BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan sangat dinamis di abad perdagangan bebas seperti saat ini. Perdagangan dunia menuntut perusahaan-perusahaan yang sudah ada untuk mampu terus bertahan dan berkembang. Untuk dapat tetap bertahan dan berkembang perusahaan harus mampu memberikan nilai kepada konsumen agar perusahaan tetap mampu meraup keuntungan untuk terus going concern. PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) dibentuk dari hasil konsolidasi BUMN yang berdasarkan PP Nomor 6 tahun 1996, tanggal 14 Februari 1996 dikukuhkan dengan Akta Pendirian Nomor 34 tanggal 11 Maret 1996 oleh Notaris Harun Kamil, SH di Jakarta. Berdasarkan anggaran dasar PTPN I 2008 pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa maksud dan tujuan perseroan ini adalah melakukan usaha dibidang agro bisnis dan agro industri, serta optimalisasi penempatan sumber daya perseroan untuk menghasilkan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan atau mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perseroan dengan menggunakan prinsip-prinsip perseroan terbatas. Oleh karena PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I) yang terletak di Aceh, Langsa merupakan salah satu BUMN yang bertujuan mencari profit. Kinerja perusahaan dituntut sama dengan perusahaan swasta yang profit oriented. Statusnya yang merupakan Persero Terbatas menuntut direkturnya untuk dapat meningkatkan kinerja keuangannya. 1
Tabel 1.1 Annual report PTPN 1 tahun 2014 Sumber : annual report PTPN1 2014 Dari annual report PTPN 1 tahun 2014 dapat dilihat bahwa Tingkat rentabilitas dan likuiditas mengalami penurunan setiap tahunnya, begitu pula tingkat solvabilitas perusahaan yang naik pada tahun 2013 namun mengalami penurunan pada tahun berikutnya dan tingkat persentase DER yang turun pada tahun 2013 walaupun pada akhirnya mengalami kenaikan pada tahun 2014. Data tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan kinerja keuangan oleh PTPN 1 Langsa. Menurut Djuitaningsih dan Rahman (2011) kecakapan manajerial akan berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Karenanya kinerja manajerial yang kompeten dinilai penting untuk terus menunjang peningkatan kinerja keuangan, sehingga perlu diteliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja manajerial. Kinerja manajerial yang dimaksud adalah seberapa efektif dan efisien manajer telah bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja manajerial diantaranya komitmen organisasi, partisipasi anggaran dan kepuasan kerja. 2
Menurut Hansen dan Mowen (2004), Setiap entitas pencari laba ataupun nirlaba bisa mendapatkan manfaat dari perencanaan dan pengendalian yang diberikan oleh anggaran. Perencanaan dan pengendalian merupakan dua hal yang saling berhubungan. Perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat ke belakang, memutuskan apakah yang sebenarnya telah terjadi dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Anggaran merupakan elemen penting dalam perencanaan. Munandar (2001) mengungkapkan pengertian anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Swenny dan Rachlin (1987) mengatakan ada dua tipe anggaran yaitu anggaran yang disediakan (imposed budget) dan partisipasi anggaran (participative budget). Pada pendekatan partisipasi anggaran seluruh tingkatan manajemen dilibatkan dalam penyusunan anggaran yang biasa disebut dengan bottom up approach. Pendekatan partisipasi anggaran oleh para manajer menengah dan bawah akan berdampak positif terhadap kinerjanya. Sulianti (2009) mengatakan komitmen merupakan kondisi psikologis yang mencirikan hubungan antara karyawan dengan organisasi dan memiliki implikasi bagi keputusan individu untuk tetap berada atau meninggalkan organisasi. Perilaku positif akan muncul ketika tujuan tiap karyawan selaras dengan tujuan 3
organisasi. Sebaliknya, perilaku disfungsional akan terjadi ketika muncul perilaku individu yang tidak selaras dengan organisasi. Salah satu contoh perilaku disfungsional adalah bahwa karyawan dapat secara sadar berusaha untuk tidak menunjukkan kinerja yang lebih baik dari yang dianggarkan agar mengurangi kemungkinan penentuan tingkatan kinerja yang dianggarkan lebih tinggi (Welsch, 2000). Kepuasan kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap karyawan agar produktivitasnya tetap baik. Kepuasan kerja disini merupakan hal yang bersifat individual. Masing-masing individu organisasi pasti memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang dianutinya pada semua organisasi, kepuasan kerja selalu mendapatkan tempat yang sangat penting bagi perilaku organisasi Supriono dalam Adrianto (2008). Sumber : annual report PTPN1 2014 Gambar 1.1 Indeks Kepuasan Karyawan PTPN1 Tahun 2014 4
Indeks kepuasan karyawan diatas menggambarkan bahwa karyawan merasa cukup puas terhadap pekerjaannya pada PTPN 1 Langsa. Namun kinerja keuangan pada tahun tersebut tetap menurun. Iksan dan Ishak (2005) menemukan bahwa jika partispasi diterapkan dalam situasi yang tidak tepat, maka partisipasi justru dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Sehingga motivasi dapat menjadi pengaruh tidak langsung terhadap kinerja karyawan. Hal ini menimbulkan pandangan bahwa ada kemungkinan terdapat pengaruh tidak langsung kepuasan kerja terhadap kinerja manajerial dari variabel yang bisa memediasi. Sehingga motivasi dipilih sebagai variabel intervening atau variabel mediasi. Menurut Siswanto (2008) motivasi adalah (1) setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang sangat mempengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk untuk berperilaku dan bertindak, (2) pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu, (3) setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang, (4) proses yang menentukan gerakan atau perilaku individu kepada tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (1993), motivasi sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerjasama bekerja efektif dan berintegrasi dengan segala upaya untuk mencapai tujuan. Penelitian mengenai kinerja majerial telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan menggunakan faktor-faktor berbeda yang diyakini dapat mempengaruhi kinerja manajerial perusahaan dengan hasil yang berbeda-beda pula, seperti penelitian: Pasaribu (2009) yang meneliti tentang pengaruh 5
komitmen, persepsi dan penerapan pilar dasar total quality management terhadap kinerja manajerial (survei pada BUMN manfufaktur di Indonesia). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel komitmen organisasi mempengaruhi kinerja manajerial. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Octavia (2009) dengan hasil penelitiannya yang berjudul pengaruh partisipasi anggaran, gaya kepimpinan, dan komitmen organisasi terhadap kinerja manajerial pada PT. POS (Persero) Medan menyatakan komitmen organisasi memberikan pengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Berbeda dengan hasil penelitian Azizah (2012) yang menunjukkan bahwa komitmen organisasi sebagai variabel independen tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap kinerja manajerial. Hafiz (2007) juga melakukan riset tentang kinerja manajerial dengan menggunakan variabel partisipasi anggaran. Hasil risetnya menunjukkan partisipasi anggaran berpengaruh pada kinerja manajerial seperti halnya penelitian Nurcahyani (2010) yang menyatakan partisipasi anggaran berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial. Sedangkan menurut Pramesthiningtyas (2011) dan Sinaga (2009) partisipasi anggaran tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja manajerial. Tunti (2008) pada penelitiannya menyatakan bahwa kepuasan kerja secara parsial mempengaruhi kinerja manajerial sedangkan menurut hasil penelitian Zuhri (2015), kepuasan kerja secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial. Penelitian ini memodifikasi penelitian Sinaga (2009) dengan menambahkan variabel independen Kepuasan Kerja dan motivasi sebagai variabel intervening. Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian terdahulu, peneliti tertarik utnuk 6
melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran, Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial dan Motivasi sebagai variabel Intervening (studi pada PTPN 1 Langsa) 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial? 2. Apakah Motivasi berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial? 3. Apakah Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap Kinerja Manajerial melalui Motivasi sebagai variabel intervening? 1.3 Tujuan Penelitan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial pada PTPN 1 Langsa. 2. Untuk mengetahui pengaruh Motivasi terhadap Kinerja Manajerial pada PTPN 1 Langsa. 3. Untuk mengetahui apakah Motivasi merupakan variabel intervening antara hubungan Komitmen Organisasi, Partisipasi Anggaran dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Manajerial pada PTPN 1 Langsa. 7
1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peneliti Untuk menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja manajerial perusahaan. 2. Akademisi Sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah yang serupa dan sebagai tambahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. 3. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi dalam upaya meningkatkan kinerja manajerial perusahaan. 8