tenis, volly, mendaki gunung, dan jogging. 8, 9 Menurut teori latihan fisik yang dilakukan secara teratur dengan frekuensi, intensitas, durasi, dan jenis latihan yang sesuai, mampu meningkatkan indeks kebugaran kardiorespirasi karena terjadi adaptasi dari sistem kardiovaskular berupa peningkatan aktivitas jantung dan adaptasi dari sistem respirasi berupa peningkatan konsumsi O2. Latihan fisik dapat berupa latihan dengan menggunakan sepeda statis. Dibandingkan dengan latihan aerobik yang lain bersepeda menduduki peringkat kedua setelah latihan fisik lari dalam meningkatkan kebugaran kardiorespirasi. 10,11 Menurut Nuada dalam penelitiannya tahun 2013, penurunan kebugaran fisik dapat terjadi pada berbagai kelompok usia dan jenis kelamin. Tingkat kebugaran fisik terhadap anak SD laki-laki usia 6-12 tahun dengan kategori kurang sekali sebesar 47,3 % dan perempuan sebesar 50,1 %, pada anak SLTP laki-laki usia 13-15 tahun dengan kategori kurang sekali sebesar 31,1 % dan perempuan sebesar 28,9 %, pada anak SLTA laki-laki usia 16-18 tahun dengan kategori kurang sekali sebesar 51,9 % dan perempuan sebesar 53,2 %. Survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada 16.000 responden (7.500 remaja berusia 12-19 tahun dan 8.500 orang dewasa berusia 20-49 tahun) dinyatakan bahwa pada populasi remaja terdapat 33,6% dan pada orang dewasa sebanyak 13,9% yang memiliki tingkat kebugaran rendah. Pada tahun 2005 dilakukan survey tingkat kebugaran fisik pada pelajar dan hasilnya 10,71% masuk kategori kurang sekali, 44,97% masuk kategori kurang, 37,66% masuk kategori sedang dan 5,66% masuk kategori baik, sementara itu yang masuk kategori baik sekali 0%. Selain itu tahun 2007 dilakukan survey di Indonesia, dinyatakan bahwa penduduk dengan usia 10 tahun, kurang melakukan aktivitas fisik sebesar 48,2% (perempuan 54,5%, lakilaki 41,4% ). 12,13,14 Aktivitas fisik memberikan keuntungan kesehatan yang terbanyak dan bahwa tingkat kebugaran dapat mencegah dari penyakit yang berdampak pada kematian. Berdasarkan penelitian dari 16

Melinda Ramadyani (2016), bahwa terdapat pengaruh latihan aerobik (renang gaya bebas) terhadap kebugaran kardiorespirasi remaja usia 12 15 tahun. 15,16 SMP Negeri 13 Palembang merupakan salah satu sekolah menengah pertama yang berada di Palembang, dari survei awal data sebelumnya didapatkan bahwa sekitar 60% siswa dan siswa disekolah tersebut pergi dan pulang sekolah menggunakan kendaraan seperti motor, mobil, dan angkot, atau kendaraan umum lainnya. Melihat dari masalah diatas, bahwa kebanyakan remaja memiliki tingkat kebugaran yang rendah akibat pola hidup yang instant, oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh latihan aerobik intensitas sedang terprogram terhadap indeks kardiorespirasi pada siswa SMP Negeri 13 Palembang. METODE Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 13 Palembang pada bulan Oktober sampai dengan bulan Desember 2017. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan One Group Pre and Post Test Design karena menggunakan satu kelompok perlakuan. Pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan diberikan, dan pengaruh perlakuan diukur dari perbedaan antara pengukuran awal (O1) dan 17 pengukuran akhir (O2). Populasi penelitian dibagi menjadi dua yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMP Negeri 13 Palembang. Sampel diambil dengan menggunakan rumus penelitian analitik numerik berpasangan. Dari hasil perhitungan tersebut maka besar sampel yang akan diambil sebanyak 32 orang. Variabel dependen pada penelitian ini adalah indeks kebugaran kardiorespirasi sedangkan variabel independen adalah latihan fisik intensitas sedang. Jenis data yang diambil yaitu data primer. Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer yang didapat langsung pada penelitian, dimana subjek penelitian akan diukur indeks kebugaran kardiorespirasi sebelum latihan fisik intensitas sedang dengan menggunakan Harvard Step Test, alat yang dibutuhkan yaitu bangku harvard dan metronom. Setelah itu, subjek akan diberikan latihan aerobik intensitas sedang menggunakan sepeda statis selama 6 minggu dengan 3 kali pertemuan dalam seminggu. Kemudian, subjek akan dilakukan test terakhir berupa pengukuran indeks kebugaran kardiorespirasi setelah 6 minggu menjalani latihan fisik aerobik. HASIL Dari penelitian ini maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Rerata Indeks Kebugaran Kardiorespirasi Sebelum Latihan Fisik Intensitas Sedang Variabel N Min Max Mean Indeks Kebugaran Kardiorespirasi Sebelum Latihan Fisik Intensitas sedang Pada tabel 1 dapat dilihat indeks kebugaran kardiorespirasi sebelum latihan fisik dengan sepeda statis pada 32 subjek didapatkan nilai minimal 25,36, nilai maksimal 54,15, dan nilai rerata 39,74. Tabel 2. Rerata Indeks Kebugaran Kardiorespirasi Setelah Latihan Fisik Intensitas Sedang Pada tabel 2 dapat dilihat indeks kebugaran kardiorespirasi setelah latihan fisik dengan sepeda statis pada 32 subjek didapatkan nilai minimal 28,36, nilai maksimal 69,96, dan nilai rerata 50,38 Dari tabel 3 didapatkan hasil uji t- berpasangan (Paired t-test) nilai P=0,000 (p 0,05), yang dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh indeks kebugaran kardiorespirasi sebelum dan setelah latihan S D 32 23,64 54,2 39,74 10,63 0,095* Variabel N Min Max Mean Std Deviation P Indeks Kebugara n Kardiores pirasi Setelah Latihan Fisik Intensitas sedang 32 28,3 6 69,9 6 50,38 10,58 0,222* P fisik intensitas sedang menggunakan sepeda statis. Tabel 3 Uji t-berpasangan (Paired t-test) Indeks Kebugaran Kardiorespirasi Sebelum dan Setelah Latihan Fisik Intensitas Sedang Variabel N t P Indeks Kebugaran Kardiorespirasi Sebelum Latihan Fisik dan Sesudah Latihan Fisik 32-10,19 0,000 DISKUSI Latihan fisik intensitas sedang mengunakan sepeda statis merupakan suatu aktivitas aerobik, yang bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan daya jantung, paru, peredaran darah, otot-otot, dan sendisendi. Frekuensi latihan fisik atau olahraga yang dilakukan pada penelitian ini adalah 3 kali seminggu dengan durasi 15 menit dan dilaksanakan selama 6 minggu. Jadwal yang dilakukan pada penelitian ini sesuai dengan teori Egger & Kosasih (1993), yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan indeks kebugaran kardiorespirasi dapat dicapai dengan durasi minimal yang harus dilakukan pada aktivitas aerobik adalah 15-20 menit dan sebaiknya berlatih minimal 3 kali seminggu untuk mendapat hasil yang baik karena endurance seseorang akan mulai turun setelah 48 jam jika tidak menjalani latihan, serta menurut Nala (2011), target 18

kebugaran fisik akan tercapai mulai dari 6 8 minggu waktu latihan. 15 Indeks kebugaran kardiorespirasi dibagi kedalam beberapa kategori yaitu kategori sangat baik >90, kategori baik 80-89, kategori cukup 65-79, kategori kurang 50-64, dan kategori kurang sekali <50. Pada penelitian ini didapatkan hasil peningkatan rerata indeks kebugaran kardiorespirasi sebelum latihan fisik 39,74 dan setelah latihan fisik secara teratur menjadi 50,38 yang tergolong dalam indeks kebugaran kardiorespirasi kurang sekali dan kurang. Salah satu penyebab indeks kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMP Negeri 13 Palembang adalah kurangnya olahraga, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi indeks kebugaran kardiorespirasi adalah kebiasaan olahraga, dimana aktifitas fisik yang baik dapat meningkatkan daya tahan kardiorespirasi, yaitu penurunan denyut nadi, pernafasan semakin membaik, penurunan risiko penyakit jantung dan hipertensi. Semakin tinggi kebiasaan olahraga semakin bertambah kemampuan daya tahan kardiorespirasinya. 16 Pada penelitian ini rata-rata waktu tempuh untuk melakukan Harvard Step Test sebelum latihan 2 menit dari durasi 5 menit. Kejadian ini merupakan faktor nonfisik, yaitu kondisi psikis subyek penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh Kline dan Vehrs dalam Uliyandari (2009), menyebutkan bahwa salah satu persoalan utama melakukan Harvard Step Test ini adalah kurangnya motivasi dari subyek untuk melakukan tes. Perbedaan ketahanan fisik antara individu tidak hanya berkaitan dengan kapasitas fisik semata, tetapi juga berhubungan dengan kapasitas psikis yang menekan gejala dan manifestasi kelelahan yang timbul, dimana ketahanan psikis ini akan lebih rendah pada mereka yang ketahanan fisiknya kurang. Faktor penyebab lainnya adalah ketinggian dari bangku harvard dimana menurut Rusip (2006), bahwa bangku Harvard untuk pria setinggi 45 cm sedangkan, tinggi anak usia 12-15 tahun itu sekitar 130-150 cm, hal ini menyebabkan mereka mengalami kesulitan ketika naik turun bangku Harvard. 17,18 Dari data penelitian ini didapatkan nilai P=0,000 (P=<0,05) yang diolah menggunakan uji t-berpasangan (Paired t- test) yang berarti terdapat perbedaan bermakna sebelum dan sesudah dilakukannya latihan fisik menggunakan sepeda statis. Sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh latihan fisik intensitas sedang terhadap kebugaran kardiorespirasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andre Gunawan (2015), tentang Pengaruh Latihan Fisik terhadap 19

Kebugaran Kardiorespirasi pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2014 bahwa terdapat peningkatan nilai rerata VO2 Max secara signifikan sebelum perlakuan dan setelah perlakuan, serta dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh latihan fisik terhadap kebugaran kardiorespirasi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jeane Betty Kurnia Jusuf (2013), tentang Pengaruh Senam Aerobik terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Putri Kelas VII SMP Kartika XII-1 Mertoyudan Magelang bahwa terdapat pengaruh latihan senam aerobik terhadap tingkat kebugaran jasmani. 19,20 Latihan fisik mempengaruhi berbagai macam sistem tubuh diantaranya adalah sistem kardiorespirasi dan sistem pernapasan. Pelatihan yang dilakukan secara kontinyu, sintesis dan berulang akan memberikan efek terhadap organ tubuh yang terkait dengan kebugaran fisik sehingga tubuh mencapai penampilan yang optimal. Jika kebugaran fisik meningkatkan dengan sendirinya organorgan tubuh yang ada juga mempunyai kebugaran yang maksimal. Organ tubuh yang dimaksud adalah organ tubuh yang berhubungan langsung aktivitas fisik yaitu jantung dan pembuluh darah sebagai sistem kardiovaskular, paru-paru sebagai 20 sistem pernapasan, dan otot-otot sebagai sistem pergerakan. 21 Saat beraktivitas kenaikan frekuensi denyut jantung lebih lama dibandingkan dengan tidak beraktivitas. Pada orang yang terlatih setelah beraktivitas fisik, denyut jantung, pernapasan dan pembuluh darah akan lebih cepat kembali ke keadaan normal dari pada orang yang tidak terlatih. Efek akibat terciptanya peningkatan kebugaran fisik pada daya tahan kardiovaskuler yaitu terjadinya pembesaran otot jantung sehingga ukuran jantung meningkat, isi darah sekuncup perdenyut jantung bertambah sehingga volume yang dipompakan keseluruh tubuh lebih banyak, (denyut jantung orang yang terlatih 6-8 kali lebih sedikit dari yang tidak terlatih) dan peningkatan tekanan darah lebih sedikit. Sedangkan, pada sistem respirasi pelatihan aerobik tidak merubah ukuran paru-paru tapi meningkatkan efisiensi pernapasan dengan cara meningkatkan kondisi otot-otot pernapasan dan mengurangi volume udara residu serta mengurangi frekuensi pernapasan untuk menggerakan volume udara yang sama. Selain itu pelatihan aerobik meningkatkan jumlah dan besar alveoli sehingga mempercepat suplai oksigen kedalam sel-sel tubuh. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah oksigen maksimal (VO2Max) yang dibutuhkan seseorang. Ini dapat tercapai jika seseorang mampu menghirup, menyalurkan dan menggunakan oksigen secara optimal. 22 KESIMPULAN Dari hasil peneltian ini didapatkan rerata indeks kebugaran kardiorespirasi siswa SMP Negeri 13 Palembang sebelum

dilakukan latihan fisik intensitas sedang adalah 39,74, dan setelah latihan fisik intensitas sedang meningkat menjadi 50.38. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa latihan fisik intensitas sedang meningkatkan indeks kebugaran kardiorespirasi pada siswa SMP di Palembang. SARAN Untuk instansi yang terkait diharapkan mampu memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan indeks kebugaran kardiorespirasi dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan tentang olahraga dan menambah fasilitas olahraga lainnya. DAFTAR PUSTAKA 1. 1. Lau David C.W, et al. 2007. Canadian clinical practice guidelines on the management and prevention of obesity in adults and children.canadian Medical Association Vol 176. 2. Sudjaswadi, Wiryowidagdo, M.Sitanggang. 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi, dan Kolesterol. Jakarta: AgroMedia Pustaka. 3. Al-Hazaa HM. 2002. Physical activity, fitness and fatness among Saudi children and adolescents : implications for cardiovascular health. Saudi Med J.; 23: 144-50. 4. Fraser GE, Philips RL, Harris R. 1983. Physical fitness and blood pressure in school children. Circulation. 67: 405-12. 5. WHO. 2013. About Cardiovascular diseases. World Health Organization. Geneva. Cited July 15th 2014. Available from URL : http://www.who.int/cardiovascular_dise ases/about_cvd/en/ accessed on. 6. Wahjoedi. 2000. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta, Indonesia: PT Panjagra Sindo Persada. 7. Sudarno, S.P. (1992). Pendidikan Kesegaran Jasmani Dekdikbud Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. 8. Kusumaningtyas DN. 2011. Pengaruh latihan aerobik intensitas ringan dan sedang terhadap penurunan presentase lemak badan [Skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadyah. 9. Puspa L. 2009. Hubungan fisiologi dengan prestasi olahraga. Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu 8(2): 1979-90. 10. Guyton, A. C., J. E. Hall. 2014. Fisiologi kedokteran. Jakarta, Indonesia: EGC. 11. Cris, Charmichael. 1996. Bugar dengan bersepeda. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. 12. Nuada. I. N. 2013. Pelatihan Senam Ayo Bangkit Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisik Ditinjau dari Daya Tahan Umum Daripada Senam Ayo Bersatu Seri 2 Pada Mahasiswa Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Denpasar. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana, 1, 8, 14-16, 19-21. 14. 13. Nurwidyastuti. D, 2012. Hubungan Konsumsi Zat Gizi, Status gizi, dan Fakto-Faktor Lain dengan Status Kebugaran Mahasiswa Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Indonesia Tahun 2012. Depok: Fakultas 21

Kesehatan Masyarakat Program Studi Srjana Gizi, 2. 14. Bawiling. N. S, 2014. Pelatihan Senam Ayo Bergerak, Senam Bugar Indonesia Lebih Meningkatkan Kebugaran Fisikdaripada Senam Ayo Bersatu Pada Wanita Anggota Klub Senam Lala Studio Denpasar. Universitas Udayana : Denpasar. p2. 15. Nala, N. 2011. Prinsip Pelatihan Fisik Olahraga. Program Pascasarjana Program Studi Fisiologi Olahraga Universitas Udayana Denpasar. Denpasar, Indonesia. 16. Sharkey, B.J. 2011. Kebugaran dan Kesehatan Panduan Lengkap. Jakarta, Indonesia: Raja Grafindo Persada, 75-93. 17. Uliyandari, A. 2009. Pengaruh Latihan Fisik Terprogram Terhadap Perubahan Nilai Konsumsi Oksigen Maksimal (VO2MAKS) Pada Siswi Sekolah Bola Voli Tugu Muda Semarang Usia 11-13 Tahun. Agustus 20, 2017. http://eprints.undip.ac.id/8090/1/adhika rma_uliyandari.pdf 18. Rusip, G., 2006. A Comparative Study on the Physical Fitness Level Using the Harvard, Sharkey, and Kashtep test. Majalah Kedokteran Nusantara, 39 (3) 151-154. 19. Gunawan, A. 2015. Pengaruh Senam Zumba terhadap Kebugaran Kardiorespiratori pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2014. Jurnal e- Biomedik (ebm), Volume 3. Agustus 20, 2017. https://media.neliti.com/media/publicati ons/60847-id-pengaruh-senam-zumbaterhadap-kebugaran.pdf 20. Betty, JKJ. 2013. Pengaruh Senam Aerobik terhadap Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Putri Kelas VII SMP Kartika XII-I Mertoyudan Magelang. Agustus 20, 2017. http://eprints.uny.ac.id/16396/1/betty.pdf 21. Kenney W.L., Wilmore JH, Costrill DL. 2012. Phsyiology of sport dan exercise 5th ed. USA: Champaign, Human Kinetics. 22. Boreham, et al. 2006. The Physiology of Training. UK: Elsevier Limited. 22