BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return Saham Menurut Jogiyanto (2000:107), return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa : 1. Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan. Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi (expected return) dan risiko di masa datang. 2. Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Menurut Brigham et al., (1999:192), pengertian dari return adalah measure the financial performance of an investment. Pada penelitian ini, return digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Menurut Jones, (2000:124) Return is yield and capital gain (loss) (1) Yield, yaitu cash flow yang dibayarkan secara periodik kepada pemegang saham (dalam bentuk deviden), (2) Capital gain (loss), yaitu selisih antara harga saham pada saat pembelian dan harga saham pada saat penjualan. Hal tersebut diperkuat oleh Corrado dan Jordan (2000: 5) yang menyatakan bahwa.return from investment security is cash flow and capital gain/loss.. Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan saham
investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari dividen dan capital gain/loss. Tujuan investor dalam berinvestasi adalah untuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan pengembalian yang diinginkan. Disisi lain, return pula memiliki peran yang amat signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham. Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan adalah return total (total return), return relatif (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return). Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total yang sering disebut dengan return saja terdiri atas capital gain (loss) dan yield. Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Untuk saham, capital gain terjadi jika harga saham pada periode tertentu lebih tinggi dari periode sebelumnya. Sebaliknya jika harga saham pada periode tertentu lebih rendah dari periode sebelumnya maka akan terjadi capital loss, sedangkan yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.
2.1.2 Debt To Equity Ratio Untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang salah satunya dapat dilihat melalui debt to equity ratio. Debt to Equity Ratio mencerminkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dengan total shareholder s equity (total modal sendiri). Total debt merupakan total liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang), sedangkan total shareholder s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang di setor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Menurut Darsono (2005:54), Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya 2.1.3 Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan bisa dilihat dari total asset perusahaan. Menurut Astuti dan Zuhrotun (2007:124), perusahaan dengan total asset yang besar mencerminkan kemapanan perusahaan. Perusahaan yang sudah mapan biasanya kondisi keuangannya juga sudah stabil. Dengan demikian, perusahaan yang besar mempunyai biaya produksi informasi yang lebih rendah daripada perusahaan kecil.suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar modal. Karena kemudahan
untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti fleksibilitas lebih besar dan tingkat kepercayaan investor juga lebih besar karena mempunyai kinerja operasional yang lebih besar. Perusahaan besar mampu menarik minat investor yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan kecil karena mempunyai fleksibilitas penempatan investasi yang lebih baik. Variabel ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural dari total aset. Hal ini dikarenakan besarnya total aset masing-masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Untuk menghindari adanya data yang tidak normal tersebut maka data total aset perlu diproksikan menjadi logaritma natural total aset. 2.1.4 Book To Market Ratio Book to market ratio adalah nilai perbandingan antara nilai buku (book value) perusahaan terhadap nilai pasarnya (market value). Book to market ratio merupakan rasio yang digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja perusahaan melalui harga pasarnya. Semakin rendah nilai book to market ratio, menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh investor (Saputra dan Murtini dalam Trisnadewi, 2012). Nilai pasar adalah harga saham yang terjadi dipasar saham pada saatsaat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar saham. Sedangkan nilai buku menunjukkan aktiva bersih (net asset) yang dimiliki oleh pemegang saham, sama dengan total ekuitas pemegang saham. Perusahaan yang berjalan
baik biasanya memiliki rasio book to market dibawah 1, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Beberapa alasan investor menggunakan book to market ratio di dalam menganalisis investasi antara lain (Fitriati, 2010): 1. Book value memberikan pengukuran yang relatif stabil, untuk dibandingkan dengan market price. Untuk investor yang tidak mempercayai estimasi discounted cash flow, book value dapat menjadi benchmark dalam memperbandingkan dengan market price. 2. Karena standar akuntansi yang hampir sama pada setiap perusahaan, book to market ratio bisa dikomparasikan dengan perusahaan lain yang berada pada satu sektor, untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut masih undervalue atau sudah overvalue. 3. Perusahaan dengan earnings negatif, sehingga tidak bisa dinilai dengan menggunakan earning-price ratio, dapat dievaluasi dengan menggunakan book to market ratio. Perusahaan yang mempunyai book value negatif, lebih sedikit daripada perusahaan yang mempunyai earnings negatif. 2.1.5 Momentum Dalam investopedia, momentum diartikan sebagai tingkat laju harga atau volume sekuritas yang merupakan kelanjutan dari tren. Investor akan membeli saham ketika harga terus naik, dan menjual sahamnya ketika pergerakan naiknya telah melemah dan berbalik arah. Indikator yang digunakan adalah nilai penutupan periode saat ini terhadap nilai penutupan periode sebelumnya. Jika indikator tersebut bernilai positif, berarti telah terjadi kenaikan (tren naik). Investor yang mengacu pada momentum menggunakan pergerakan bursa untuk membeli dan menjual saham di bursa. Jika saham diperkirakan akan mengalami kenaikan (bullish), investor akan membeli saham dan menjualnya ketika bursa akan mengalami penurunan (bearish). Perkiraan saham akan mengalami kenaikan atau penurunan dilihat
berdasarkan pada kinerja saham tersebut di masa lalu. Perilaku ini disebut juga dengan market timing investment strategy. 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Fitriati (2010) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara distress risk, firm size, dan book to market ratio terhadap return saham. Penelitian Fitriati tersebut mengambil sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2005 2008. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa adanya pengaruh antara variabel distress risk, firm size secara negatif terhadap return saham, serta adanya pengaruh variabel book to market ratio secara positif terhadap return saham. Hermawan (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara debt to equity ratio, earning per share dan net profit margin terhadap return saham. Penelitian tersebut mengambil sampel dari perusahaan perbankan yang listing di BEI tahun 2008-2010. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara debt to equity ratio dan earning per share secara parsial terhadap return saham, sedangkan net profit margin secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Darusman (2012) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh antara variabel firm size, book to market ratio, price earning ratio, dan momentum terhadap return saham. Penelitian ini Darusman tersebut mengambil sampel sebanyak 27 perusahaan yang terdaftar dalam LQ 45 selama periode 2009-2011. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa secara parsial return saham dipengaruhi oleh variabel momentum. Sedangkan variabel lainnya yaitu firm size,
book to market ratio, price earning ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Pada tahun yang sama, penelitian Syahputra (2012) yang meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum terhadap return saham pada 30 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009 2011 menunjukkan bahwa ada dua variabel independen yang berpengaruh terhadap return saham yaitu masing-masing ukuran perusahaan dan momentum secara parsial dan terdapat satu variabel independen yang tidak memiliki pengaruh terhadap return saham yaitu variabel book to market ratio. Selain itu, dalam penelitian ini dibuktikan juga bahwa secara simultan terdapat pengaruh ketiga variabel independennya yaitu ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum secara signifikan terhadap return saham. berikut: Tinjauan penelitian terdahulu secara lebih jelas ditampilkan pada tabel 2.1 Tabel 2.1 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Peneliti Judul Variabel Kesimpulan Ika Rosyada Fitriati (2010) Analisis Hubungan Distress Risk, Firm Size, Dan Book To Market Ratio Dengan Return Saham Independen: Distress Risk, Firm Size, Dan Book To Market Ratio Dependen: Return Saham Terdapat pengaruh antara variabel distress risk, firm size secara negatif terhadap return saham, serta adanya pengaruh variabel book to market ratio secara positif terhadap return saham.
Dery Darusman (2012) Hermawan (2012) Rizky Syahputra (2012) Analisis Pengaruh Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum Terhadap Return Portofolio Saham Pengaruh Debt To Equity Ratio, Earning Per Share Dan Net Profit Margin Terhadap Return Saham Pengaruh Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio Dan Momentum Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2013 Independen: Firm Size, Book to Market Ratio, Price Earning Ratio, dan Momentum Dependen: Return Saham Independen: Debt To Equity Ratio, Earning Per Share dan Net Profit Margin Dependen: Return Saham Independen: Ukuran Perusahaan, Book To Market Ratio Dan Momentum Dependen: Return Saham Hanya variabel momentum yang memiliki pengaruh terhadap return saham, sedangkan variabel lainnya yaitu firm size, book to market ratio, price earning ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Debt to equity ratio dan earning per share secara parsial berpengaruh terhadap return saham, sedangkan net profit margin secara parsial tidak berpengaruh terhadap return saham. Variabel ukuran perusahaan dan momentum secara parsial memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, sedangkan book to market ratio tidak brepengaruh signifikan terhadap return saham. Secara simultan terdapat pengaruh ukuran perusahaan, book to market ratio dan momentum secara signifikan terhadap return saham.
2.3 Kerangka Konseptual Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori akuntansi positif untuk membangun kerangka konseptual. Teori akuntansi positif berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik akuntansi yang ada dalam masyarakat. Teori akuntansi positif menjelaskan sebuah proses yang menggunakan kemampuan, pemahaman dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman bagi pembuat kebijakan akuntansi dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari sebuah investasi. Return saham berupa return realisasi (realized return) atau actual return, yaitu return yang telah terjadi. Return realisasi dihitung berdasarkan data historis. Capital gain/ loss merupakan selisih dari harga saham periode sekarang dengan harga saham periode sebelumnya. Return saham sangat sensitif terhadap faktor fundamental dan harapan para investor. Untuk melakukan analisis fundamental perusahaan, maka dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Rasio keuangan yang sangat penting antara lain debt to equity ratio, ukuran perusahaan, book to market ratio, dan momentum.
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan kerangka konseptual penelitian pada gambar 2.1. Debt To Equity Ratio (X1) Ukuran Perusahaan ( X2) Book To Market Ratio(X3) Return Saham ( Y ) Momentum (X4 ) Sumber : Hasil Olahan Peneliti, 2013 Gambar 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Debt to equity ratio merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. Debt to Equity Ratio (DER) akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan menyebabkan apresiasi harga saham. Menurut Hermawan (2012), DER memiliki pengaruh negatif terhadap return saham. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER), maka akan mengakibatkan return saham turun. DER yang terlalu tinggi mempunyai dampak buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang yang semakin tinggi menandakan beban bunga perusahaan akan semakin besar dan mengurangi keuntungan. Sehingga semakin tinggi hutang (DER) cenderung menurunkan return saham.
Ukuran perusahaan (firm size) merupakan ukuran besar atau kecilnya suatu perusahaan. Menurut Fitriati (2010) dan Syahputra (2012), ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap return saham. Ukuran sebuah perusahaan diukur dengan menggunakan logaritma natural dari total aset perusahaan yang menjadi sampel didalam penelitian ini. Bentuk logaritma digunakan karena pada umumnya nilai aset perusahaan sangat besar, sehingga untuk menyeragamkan nilai dengan variabel lainnya nilai aset sampel diubah kedalam bentuk logaritma terlebih dahulu. Book to Market Ratio merupakan perbandingan antara nilai buku saham suatu perusahaan dengan nilai pasarnya di pasar modal. Hasil penelitian Fitriati (2010) membuktikan adanya pengaruh variabel Book to Market Ratio secara positif terhadap return saham. Dengan kata lain, semakin rendah rasio ini menandakan semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. Momentum adalah tingkat laju harga atau volume sekuritas yang berkelanjutan. Indikator yang digunakan untuk mengukur momentum adalah nilai penutupan periode saat ini terhadap nilai penutupan periode sebelumnya. Penelitian Darusman (2012) dan Syahputra (2012) membuktikan adanya pengaruh signifikan antara variabel momentum terhadap return saham. Investor yang mengacu pada momentum menggunakan pergerakan bursa untuk membeli dan menjual saham di bursa. Jika saham diperkirakan akan mengalami kenaikan (bullish), investor akan membeli saham dan menjualnya ketika bursa akan mengalami penurunan (bearish). Perkiraan saham akan mengalami kenaikan atau penurunan dilihat berdasarkan pada kinerja saham tersebut di masa lalu.
2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Rochaety (2007 : 31), hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 1. H1: Terdapat pengaruh debt to equity ratio, ukuran perusahaan, book to market ratio, dan momentum secara parsial terhadap retun saham. 2. H2: Terdapat pengaruh debt to equity ratio, ukuran perusahaan, book to market ratio, dan momentum secara simultan terhadap retun saham.