BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI

dokumen-dokumen yang mirip
ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB II TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM DAN FATWA DSN MUI TENTANG PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN TARIF JUAL BELI AIR PDAM DI PONDOK BENOWO INDAH KECAMATAN PAKAL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia masing-masing saling. membutuhkan satu sama lain, supaya mereka saling tolong menolong, tukar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN PASAL 106 KOMPILASI HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI TANAH MILIK ANAK YANG DILAKUKAN OLEH WALINYA

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

A. Analisis Terhadap Praktek Perubahan Harga Secara Sepihak dalam Jual Beli Rak Antara. Produsen dan Pedagang Pengecer di Jalan Dupak No. 91 Surabaya.

BAB II BAY BITSAMAN AJIL. Sesunguhnya istilah bay bitsaman ajil merupakan istilah yang

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM DAN KHIYAR A>IB. Jual beli atau dalam bahasa Arab disebut al-bay menurut bahasa

BAB I PENDAHULUAN 280. h Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam, (Bandung: Sinar Baru algensindo, 2013), h.

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB II JUAL BELI, KREDIT DAN RIBA. dahulu perlu diperjelas pengertian jual beli. Secara etimologi berarti menjual

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB V PEMBAHASAN. A. Sistem Jual Beli Bunga di Kawasan Wisata Makam Bung Karno

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

A. Analisis Praktik Sistem Kwintalan dalam Akad Utang Piutang di Desa Tanjung Kecamatan Kedamean Kabupaten Gresik

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain disebut muamalat. 1. dibenarkan (syara ). Jual beli pada dasarnya dibolehkan oleh ajaran Islam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB III. Koperasi (Syirkah Ta awuniyah) bersal dari perkataan Co dan Operation yang mengandung arti kerja sama untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KETERLAMBATAN PENYERAHAN BARANG PADA AKAD ISTISHNA DALAM JUAL BELI ANYAMAN KEPANG DI DESA RINGINHARJO KEC.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB II KAJIAN TENTANG SEWA MENYEWA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB II JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN POTONGAN TABUNGAN BERHADIAH DI TPA AL- IKHLAS WONOREJO KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

FIQIH MUAMALAH RUKUN DAN SYARAT JUAL BELI DALAM ISLAM. Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Fiqih Mu amalah

BAB IV. disepakati diawal. Adapun perubahan harga sebelah pihak yang dilakukan. oleh si pembeli tanpa ada kesepakatan kedua belah pihak.

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

Khiya>r merupakan salah satu akad yang berkaitan erat dengan jual

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENUKARAN UANG. (sesuatu dengan sesuatu yang lain). Kata (البیع) dalam bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB II KONSEP JUAL BELI DALAM HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang beraneka ragam kebutuhannya. misalnya: makan, minum, sandang dan sebagainya.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB II HUKUM JUAL BELI

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB II LANDASAN TEORI. orang yang melakukan akad meneruskannya untuk mengambil dan. memberikan sesuatu. Orang yang melakukan penjualan dan pembelian

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG JUAL BELI A. Pengertian Jual Beli Secara bahasa, kata bai berarti pertukaran secara mutlak. Masing-masing dari kata bai dan syira digunakan untuk mennjuk sesuatu yang ditunjuk oleh orang lain. Keduanya adalah kata-kata yang memiliki dua makna atau lebih dengan makna-makna yang saling betentangan. Jual beli dalam makna syariat maksudnya adalah pertukaran harta dengan harta (segala sesuatu yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan) dengan dilandasi saling rela, atau pemindahan kepemilikan dengan penukaran dalam bentuk yang di izinkan. 1 Kata tukar-menukar atau peralihan pemikiran dengan penggantian mengandung maksud yang sama bahwa kegiatan mengalihkan hak dan pemilikan itu berlangsung secara timbal balik atas dasar kehendak dan keinginan bersama. Kata secara suka sama suka atau menurut bentuk yang dibolehkan mengandung arti bahwa transaksi timbal balik ini berlaku menurut cara yang telah ditentukan, yaitu secara suka sama suka. 2 Jual Beli menurut istilah syara terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh ulama mazhab. 1. Hanafiyah, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Fikri, menyatakan bahwa jual beli memiliki dua arti: 1 Sayyid sabiq, Fiqh Sunnah, (Jilid V: Cakrawala Publising,2009), h. 159. 2 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 193. 16

17 a. Arti khusus, yaitu Jual beli adalah menukar benda dengan dua mata uang (emas dan perak) dan semacamnya, atau tukar menukar barang dengan uang atau semacamnya, menurut cara yang khusus. 3 b. Arti umum, yaitu: Jual beli adalah tukar menukar harta dengan harta menurut cara yang khusus, harta mencakup zat (barang) atau uang. 4 2. Malikiyah, seperti halnya Hanafiah, menyatakan bahwa jual beli mempunyai dua arti, yaitu umum dan khusus. Pengertian jual beli yang umum adalah sebagai berikut. Jual beli adalah akad mu awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan. 5 Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa jual beli adalah akad mu awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua 3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamala, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 175. 4 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, h. 175. 5 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, h. 175.

18 pihak, yaitu penjual dan pembeli, yang objeknya bukan manfaat, yakni benda, dan bukan kenukmatan seksual. Sedangkan jual beli dalam arti khusus adalah sebagai berikut. Jual beli adalah akad mu awadhah (timbal balik) atas selain manfaat dan bukan pula untuk menikmati kesenangan, bersifat mengalahkan salah satu imbalannya bukan emas dan bukan perak, objeknya jelas dan bukan utang. 3. Syafi i memberikan definisi jual beli sebagai berikut. Jual beli menurut syara adalah suatu akad yang mengandung tukar-menuka harta dengan harta dengan syarta yang akan diuraikan nanti untuk memperoleh kepemilikan atas benda atau manfaat untuk waktu selamanya. 6 4. Hanabilah memberikan definisi jual beli sebagai berikut. Jual beli menurut syara adalah tukar-menukar harta dengan harta, atau tukar-menukar manfaat yang mubah dengan manfaat yang mubah untuk waktu selamanya, buakn riba bukan utang. 7 6 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, h. 176. 7 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah, h. 176.

19 Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ulama mazhab tersebut dapat diambil intisari bahwa: 1) Jual beli adalah akad mu awadhah, yakni akad yang dilakukan oleh dua pihak, dimana pihak pertama menyerahkan barang dan pihak kedua menyerahkan imbalan, baik berupa uang maupun barang. 2) Syafi iyah dan Hanabilah mengemukakan bahwa objek jual beli bukan hanya barang (benda), tetapi juga manfaat, dengan syarat tukar-menukar berlaku selamnya, bukan untuksementara. Dengan demikian, ijarah (sewamenyewa) tidak termasuk jual beli karena manfaat digunakan untk sementara, yaitu selama waktu yang ditetapkan dalam perjanjian. Demikian pula I aroh yang dilakukan timbal balik (saling timbal), tidak termasuk jual beli, karena pemanfaatannya hanya berlaku sementara waktu. B. Syarat dan Rukun Jual Beli 1. Syarat Jual Beli Jual beli mempunyai syarat dan rukun yang harus dipenuhi, sehingga jual beli itu dapat dikatakn sah menurut syara. Menurut Pendapat Hanafi, orang yang berakad, barang yang dibeli, dan nilai tukar barang termasuk kedalam syaratsyarat jual beli, bukan rukun jual beli. Adapun syarat-syarat jual beli yang dikemukakan jumhur ulama sebagai berikut:

20 a. Berakal dan mumayyiz b. Aqid harus berbilang, sehingga tidaklah sah akad dilakukan dua orang, yaitu pihak yang menjual dan membeli. Menurut ulama hanafiah, seorang anak yang berakal dan mumayyiz (berumur tujuh tahun, tetapi belum balig) dapat menjadi ahli akad. Ulama Malikiyah dan Hanabilah berpendapat bahwa akad anak mumayyiz bergantung pada izin walinya. Adapu menurut ulama Syafi iyah, anak mumayyiz yang belum balig tidak dibolehkan melakukan akad, sebab ia belum dapat menjaga agama dan hartanya (masih bodoh). 8 Para ulama fiqh sepakat bahwa orang yang melakukan akad jual beli itu harus memenuhi syarat: 1) Berakal. Oleh karena itu, jual beli yang dilakukan anak kecil yang belum berakal dan orang gila,hukunya tidak sah. Adapun anak kecil yang mumayyiz, menurut ulama Hanafiyah, apabila akad yang dilakukannya membawa keuntungan bagi dirinya, seperti menerima hubah, wasiat, dan sedekah, maka akadnya sah. 2) Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda. Artinya, seseorang tidak dapat bertindak dalam waktu yang bersamaan sebagai penjual sekaligus sebagai pemebeli. 77. 8 Rahmat Syafe i, Fiqh Muamalah, (Bandung: CV Pustaka setia,2001), h.

nikah. 9 Menurut Mazhab Maliki, syarat yang dikemukan 21 c. Syarat-syarat yang terkait dengan ijab kabul Para pakar fiqh sepakat bahwa unsur utama dari jual beli yaitu kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan kedua belah pihak dapat dilihat dari ijab dan kabul yang dilangsungkan. Menurut mereka ijab dan kabul perlu diungkapkan secara jelas dan transaksi-transaksi yang bersifat mengikat kedua belah pihak, seperti akad jual beli, sewa menyewa, dan oleh mazhab maliki yang berkenaan dengan aqid (orang yang akad), shighat, dan ma qud alaih (barang). a. Syarat aqid Adalah penjual dan pembeli. Dalam hal ini terdapat tiga syarat, yang ditambah satu bagi penjual: 1. Penjual dan pembeli harusnya mumayyiz. 2. Keduanya merupakan pemilik barang atau yang dijadikan wakil. 3. Keduanya dalam keadaan sukarela, jual beli berdasarkan paksaan adalah tidak sah. 4. Penjual harus sadar dan dewasa. Ulama malikiyah tidak mensyaratkan bagi aqid kecuali dengan membeli hamba yang muslim dan membeli mushaf, begitu pula dipandang shahih jual beli orang yang buta 10 9 Dimyauddin Djuwaini, Fiqh Muamalah, h.74. 10 Rahmat Syafe i, Fiqh Muamalah, h. 80.

22 b. Syarat dan shigat 1. Tempat akad harus bersatu 2. Pengucapan ijab dan kabul tidak terpisah c. Syarat harga dan yang dihargakan 1. Bukan barang yang dilarang syara 2. Harus suci, maka tidak boleh menjual kahmar, dan lain-lain 3. Bermanfaat menurut pandangan syara 4. Dapat diketahui oleh kedua orang yang akad 5. Dapat diserahkan Menurut Ulama Syafi i syarat yang berkaitan dengan aqid, shigat, dan ma qud alaih. Persyaratan tersebut adalah: a. Syarat Aqid 1. Dewasa atau sadar 2. Tidak dipaksa atau tanpa hak 3. Islam 4. Pembeli bukan musuh b. Syarat shigat 1. Berhadap-hadapan 2. Qabul diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijab 3. Harus menyebutkan barang atau harga 4. Ketika mengucapkan shigat harus mengucapkan niat 5. Pengucapan ijab dan kabul harus sempurna

23 c. Syarat Ma qud alaih (barang) 1. Suci 2. Bermanfaat 3. Dapat diserahkan 4. Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain 5. Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad Menurut Ulama Hambali, persyaratan jual beli terdiri atas sebelas syarat, baik dalam aqid, shigat dan ma qud alaih a. Syarat Aqid 1. Dewasa 2. Ada keridhaan Ulama hambali menghukumi makruh bagi orang yang menjual barangnya karena terpaksa atau karena kebutuhan yang mendesak dengan harga diluar lazim. b. Syarat Shigat 1. Berada ditempat yang sama 2. Tidak terpisah 3. Tidak dikaitkan dengan sesuatu c. Syarat Ma qud Alaih 1. Harus berupa harta 2. Milik penjual secara sempurna 3. Barang dapat diserahkan ketika akad 4. Barang diketahui oleh penjual dan pembeli

24 5. Harga diketahui oleh kedua pihak yang akad 11 2. Rukun Jual Beli Rukun jual beli menurut Hanafiyah adalah ijab dan qabul yang mennjukan sikap saling tukar menukar, atau saling memberi. Atau dengan redaksi yang lain, ijab kabul adalah perbuatan yang menunjukan kesediaan dua pihak untuk menyerahkan milik masingmasing kepada pihak lain, dengan menggunakan perkataan dan perbuatan. Menurut jumhur ulama rukun jual beli ada empat, yaitu: 1. Penjual, 2. Pembeli, 3. Shigat, 4. Ma qud Alaih, (objek Akad) 12 C. Macam-Macam Jual Beli Menurut Hanafiyah, akad jual beli sangat banyak, namun kita dapat membaginya dengan meninjaunya dari beberapa segi. a. Dilihat dari Segi Sifatnya Dilihat dari segi sifatnya, jual beli terbagi kepada dua bagian, yaitu jual beli yang shahih, Pengertian jual beli yang shahih adalah:jual beli yang shahih adalah jual beli yang disyariatkan dengan memenuhi asalnya dan sifatnya, atau dengan ungkapan lain, jual beli shahih adalah jual beli yang tidak terjadi kerusakan, baik pada rukunnya maupun syartanya. 11 Rahmat Syafe i, Fiqh Muamalah, h. 78. 12 Ahmad Wardi Muhlich, Fiqh Muamalah, h. 180.

25 jual beli ghair shahih adalah Jual beli ghair shahih adalah jual beli yang tidak dibenarkan sama sekali oleh sara, dan dinamakan jual beli bathil, atau jual beli yang disyariatkan dengan terpenuhinya pokoknya (trukunnya), tidak sifatnya, dan ini dinamakan jual beli fasid. Disamping itu, terdapat jual beli yang digolongkan kepada jual beli ghair shahih, yaitu jual beli yang rukun dan syaratnya terpenuhu, tetapi ual belinya dilarang karena ada sebab diluar akad. Jual beli semacam ini termasuk jual beli yang makruh. Contohnya sebagai berikut: a. Jual beli ketika awal adzan shlat jum at b. Jual beli najsy (bai an-najsy); c. Jual beli yang sedang ditawar orang lain d. Mencegat para pedagang sebelum sampai kepasar e. Mejual barang kedaerah lain, apabila di daerah itu sedang musim paceklik. b. Dilihat dari Segi Shigha-tnya Jual beli dilihat dari segi shigatnya terbagi kepada dua bagian, yaitu jual beli mutlaq dan gahir mutlak. Jual bei mutlaq adalah jual beli yang dinyatakan dengan shigat (redaksi) yang bebas dari kaitnnya dengan syarat dan sandaran kepada masa yang akan datang. Sedangkan pengertian jual beli ghair mutlaq adalah jual beli yang shigatnya (redaksinya) dikaitkan atau disertai dengan syarat atau disandarkan kepada masa yang akan datang.

26 c. Dilihat dari Segi Hubungannya dengan Objek Jual beli Dilihat dari hubungannya dengan objek jual beli, jual beli dapat dibagi kepada empat bagian. Yaitu jual beli muqayadah, jual beli sharf jual beli salam, dan jual beli mutlak. Pengertian jual beli muqayadhah adalah jual beli barang dengan barang, seperti jual beli binatang dengan binatang, beras dengan gula, atau mobil dengan mobil, jual beli semacam ini hukumnya shahih, baik barang tersebut jenisnya sama atau berbeda, baik dua-duanya dari jenis makanan atau bukan. Apabila barangnya satu jenis, maka disyaratkan tidak boleh ada riba. (kelebihan) Pengertian jual beli sharaf adalah tukar menukar (jual beli) emas dengan emas, dan perak dengan perak, atau menjual salah satu dari keduanya dengan yang lain (emas dengan perak atau perak dengan emas). Pengertia jual beli salam adalah penjualan tempo dengan pembayaran tunai. Sayid sabiq memberikan definisi salam sebagai berikut: Jual beli salam disebut juga salaf adalah jual beli sesuatu yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian dengan harga (pembayaran) dipercepat (tunai). Definisi tersebut dapat dipahamai bahwa salam adalah jual beli dengan cara memesan barang terlebih dahulu yang disebutkan sifatnya atau ukurannya, sedangkan pembayaran dilakukan dengan tunai. Orang yang memesan (yang memiliki uang) disebut muslim, orang yang memiliki barang disebut muslam ilaih, barang yang

27 dipesan disebut muslam fih, dan harganya disebut ra su mal assalam. Dalam jual beli salam semua syarat jual beli dan syaratsyarat tambahannya seperti berikut: 1) Ketika melakukan akad salam, disebutkan sifat-sifatnya yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar, ditimbang, maupun diukur. 2) Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bisa mempertinggi dan memperendah harga barang itu. 3) Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang yang bisa didapatkan dipasar. 4) Harga hendaknya dipegang ditempat akad berlangsung. 13 Hukum jual beli salam ini boleh, sebagai rukkhshah dan pengecualiannya dari persyartan jual beli, dimana barang harus ada pada waktu akad. Dasar hukumnya adalah Al-Qur an, sunnah, dan ijma dalil dari Al-qur an antara lain surat Al-Baqarah atat 282 Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hedaklah kamu menuliskannya. 14 Dari segi ijma, semua ulama sepakat tentang diboehkannya jual beli salam ini 13 Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah, (jakarta: Raja Gravindo, 201), h. 76. 14 Soenarjo. Al-Qur an dan Terjemahan, (Jakarta: 1971), h. 70.

28 d. Dilihat dari Segi Harga dan Ukurannya Dilihat dari segi harga atau kadarnya, jual beli terbagi kepada empat bagian, yaitu jual beli murabahah, jual beli tauliyah, jual beli wadi ah, an jual beli musawamah. Murabahah dalam arti bahasa berasal dari kata رابح yang asal katanya ربح artinya الزياده (tambahan). Menurut istilah para fuqaha, pengertian murabahah adalah sebagai berikut: Jual beli murabahah adalah menjual barang dengan harganya semula ditambah dengan keuntungan dengan syaratsyarat tertentu. Pengertian jual beli tauliyah menurut istilah syara adalah jual beli barang sesuai dengan harga pertama (pembelian) tanpa tambahan. Pengertian jual beli musawamah adalah jual beli yang biasa berlaku dimana para pihak yang melakukan akad jual beli saling menawar sehingga mereka berdua sepakat atas suatu harga dalam transaksi yang mereka lakukan. 15 D. Dasar Hukum Jual Beli a. Dasar-dasar dari al-qur an 1) Dalam surat Al-Baqarah ayat 275 Allah SWT berfirman:......padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... 16 15 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalah. h.206-208. 16 Abdul Rahman Ghazali dkk, Fiqih muamalah, (Jakarta: Kencana Pranata Media Group.2010).h.67.

29 2) Dalam surat an-nisa ayat 29 Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu... 17 3) Dalam Surat al-baqarah ayat 198 Allah SWT berfirman:......tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari tuhanmu. 18 Ayat-ayat ini jelas mengisyaratkan jual beli, walaupun disitu dikaitkan dengan tujuan lain yang tidak dibolehkan: ayat pertama dikaitkan dengan haramnya riba, ayat kedua dikaitkan dengan larangan saling memakan harta orang lain dengan cara yang batil, dan ayat ketiga dikaitkan dengan dibolehkannya mencari karunia atau rezeki dengan jalan perniagaan atau jual beli. 17 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalah Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam, (Jakarta: Sinar Grafika Offset.2010).h.27. 18 Abdul Rahman Ghazaly dkk, Fiqh Muamalah, h. 67.

30 a. Dasar Hukum Jual beli dari Al-hadist: Nabi saw. Ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik. Beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur. (HR. Bajjar, Hakim menyahihkannya dari Rifa ah Ibn Rafi) 19 Jual beli itu hanya sah apabila saling merelakan 20 b. Ijma Ulama telah sepakat jual beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa batuan dari orang lain, namun demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya itu harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. 21 Maka hukum jual beli dengan demikian dapat berubah dari statusnya yang halal menjadi: a. Wajib, yaitu ketika dalam keadaan terpaksa membutuhkan makanan dan minuman, maka wajib seseorang membeli sesuatu untuk sekedar menyelamatkan jiwa dari kebinasaan dan kehancuran. 19 Rahmat Syafe i, Fiqh Muamalah, h.75. 20 Hendi Suhendi,Fiqh Muamalah, h. 70 21 Rahmat Syafe i, Fiqh Muamalah, h. 75.

31 b. Bisa atau manduh, seperti orang bersumpah akan menjual barang yang tidak membahayakan bila dijual. Maka dalam keadaan demikian dia disunahkan melaksanakan sumpahnya. c. Makruh, seperti menjual barang yang dimakruhkan menjualnya. d. Haram. Jika status aqad jual beli dalam status riba, atau berupa barang yang haram untuk dijual. 22 Dari poin tersebut dapat dipahami bahwa asal mula hukum jual beli adalah mubah (boleh), kemudian terdapat perubahan, manakala penjual dan pembeli melakukan halhal tersebut (poin a,b,c). 22 Hukum Jual Beli, http://hukumjualbeli.blogspot.com/2011/11/hukumjual-beli.html. 22 des.,2016.