BAB I PENDAHULUAN. lalu, akuntan sangat diidentikkan dengan akuntan publik. Seiring dengan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis semakin berkembang disertai

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG MEMPENGARUHI SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (Studi pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang)

FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG MEMPENGARUHI SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (Studi pada Universitas Dian Nuswantoro Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. professional, dalam tindakan kesehariannya akan terlihat bahwa akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

Etika Profesi. Mia Fitriawati, M.Kom. 17/03/2016. Konsep. Etika Profesi merupakan pedoman nilai berperilaku yang disepakati pada tatanan suatu profesi

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi (SNI ). Perusahaan harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Semakin kompleks perekonomian perusahaan, semakin kompleks

BAB I PENDAHULUAN. yang telah ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi akuntan publik, akuntan internal, akuntan pemerintah, dan akuntan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN. Auditing adalah sebagai proses sistematis untuk secara objektif

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya

Judul : Pengaruh Etika Profesi, Efikasi Diri, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Intelektual, dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Auditor Nama

Abstrak. Kata kunci : Kinerja Auditor, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Independensi, Komitmen Organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ini disebabkan oleh faktor diantaranya praktik-praktik profesi yang

BAB I PENDAHULUAN. supremasi hukum. Namun, berdasarkan kondisi tersebut pemerintah masih tetap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan berlakunya kesepakatan Internasional mengenai pasar bebas. Profesi

BAB I PENDAHULUAN. bisnispun semakin ketat pula. Hal tersebut mengakibatkan para pelaku bisnis

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Persaingan antara perusahaan semakin meningkat diiringi berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya Kantor Akuntan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebanyakan perusahaan memanfaatkan orang-orang yang ber-

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. berarti adanya kebebasan perdagangan dan persaingan dagang di antara negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN. publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Profesi akuntan publik merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU ETIS AUDITOR (Survey pada Auditor di Surakarta dan Yogyakarta)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Semakin meluasnya kebutuhan jasa profesional akuntan sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan kesadaran etik/moral memainkan peran kunci. dalam semua area profesi akuntansi (Louwers et al dalam Muawanah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan oleh perusahaan. ISA (International Standard on Auditing) menegaskan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ekonomi mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan serta memberi keyakinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini akuntan dituntut untuk profesional

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, kreatif, inovatif, mandiri, dan bertanggung jawab, serta menjadi. Pendidikan akuntansi khususnya pendidikan akuntansi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit

BAB I PENDAHULUAN. pada laporan keuangan perusahaan terutama yang berbentuk Perseroan Terbatas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dengan meningkatnya kompetensi persaingan, profesi akuntan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan dibidang usaha pada saat ini semakin meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Financial Accounting Standard Board, terdapat dua karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara dibutuhkan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar perusahaan semakin meningkat, dan masalah yang dihadapi semakin UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kinerja auditor harus berpedoman pada Standar Profesional

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pemakai informasi akuntansi diklasifikasikan menjadi dua. kreditor, dan investor atau calon investor.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat saat ini memicu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas audit merupakan hal penting yang harus dipertahankan oleh para auditor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB I PENDAHULUAN. sekali menyimpang jauh, dari aktivitas moral. Padahal pertimbangan etika

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kepercayaan dari klien dan dari para pemakai laporan keuangan lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. mendorong munculnya pelaku bisnis baru sehingga menimbulkan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik merupakan sebuah profesi kepercayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

BAB I PENDAHULUAN. semua kepentingan menegakkan kebenaran, kemampuan teknis dan

BAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Saat ini profesi Akuntan Publik di Indonesia telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Audit dapat dikatakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. global. Profesi akuntan di Indonesia di era globalisasi ini semakin berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada dua teori etika yang dikenal sebagai etika deontologi dan teleologi.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan para tenaga ahli yang handal dalam bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa

: Tiga Asas Luhur dalam Kehidupan Manusia Terdiri dari 2 kegiatan belajar. 1. Asas Keutuhan Watak dan Asas Kesusilaan 2. Asas Keadilan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali terjadi kasus-kasus hukum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini pekembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya perusahaan-perusahaan yang sudah go public dapat memicu

BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat. Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Ikatan Akuntan. integritas dan obyektivitas dalam melaksanakan tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No.2,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bertujuan untuk memperoleh keuntungan yang sebesar besarnya (profitmaking)

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di dunia maju sekarang ini. Namun, selain kemampuan dan keahlian

PENDAHULUAN. semuanya akan berubah ). Peribahasa itu pun seolah menggambarkan keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

KUESIONER Laporan Keuangan PT AREN 31 Desember 2004 : Transaksi (untuk menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan

Unisba.Repository.ac.id. BAB l PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini kecurangan tidak asing lagi terdengar di berbagai informasi bisnis

PROFESIONALISME AUDITOR EKTERNAL TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS UNTUK TUJUAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN KLIEN

SKRIPSI. Oleh : MSY. FADHILAH DWINTASARI B

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya profesi akuntan telah banyak diakui oleh berbagai kalangan dan telah berkembang seiring dengan berkembangnya jaman. Beberapa tahun yang lalu, akuntan sangat diidentikkan dengan akuntan publik. Seiring dengan adanya globalisasi, profesi akuntan mulai berkembang tidak hanya sebagai akuntan publik namun juga beberapa profesi lainnya (Fadli, 2014). Masalah etika dalam akuntansi menyangkut masalah kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dalam melaksanakan tugasnya sebagai akuntan. Masalah ini berkaitan dengan praktik pelanggaran moral yang dilakukan oleh akuntan baik akuntan publik, akuntan manajemen maupun akuntan pemerintahan. Krisis kepercayaan dialami oleh para akuntan sejak merebaknya kasus-kasus yang melibatkan kantor akuntan publik di Indonesia (Lucyanda, 2012). Terbukti banyak perusahaan publik di dunia maupun di Indonesia mengalami kebangkrutan akibat adanya kesalahan dalam praktik sistem pengelolaannya yang tentu saja melibatkan profesi akuntan sebagai bagian dari manajemen yang tidak menjalankan kode etiknya. Sikap yang dimunculkan oleh seorang auditor yang mempertahankan nilai-nilai profesionalismenya dan kode etik profesi akan cenderung menjadi pemicu konflik. (Mahadewi dkk, 2015) Contoh kasus pelanggaran kode etik atau etika profesi, Menkeu Sri Mulyani membekukan ijin AP (Akuntan Publik) Drs. Petrus M. Winata dari KAP Drs. Mitra Winata dan Rekan selama 2 tahun yang terhitung sejak 15 Maret 2007, karena AP tersebut melakukan suatu pelanggaran atas SPAP (Standar Profesional Akuntan

Publik). Pelanggaran tersebut berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan audit terhadap Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya pada tahun buku 31 Desember 2004 yang dijalankan oleh Petrus. Selain itu Petrus juga melakukan pelanggaran terhadap pembatasan dalam penugasan audit yaitu Petrus melaksanakan audit umum terhadap Laporan Keuangan PT. Muzatek Jaya dan PT. Luhur Arta Kencana serta kepada Apartement Nuansa Hijau mulai tahun buku 2001 hingga tahun 2004. (Nicho, 2015) Selain akuntan, akhir-akhir ini makin banyak dan makin sering terdengar berita tentang isu/skandal pelanggaran etika di bidang keuangan yang dilakukan dan melibatkan oknum pejabat. Pelanggaran etika yang sudah sering terdengar, antara lain: insider trading, transaksi saham ilegal, proyeksi laporan keuangan yang direkayasa untuk memperoleh kredit bank, rekayasa laporan keuangan untuk tujuan pembayaran pajak atau untuk mendongkrak harga saham, dan sebagainya. Kasus yang berkaitan dengan profesi akuntansi yaitu kasus Mulyana W. Kusuma yang sempat menjadi perhatian publik pada tahun 2004 di awal bulan April. Mulyana W. Kusuma merupakan salah satu anggota KPU (Komisi Pemilihan Umum) yang diduga melakukan penyuapan terhadap anggota auditor BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yaitu Salman Khairiansyah yang saat itu akan melakukan audit keuangan yang berkaitan dengan pengadaan logistic pemilu. Setelah dilakukan pemeriksaan laporan keuangan, ternyata laporan tersebut akan diperiksa kembali dalam jangka waktu sebulan. Namun, setelah satu bulan laporan keuangan tersebut ternyata belum selesai dan pada saat itu terdengar kabar penangkapan Mulyana W. Kusuma. (Yogandita, 2015) Kode etik Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan tujuan dari profesi akuntan yakni memenuhi tanggung jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi,

mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik. Seorang auditor yang menjalankan profesinya sesuai dengan kode etik dapat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor individu yang berasal dari dalam diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. (Mahadewi dkk, 2015) Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka dan unsur psikologis manusia adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Zohar dan Marshall (2000) melihat fungsi otak dari 3 cara berpikir atau 3 ragam kecerdasan, yaitu: proses berpikir seri (otak Intellectual Quotient/IQ), berpikir asosiatif (otak Emotional Quotient/EQ), dan berpikir menyatukan (otak Spiritual Quotient/SQ). Berpikir seri (otak IQ) menggambarkan cara berpikir linier, logis, dan tidak melibatkan perasaan. Berpikir asosiatif (otak EQ) menciptakan asosiasi antar hal, misalnya nasi dengan rasa lapar, rumah dengan kenyamanan, dan sebagainya. Berpikir asosiatif melandasi sebagian besar kecerdasan emosional. Berpiikir menyatukan (otak SQ) mengintegrasikan fungsi IQ dan EQ sehingga dapat diperoleh suatu makna atau penyadaran diri (Agoes dan Ardana, 2013). Sikap para akuntan atau para pekerja profesional yang menyimpang dari nilai-nilai moral dapat dipengaruhi oleh kepribadian atau karakter dari akuntan itu sendiri, lingkungan bekerja atau lingkungan sehari-hari, budaya, pendidikan, kondisi ekonomi, dan gaya hidup. Jika para akuntan tidak memahami dan tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam jiwa dan kehidupan mereka, maka tindakan-tindakan yang menyimpang dan merugikan banyak pihak akan terus membudaya dan sulit untuk dihentikan. Karakter adalah kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Kompetensi ini mencakup pengembangan secara seimbang dan utuh ketiga lapisan, yaitu : fisik

(body), pikiran (mind), dan jiwa/roh (spiritual). Chopra (2005) menyebutkan ada 10 karakter sel yang seharusnya dapat dijadikan sebagai karakter umat manusia, yaitu : ada maksud yang lebih tinggi, kesatuan (keutuhan), kesadaran, penerimaan, kreatifitas, keberadaan, efisiensi, pembentukan ikatan, memberi, dan keabadian (Agoes dan Ardana, 2013). Manusia memiliki sifat yang cenderung tidak pernah merasa puas terhadap apa yang diperoleh sehingga ia selalu merasa kurang dan terus mencari. Bentuk dan keinginan ini sebagai pencarian manusia untuk mengubah kehidupan yang dimiliki, terutama mengubah nasib hidup. Sehingga banyak umat manusia yang bekerja dengan keras untuk mengejar tercapainya penghidupan yang layak termasuk melupakan norma-norma yang berlaku. Semua ini sering dilakukan dengan tujuan untuk menampilkan perubahan dalam nasib hidupnya dan termasuk mengesampingkan perasaan-perasaan yang melanggar norma-norma yang berlaku di masyarakat. Memang nasib menjadi sesuatu yang sangat terlihat sementara perasaan sulit untuk dilihat, karena perasaan tersimpan jauh di dalam hati. Semakin keras seseorang bekerja maka semakin baik ia mampu untuk mengubah nasibnya, maka perubahan nasib termasuk dengan melakukan perubahan karakter. Yaitu dari karakter malas menjadi karakter yang rajin. (Fahmi, 2013) Ini sebagaimana dikatakan oleh Agoes dan Ardana bahwa, Nasib seseorang mencerminkan karakternya, dan karakter seseorang berasal dari kebiasaan dan tindakannya. Tindakan seseorang ditentukan oleh pikirannya, sedangkan pikiran seseorang sangat dipengaruhi oleh perasaan (emosi)-nya dan pada akhirnya tingkat kematangan emosi/perasaan seseorang akan mencermikan tingkat kematangan kesadaran (spiritual) seseorang (Fahmi, 2013). Kasus-kasus yang dilakukan oleh para akuntan seharusnya tidak akan terjadi jika para akuntan melakukan pekerjaan yang

diberikan secara profesional serta menjunjung nilai, norma, dan etika tertentu. Profesional disini berarti dia sanggup melakukan sesuatu berdasarkan apa yang seharusnya ia lakukan sebagai konsekuensi dari pekerjaan yang dia tempuh dengan tetap bertahan dari tekanan terhadap diri, yang biasanya tekanan tersebut datang dari dalam diri, seperti keinginan untuk berbuat curang, maupun dari luar, seperti ajakan dari atasan untuk melakukan mark up. (Fadli, 2014) Salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap sikap atau perilaku seorang akuntan adalah pendidikan. Seorang mahasiswa akuntansi harus memahami secara dalam pendidikan mengenai sikap etis, namun masalahnya banyak mahasiswa yang minatnya rendah untuk memahami apa itu pendidikan. Pendidikan hanya dipandang sebagai formalitas saja tanpa memikirkan fungsi dan manfaatnya bagi masa depan. Di Indonesia, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan individu dan juga membentuk watak individu agar dapat menjadi individu yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Tujuan pendidikan nasional seperti yang terdapat pada UUD 1945 yang telah diamandemen Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang. Selanjutnya Pasal 31, ayat 5 UUD yang sama, Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia (Fadli, 2014). Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diriya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UU No. 2 Tahun 1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang. Salah satu tempat memperoleh pendidikan adalah perguruan tinggi. (Simanjorang dan Sipayung, 2012) Salah satu fungsi perguruan tinggi dalam negeri adalah berperan aktif dalam pembangunan masyarakat dan negara yaitu melalui pendidikan sehingga lewat pendidikan terciptalah sumber-sumber daya manusia yang berkualitas. Mahasiswa merupakan sumber daya manusia pembaharu yang dapat memberi pengaruh baik kepada negara ini melalui peran sekecil apapun. Mahasiswa juga diharapkan menjadi generasi-generasi yang dapat memperbaiki negara. Dalam kemajuan ilmu teknologi dan pengetahuan serta komunikasi seharusnya mampu membantu manusia dalam hal pencarian strategi untuk pembangunan bangsa ini, bukan malah tertelan oleh modernisasi (Simanjorang dan Sipayung, 2012). Tujuan pendidikan tidak hanya dalam hal intelektual saja, pendidikan juga harus dapat mengembangkan peserta didik dari segi emosi, sikap, dan kemampuan spiritual. Dengan kata lain, pendidikan harus dapat mengembangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual agar peserta didik dapat menjadi insan yang tidak hanya berilmu namun juga dapat bersikap (Fadli, 2014). Mahasiswa saat ini tidak hanya dituntut memiliki kecerdasan dan kemampuan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaannya tetapi juga memiliki sikap dan perilaku serta pembawaan diri yang baik, karena hal ini menjadi nilai lebih bagi mahasiswa yang memilikinya. Kecerdasan dan sikap adalah dua hal yang tidak mudah untuk dipadukan. Butuh kemauan dan niat yang

kuat agar kedua hal tersebut dapat terwujud di dalam diri manusia. (Simanjorang dan Sipayung, 2012) Terbongkarnya kasus-kasus khususnya yang berhubungan dengan praktek akuntansi seperti manajemen laba memberikan kesadaran tentang betapa pentingnya peran dunia pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang cerdas dan bermoral. Etika sendiri sangat penting untuk diterapkan dalam menciptakan nilai moral yang baik. Etika benar-benar harus dimiliki dan diterapkan oleh diri kita masing-masing sebagai modal utama moralitas kita pada kehidupan. Selain itu, etika dapat membuat kita menjadi lebih tanggung jawab, adil, dan responsif. Pendidikan di bidang akuntansi harus dapat menciptakan calon akuntan yang menjujung tinggi nilai-nilai etis. Sebab, jika seorang akuntan tidak memiliki nilai etis maka akan sangat merugikan diri sendiri, masyarakat, dan badan-badan yang menaungi akuntan publik. Hal itu akan membuat masalah utama yaitu kepercayaan masyarakat akan terus menurun terhadap seorang akuntan. Lembaga pendidikan perlu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi mahasiswa akuntansi dalam bersikap secara etis. (Fadli, 2014) Beberapa penelitian mengenai sikap etis yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti-peneliti sebelumnya, Menurut Lucyanda (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Faktor-faktor yang memengaruhi perilaku etis mahasiswa akuntansi universitas bakrie berdasarkan hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi Universitas Bakrie. Sedangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual, gender, locus of control, dan sensitivity equity tidak berpengaruh terhadap perilaku etis mahasiswa akuntansi Universitas Bakrie.

Menurut Fadli (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan sosial terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi menyatakan bahwa hanya kecerdasan emosional yang berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi, sedangkan kecerdasan spiritual dan kecerdasan sosial tidak berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Menurut Simanjorang dan Sipayung (2012) dalam penelitiannya yang bejudul Pengaruh kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa manajemen fakultas ekonomi universitas sumatera utara menyatakan bahwa kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Menurut Ika (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh kecerdasan emosional dan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi dipandang dari segi gender menyatakan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual secara simultan berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Sedangkan secara parsial hanya kecerdasan spiritual yang berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. Menurut Mahadewi, Diatmika, dan Adiputra (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Intelligence Quotient (IQ), dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) terhadap Perilaku Etis Profesi Akuntan Publik dengan Locus of Control sebagai Variabel Moderasi menyatakan bahwa Intelligence Quotient (IQ) dan Emotional Spiritual Quotients (ESQ) berpengaruh terhadap perilaku etis profesi akuntan publik.

Penelitian Agustini dan Herawati (2013) berjudul Pengaruh Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Sikap Etis Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara simultan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap sikap etis mahasiswa S1 akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Sedangkan secara parsial hanya kecerdasan intelektual yang berpengaruh dominan terhadap sikap etis mahasiswa S1 akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Penelitian ini merupakan replika dari penelitian Agustini dan Herawati (2013). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terdapat pada objek penelitian dan tahun penelitian. Pada penelitian sebelumnya, objek penelitian dilakukan pada mahasiswa akuntansi S1 di Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja pada tahun 2013 yang difokuskan pada aspek individual yang mempengaruhi sikap etis mahasiswa akuntansi S1 Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, yaitu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual. Sedangkan penelitian ini dilakukan pada mahasiswa akuntansi S1 yang telah menempuh mata kuliah etika profesi di Universitas Dian Nuswantoro Semarang pada tahun 2016 dengan fokus yang sama dengan penelitian sebelumnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, banyak kasus-kasus yang terjadi di kalangan akuntan dan para pekerja profesional di bidang keuangan yang menyimpang dari sikap etis. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membahas masalah yag berhubungan dengan FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU YANG

MEMPENGARUHI SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI (STUDI PADA UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi? 2. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi? 3. Apakah kecerdasan spiritual berpengaruh terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan intelektual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. 2. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi. 3. Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap sikap etis mahasiswa akuntansi.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis terutama yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 2. Bagi Pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai pentingnya kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual untuk mengembangkan sikap etis mahasiswa akuntansi sebagai cikal bakal lahirnya seorang akuntan yang akan terjun ke masyarakat. 3. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan menjadi tambahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu juga dapat memberikan masukan untuk lebih mengembangkan sistem pendidikan akuntansi yang lebih baik agar tercipta sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. 1.5 Sistematika Penulisan Penelitian skripsi ini dibagi menjadi 5 bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa sub-bab, diantaranya adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terdiri dari landasan teori yang mendukung perumusan hipostesis, kerangka konseptual yang memperjelas maksud dari penelitian, dan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini terdiri dari variabel penelitian dan definisi operasional variabel, penentuan sampel, jenis dan sumber daya, metode pengumpulan data, dan metode analisis. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini terdiri dari data penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan hasil analisis, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.