BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai generasi muda sangat berperan strategis sebagai penerus suatu bangsa.anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa. Peran strategis ini telah disadari oleh masyarakat seluruh negeri terutama rakyat Indonesia untuk melahirkan sebuah ide yang intinya menekankan posisi anak sebagai makhluk manusia yang harus mendapatkan perlindungan atas hak-hak yang dimilikinya. 1 Anak adalah seseorang yang belum berusia di atas dari 18 (delapan belas) tahun,dalam penjelasan umum Undang-undang Republik Indonesia Nomor11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidupmanusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Dalamkonstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis yang secara tegasdinyatakan bahwa negara menjamin hak setiap anak atas kelangsunganhidup, tumbuh, dan berkembang serta atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.oleh karena itu, kepentingan terbaik bagi anak patutdihayati sebagai kepentingan terbaik bagi kelangsungan hidup umat manusia. Konsekuensi dari ketentuan Pasal 28B Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 perlu ditindakianjuti dengan membuat kebijakan pemerintah yang bertujuan melindungi anak. Anak perlu mendapat perlindungan dari dampak negatif perkembangan pembangunan yang cepat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta perubahan gaya dan cara hidup sebagian orang tua yang telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Anak, antara lain, 1 M.Amir P.Ali, Narkoba Ancaman Generasi Muda, Kaltim, Gerpana, 2007
disebabkan oleh faktor di luar diri Anak tersebut. Data Anak yang berhadapan dengan hukum dari Direktorat Jenderal Pemasyarakatan menunjukkan bahwa tingkat kriminalitas serta pengaruh negatif penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif semakin meningkat. Menyikapi tentang tindak pidana yang dilakukan oleh anak, kini Indonesia telah memiliki UU Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang merupakan pergantian terhadap UU Nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang mana dalam UU tersebut terdapat suatu proses Diversi. Proses penghukuman yang diberikan kepada anak melalui sistem peradilan pidana formal dengan memasukkan anak ke dalam penjara ternyata tidak berhasil menjadikan anak jera dan menjadi pribadi yang lebih baik untuk menunjang proses tumbuh-kembangnya. Penjara justru seringkali membuat anak semakin profesional dalam melakukan tindak kejahatan. 2 Kemudian muncul masalah yang diakui oleh masyarakat tentang pemberian sanksi terhadap anak sebagai individu yang belum dapat secara penuh bertanggung jawab atas perbuatannya. Oleh sebab itulah perlu adanya proses hukum dan pemberian hukuman,dengan mengutamakan hak asasi anak yang harus mendapat perlakuan khusus yang membedakannya dari orang dewasa di dalam sistem peradilan pidana. 3 2 M. Joni dan Zulchaina Z. Tanamas, Aspek Hukum Perlindungan Anak dalam Perspektif Konvensi Hak Anak, Citra Aditya Bakti,Bandung 1999, hal 78 3 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak, Refika Editama, Bandung,2006, hal 48
Muncul suatu pemikiran atau gagasan untuk hal tersebut dengan cara pengalihan atau yang disebut Ide Diversi. Ide Diversi adalah pemikiran,gagasan tentang pengalihan dipergunakan utuk menuntun dalam memecahkan permasalahan yang muncul di masyarakat 4. Ide Diversi sendiri muncul dengan pertimbangan yang layak umtuk menghindarkan stigma (cap jahat) pada anak. Kemudian solusi yang dapat ditempuh selanjutnya dalam penanganan perkara tindak pidana anak adalah dengan dilaksanakan pengalihan (Diversi). Kata Diversi berasal dari kata bahasa Inggris Diversion yang artinya Pengalihan. Diversi dalam pasal 1 angka 7 UU Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 tahun 2012 disebutkan : Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana Akan tetapi, proses diversi ini hanya dapat dilakukan untuk tindak pidana yang dilakukan dengan pidana penjara di bawah 7 (tujuh) tahun dan bukan merupakan pengulangan tindak pidana. Pelaksanaan diversi dilatarbelakangi keinginan menghindari efek negatif terhadap jiwa dan perkembangan anak oleh keterlibatannya dengan sistem peradilan pidana. Upaya pengalihan atau Diversi ini, merupakan penyelesaian yang terbaik yang dapat dijadikan formula dalam penyelesaian beberapa kasus yang melibatkan anak sebagai pelaku tindak 4 Setya Wahyudi, Implementasi Ide Diversi dalam Pembaharuan Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Genta Publishing, Purwokerto, 2011, hal 21
pidana. Dengan langkah kebijakan non penal anak pelaku kejahatan, yang penanganannya dialihkan di luar jalur sistem peradilan pidana anak, melalui cara-cara pembinaan jangka pendek atau cara lain yang bersifat keperdataan atau administrative. 5 Contoh yang di ambil di Pengadilan Negeri Salatiga yaitu perkara yang dilakukan oleh Inddi Bagaskara, Bagas Auliyandi,Agung Wahyu Triyanto dan Rondaldo Aldes Sandy mereka adalah Anak yang ditetapkan Diversi oleh pengadilan Salatiga dengan perkara mengkonsumsi Narkotika golongan I Perkara No04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt. Penyelesaian penetapan Diversi dalam kasus tersebut berdasarkan Undang-Undang Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Nomor 11 Tahun 2012 dan sesuai Perma No 4 tahun 2014 tengtang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam Sitem Peradilan Pidana Anak pasal 2 yaitu diversi diberlakukan terhadap anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun atau telah berumur 12 tahun meskipun pernah kawin tetapi belum berumur 18 tahun, yang di duga melakukan tindak pidana. Upaya penerapan penyelesaian diversi dilakukan diluar persidangan dengan kesepakatan antara pihak terkait. Proses diversi mencapai kesepakatan, maka fasilitator diversi membuat berita acara 5 Kusno adi, Kebikan kriminal dalam penanggulangan tindak pidana narkotika oleh anak, UMM press, malang, 2009, hal 58-59.
kesepakatan diversi yang ditandatangani oleh para pihak dan dilaporkan kepada ketua pengadilan. 6 Kemudian, ketua pengadilan mengeluarkan penetapan kesepakatan diversi. Hakim akan menerbitkan penetapan penghentian pemeriksaan perkara. Hal ini berdasarkan Pasal 13 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu : Proses peradilan pidana anak dilanjutkan dalam hal : a. proses diversi tidak menghasilkan kesepakatan; atau b. kesepakatan diversi tidak dilaksanakan. Dari hal inilah pelaksaan diversi sudah dilakukan dengan konsep keadilan restoratif dimana penyelesaiannya melibatkan korban dan pelaku serta pihak -pihak yang terlibat dalam pelaksanaannya. Diversi merupakan bagian dari diskresi dalam proses peradilan pidana anak,diskresi berarti kebebasan mengambil keputusan dalam setiap situasi yang dihadapi menurut pendapatnya sendiri. 7 Penerapan diversi sangatlah penting dalam proses penyelesaian perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak-anak. Hal ini bertujuan untuk menemukan solusi atau jalan terbaik (win-win solution) antara pelaku anak dengan korban. Yang mana dalam diversi ini diharapkan dapat tercapainya keadilan baik bagi pelaku maupun korban. Keadilan yang hendak dicapai 6 Marlina, Penerapan Konsep Diversi Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, Reflika Aditama, Bandung, 2009, hal.97-98. 7 Frans Hendra Winata, Bantuan Hukum-Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas Kasihan,Gramedia,Jakarta,2000,hal 63
disini adalah keadilan yang bermartabat. 8 Yaitu keadilan yang memanusiakan manusia bukan saja terhadap pelaku namun juga terhadap korban. Hal ini sangatlah penting karena selama ini korban tindak pidana kurang mendapatkan rasa keadilan. Selain bertujuan untuk mencapai keadilan yang bermartabat, dalam Pasal 6 UU No. 11 Tahun 2012 menyebutkan bahwa tujuan diterapkannya diversi dalam sistem peradilan pidana anak adalah untuk: a. mencapai perdamaian antara korban dan anak; b. menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan; c. menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan; d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi; dan e. menanamkan rasa tanggungjawab kepada anak. Persoalannya adalah jika anak-anak berada dalam penjara, hak-hak mereka yang dijamin oleh Undang-undang Perlindungan anak besar kemungkinan tak akan dapat dipenuhi. Lebih jauh, proses peradilan pidana anak anak menimbulkan dampak negatif berupa stigma jahat yang dapat memperbesar tingkah laku menyimpang dan dapat membentuk karakter kriminal sehingga sulit bagi anak untuk kembali kedalam masyarakat.oleh karena itu judul skripsi ini adalah PROSES PELAKSANAAN 8 Teguh Prasetyo,Penerapan diversi terhadap tindak pidana anak dalam sistem peradilan pidana anak, refleksi hukum vol. 9, no. 1, hal 6
DIVERSI ATAS TINDAK PIDANA OLEH ANAK (Study Kasus PerkaraNo04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt) B. Rumusan Masalah Bagaimana aspek filosofis, yuridis dan sosiologis dalam penetapan diversi perkara No 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penanganan anak/pelaku melalui diversi. 2. Menyampaikan aspek filosofis, yuridis dan sosiologis dalam penetapan diversi di tahap pengadilan. 3. Mengetahui dan mengkaji penetapan diversi bagi anak yang berhadapan dengan hukum. D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya pada pihak-pihak yang sedang berhadapan dengan hukum terutama permasalah anak yang masuk dalam sistem peradilan pidana anak serta sebagai wawasan untuk memahami dan menganalisis aspek filosofis, yuridis dan sosiologis dalam penetapan diversi dan penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbanganpemikiran bagi para
pembaca atau pihak-pihak lain dan masyarakat untuk mengerti apa yang di maksud dengan Diversi. 2) Manfaat Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum khususnya tentang sistem peradilan pidana anak yang dapat tetetapkan Diversi dan menambah pustaka dibidang ilmu hukum khususnya tentang penetapan Diversi. E. Metode Penelitian Jenis metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis, yaitu menggambarkan dan menganalisis ketentuanketentuan hukum dan teori-teori hukum. 9 yang berhubungan dengan Diversi sebagai alternative di luar peradilan dikaitkan dengan UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika, PERMA No.4 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam sistem Peradilan Pidana Anak dan Penetapan diversi perkara No 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt F. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan adalah penelitian hukum 9 Sukmadinata, Metode Penelitian, Remaja Rosdakarya, 2011, hal 11
normatif dengan menganalisis perundang-undangan dan peraturanperaturan yang berlaku kemudian dibandingkan dengan pendapat-pendapat para ahli hukum atau doktrin dan menggunakan pola pikir deduktif yang melihat sebuah fenomena itu sebagai gejala yang makro. 10 1. Lokasi Penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Kota Salatiga tepatnya pada Pengadilan Negeri Salatiga,alasan penulis memilih lokasi Pengadilan Negeri Salatiga karena pada perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak, upaya diversi dilakukan pada penetapan diversi dilakukan di Pengadilan Negeri Salatiga. 2. Jenis dan Sumber Data Mengingat penelitian ini bersifat normatif,maka jenis bahan hukum yang dipergunakan adalah : Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, antara lain : 11 1. UU No. 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak 2.UU No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 10 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek,Jakarta, Sinar Grafika, 1991,hal 13 11 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1996,hal 194
3.UU No.35 tahun 2009 tentang Narkotika 4.PERMA No.4 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi dalam sistem Peradilan Pidana Anak Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang dapat menjelaskan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan memahami bahan hukum primer : 12 1.Karya ilmiah para sarjana tentang pidana anak khususnya yang berkaitan dengan Diversi 2.Penelitian tentang pidana anak khususnya yang berkaitan dengan Diversi. Sebagai lazimnya metode pengumpulan bahan hukum dalam penelitian hukum normatif, yaitu metode sistematis dengan mempergunakan sarana bantu berupa catatan fakta sebagai suatu carauntuk lebih mempermudah penelusuran bahan hukum yang diperlukan dalam penelitian ini. 3. Unit Analisa Dalam penelitian hukum normative, yang dianalisis bukanlah data, melainkan dilakukan secara deskriptif interpretative, evaluatif, argumentatif, dan sistematis. Bahan hukum yang dikumpulkan akan disajikan secara utuh kemudian dianalisis.adapun analisis yang 12 Ibid
dikemukakan bersifat deskriptif, artinya uraian apa yang terjadi terhadap suatu kondisi atau posisi dari proporsi hukum atau non hukum. G. Sistematika Penulisan Bab I merupakan pendahuluan yang berisi mengenai latar belakang masalah yang memaparkan isu penelitian yaitu penyelesaian tindak pidana anak melalui diversi. Selain itu juga memaparkan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan metode penelitian. Bab II merupakan kerangka teori, hasil penelitian dan analisis. Pada tinjauan pustaka, melalui tataran filsafat hukum, penulis akan menggali konsep pengertian tindak pidana. Selain itu, melalui tataran konseptual, penulis akan menggali pengertian anak dan keadilan restorative. Pada hasil penelitian, kasus posisi,isi penetapan dan proses Diversi perkara No 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt Pada pembahasan, melalui tataran analisis, penulis akan membahas dan menganalisis perlindungan hukum terhadap aspek filosofis, yuridis dan sosiologis dalam penetapan diversi perkara No 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt.Kemudian dalam analisis penulis akan memaparkan aspek yuridis,aspek sosiologis,aspek filosofis serta fakta dan dari perkara No 04/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt dan Perkara No : 05/Pid.SUS.Anak/2014/PN.Slt Bab III merupakan bab Penutup yang berisi mengenai kesimpulan yang menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.pada akhir bab ini
penulis juga akan mengemukakan sarannyaterkait dengan perlindungan hukum terhadap penyelesaian tindak pidana anak melalui diversidi Pengadilan Negeri Salatiga.