BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ajaran_matematika/kegiatanbelajar1) menyatakan bahwa Matematika itu bukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di semua bidang, salah satunya membangun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan hidup. Pentingnya pendidikan di Indonesia tercermin dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan ilmu yang menunjang berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan secara umum mempunyai suatu arti suatu proses usaha

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ketrampilan, pengembangan sikap dan nilai-nilai dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini mengalami kemajuan yang

BAB I PENDAHULUAN. matematika, maka dalam Undang-Undang RI No. 20 Th Tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa, salah satu aspek yang dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat, hal ini

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dari pendapat yang dikemukakan oleh Cornelius tidak sesuai dengan kenyataan yang diperoleh Sukowono (2012 : 1) mengenai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SEGIEMPAT DENGAN PENDEKATAN GUIDED NOTE TAKING

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran. Undang-Undang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, karena pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan tenaga-tenaga

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu melalui pendidikan dimana dengan pendidikan akan

penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika. Namun, sampai saat ini masih banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. besar siswa sehingga, sebagian siswa menghindari pelajaran ini. Hal ini

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pembelajaran di sekolah, merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN BERBANTUAN WINGEOM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KREATIF DAN BERPIKIR KRITIS MATERI KUBUS DAN BALOK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia suatu bangsa. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

I. PENDAHULUAN. Matematika berperan sebagai induk dari semua mata pelajaran dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam berbagai bidang kehidupan. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN STRATEGI SCAFFOLDING

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era modern sekarang ini peningkatan mutu sumber daya manusia (SDM) menjadi prioritas utama dalam pembangunan suatu bangsa. Peningkatan mutu sumber daya manusia diharapkan untuk merealisasikan potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia, sehingga menjadi bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Kondisi ini dapat dicapai apabila pelaksanaan pendidikan yang bermutu diterapkan dan sesuai kebutuhan disegala bidang. Pendidikan merupakan sumber daya manusia yang sewajarnya mendapat perhatian lebih dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Masalah pokok pendidikan saat ini masih berkisar pada saat pemerataan kesempatan, relevansi, kulitas, efisiensi, dan efektifitas pendidikan. Sesuai dengan masalah pokok tersebut serta memperhatikan isu dan tantangan masa kini dan kecenderungan di masa depan, maka dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia (SDM) untuk mengatasi dan menghadapi tantangan itu, perlu diciptakan pendidikan yang unggul yaitu pendidikan yang dapat mengembangkan potensi dan kapasitas siswa secara optimal, yang mana tujuannya adalah untuk mencapai peningkatan kualitas pendidikan. Matematika merupakan salah satu unsur dalam pendidikan. Dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, mata pelajaran matematika

2 perlu diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dalam hal ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional terus berupaya mengembangkan sistem pembelajaran matematika di sekolah melalui pengembangan dan pembaharuan kurikulum pembelajaran matematika yaitu kurikulum 2013 yang mengutamakan pendidikan berkarakter dengan berisikan nilai-nilai: cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, kedisiplinan, kemandirian, kejujuran, kasih sayang, kepedulian, hormat dan santun, serta kerjasama. Soedjadi (2000:198) bawah : Pendidikan sangat penting memberikan pengalaman dan menumbuhkan kemampuan, khususnya dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan matematika yaitu (1) pemecahan masalah dalam matematika; (2) pemecahan masalah dengan matematika; (3) pemecahan masalah dengan pemikiran matematik. Berdasarkan pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa melalui pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga perlu untuk dipelajari. Namun pada kenyataannya mutu pendidikan di negara kita masih sangat rendah. Hal ini terbukti adanya data dari UNESCO tentang Indeks Pengembangan Manusia (IPM) yang berada pada urutan 100 ke atas sejak delapan tahun terakhir. Selain nilai IPM, masih rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia juga bias dilihat dari data Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) dengan menempati ranking 42.( http://kampus.okezone.com/read/2013/11/11/560/895280/ngajar-matematikaguru-harus-antusias). Kenyataan tersebut secara jelas menyatakan bahwa penurunan kualitas pendidikan matematika dan moral peserta didik. Hal tersebut jelas belum sesuai

3 dengan yang diharapkan. Rendahnya prestasi belajar matematika kurangnya kepedulian dalam menanamkan moral karakter di sekolah telah menjadi masalah nasional yang harus diperhatikan oleh berbagai kalangan. Untuk mengatasi rendahnya nilai matematika dan moral karakter tersebut, para pendidik berusaha mengadakan perbaikan dan peningkatan disegala segi yang menyangkut pendidikan matematika. Hal ini disebabkan masih banyak guru dalam menyampaikan materi pelajaran hanya menjelaskan tanpa melibatkan siswa dan kurang atau bahkan tidak memperdulikan kecerdasan emosi siswa sehingga model pembelajaran tersebut masih konvensional atau sering dikatakan bersifat teacher-centered. Pendekatan pembelajaran ini mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa dan siswa cenderung pasif. Padahal salah satu tujuan pembelajaran matematika agar peserta didik memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah dan dapat mengkomunikasikannya. Siswa kurang mampu memahami materi dan siswa berkesulitan belajar kemungkinan besar disebabkan kurang tepatnya pemilihan metode mengajar. Kesulitan belajar itu dikemukakan oleh Rusmini (2001:47) bahwa Kesulitan belajar siswa tidak selamanya disebabkan oleh faktor inteligensi, akan tetapi bisa juga disebabkan karena penggunaan metode belajar yang tidak sesuai. Guru harus memilih metode yang tepat atau dianggap terbaik agar tujuan pendidikan tercapai. Dengan pemilihan metode mengajar yang tepat dan terbaik diharapkan dapat menumbuhkan minat belajar siswa yang lebih efektif dan efisien. Untuk mengatasi masalah di atas, peneliti mencoba suatu metode pembelajaran agar tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai. Pemilihan metode mengajar yang bervariasi akan membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar dan menumbuhkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan seefisien dan seefektif mungkin. Seperti yang diungkapkan Slameto (2010:65) mengemukakan bahwa : Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan

4 pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Penggunaan metode akan menghasilkan kemampuan yang sesuai dengan karakteristik metode tersebut. Kemampuan yang dihasilkan oleh metode ceramah akan berbeda dengan kemampuan yang dihasilkan oleh metode diskusi. Demikian juga penggunaan metode lainnya seperti metode eksperimen, observasi, karyawisata, problem solving, dan sebagainya. Namun, dewasa ini guru lebih tertarik menggunakan metode ekspositori. Metode pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang berpusat pada guru. Metode ekspositori sama seperti metode ceramah dalam hal terpusatnya kegiatan kepada guru sebagai pemberi informasi (bahan pelajaran). Guru pada metode ekspositori dominasinya banyak berkurang, karena tidak terus menerus berbicara. Guru berbicara pada peserta didik pada awaal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal dan pada waktu-waktu yang diperlukan saja. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua siswa dari tingkat dasar untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diberikan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Selain itu, mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah metode penemuan terbimbing. Menurut Encyclopedia of Educatiaon Research (dalam Suryosubroto, 2009:178), metode penemuan terbimbing merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan metode penemuan terbimbing ini, para siswa diajarkan untuk menggunakan ide, konsep,

5 dan keterampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan baru dengan pengetahuan guru sebagai fasilitator. Penerapan metode penemuan terbimbing ini diharapkan dapat mengatasi kesulitan siswa dalam mempelajari matematika dan siswa dapat menemukan sendiri penyelesaian masalah didalam kehidupan sehari-hari. Sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide dan gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Berdasarkan data hasil observasi awal yang dilaksanakan peneliti ke sekolah SMP N. 4 Medan (5 Februari 2014) ditemukan bahwa cara mengajar guru masih cenderung didominasi penggunaan metode ceramah. Peneliti melihat bahwa pembelajaran yang digunakan guru masih berpusat pada guru, yang berakibat kegiatan pembelajaran kurang menarik, tidak menantang, dan sulit untuk mencapai target. Dalam pembelajaran yang berlangsung guru bertindak sebagai pemberi informasi dan lebih banyak berperan aktif sedangkan siswa sebagai penerima. Akibatnya siswa kurang memahami informasi dan tidak mampu menggunakan informasi yang ada pada saat diberikan pertanyaan (soalsoal). Pada kesempatan itu juga (5 Februari 2014) peneliti mewawancarai seorang guru matematika kelas VIII SMP N 4 Medan yakni bapak R.Sianturi, S.Pd, menyatakan bahwa: Siswa hanya mampu menyelesaikan soal-soal matematika jika soal tersebut mirip atau serupa dengan contoh soal yang baru diberikan, jika soal tersebut bervariasi atau lain dari contoh soal yang diberikan maka siswa akan kesulitan untuk mengerjakan soal tersebut. Materi pythagoras merupakan materiyang cukup menantang untuk dipelajari karena dalam materiini siswa dituntut untuk menemukan serta membangun pemikirannya untuk membuktikan dan menggunakan Teorema Pythagoras serta bagaimana syarat berlakunya. Soal-soal Pythagoras juga dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif siswa. Materiini banyak dimunculkan dalam soal-soal olimpiade yang menggunakan kreativitas dalam mengerjakannya. Metode mengajar yang digunakan guru mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa akan merasa tertarik dan mau

6 berperan aktif dalam mencari pemecahan masalah, bukan hanya menerima saja sehingga tercapai tujuan pembelajaran yang kondusif. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode yang dapat mengajak siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif adalah metode penemuan terbimbing. Metode penemuan terbimbing adalah suatu metode yang mendorong siswa untuk berpikir sendiri, menganalisis, dan aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan dan mengarahkan siswa untuk meneruskan suatu pencapaian yang akan dituju. Metode penemuan terbimbing ini merupakan metode pengajaran yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Dalam penerapan metode ini siswa dituntut untuk lebih banyak belajar sendiri dan berusaha mengembangkan kreativitas dan pemecahan masalah yang dihadapinya sendiri. Metode pengajaran penemuan terbimbing akan menciptakan kondisi belajar yang efektif dan kondusif, serta mempermuda dan memperlancarkan kegiatan belajar mengajar. Dengan melihat latar belakang masalah tersebut peneliti terdorong untuk meneliti masalah tersebut dengan mengambil judul: Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajar Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing dan Metode Ekspositori pada Materi Teorema Pythagoras di Kelas VIII SMP Negeri 4 Medan T.A 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan,dapat diidentifikasi beberapa masalah antar lain : 1. Rendahnya hasil belajar matematika. 2. Siswa kurang mampu memahami konsep/prinsip matematika yang dipelajari. 3. Penggunaan metode mengajar yang kurang efektif sehingga tidak memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan.

7 1.3 Pembatasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini sehingga lebih spesifik dan terfokus serta mengingat luasnya aspek yang dapat diteliti maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode penemuan terbimbing dan pembelajaran metode ekspositori pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP N 4 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah : apakah hasil belajar yang diajar dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar yang diajar dengan metode ekspositori pada pokok materi pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 4 Medan tahun pelajaran 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar yang diajar dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada hasil belajar yang diajar dengan metode ekspositori pada materi teorema pythagoras di kelas VIII SMP Negeri 4 Medan tahun pelajaran 2013/2014 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai berikut: 1. Sekolah: sebagai bahan masukan bagi pimpinan sekolah terutama bagi guru tentang penggunaan metode penemuan terbimbing. 2. Guru: sebagai salah satu alternatif untuk memaksimalkan pembelajaran matematika khususnya pada materi teorema pythagoras. 3. Mahasiswa: sebagai calon guru matematika, diharapkan dapat memilih metode alternatif untuk mengajarkan materi pelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.

8 4. Peneliti berikutnya : Sebagai bahan pemikiran dan perkembangan dalam penelitian selanjutnya yang relevan dalam penelitian yakni pendidikan nonformal, formal, maupun informal. 5. Siswa: dengan menjadi seorang penemu yang dibimbing, siswa akan lebih kritis menggunakan idenya dalam menerapkan ilmunya di dunia pendidikan.