BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu mengalami peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Dimasa ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa (Rumini, 2000). Berdasarkan World Health. Organization (WHO) (2010), masa remaja berlangsung antara usia 10-20

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. masa estetik. Pada masa vital anak menggunakan fungsi-fungsi biologisnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB II TINJAUAN TEORI

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I. saja kesukaran pada individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi orang. tuanya. Hal ini disebabkan karena masa remaja merupakan masa transisi

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UKM Olahraga merupakan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB V HASIL PENELITIAN

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. oleh orang tuanya tentang moral-moral dalam kehidupan diri anak misalnya

BAB I PENDAHULUAN. membentuk perilaku sosial anak menjadi lebih baik dan berakhlak.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN BUDI ANNA KELIAT

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. secara fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif, dan prestasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena orang tua yang menginterpretasikan tentang dunia dan masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). 2. Peran Orang Tua Orang tua selalu menginginkan remajanya agar tumbuh menjadi seorang individu yang matang secara sosial. Dalam sebuah keluarga idealnya ada dua individu yang berperan yaitu pertama, peran seorang ibu yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. Kedua, peran seorang ayah yang bertanggung jawab memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajaran agama, mendisiplinkan, mengendalikan, turut dalam mengasuh anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (Santrock, 2007). Peran ayah dan ibu merupakan satu kesatuan peran yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Menurut Covey terdapat 4 prinsip peran keluarga atau orang tua (Yusuf, 2009), antara lain: a. Sebagai modelling Orang tua adalah contoh atau teladan bagi seorang anak baik dalam menjalankan nilai-nilai spiritual atau agama dan norma yang

berlaku di masyarakat. Orang tua mempunyai pengaruh sangat kuat dalam kehidupan anak karena tingkah laku dan cara berpikir anak dibentuk oleh tingkah laku dan cara berpikir orang tuanya baik positif maupun negatif. Peran orang tua sebagai modelling tentunya dipandang sebagai suatu hal yang mendasar dalam membentuk perkembangan dan kepribadian anak serta seorang anak akan belajar tentang sikap peduli dan kasih sayang. b. Sebagai mentoring Orang tua adalah mentor pertama bagi anak yang menjalin hubungan, memberikan kasih sayang secara mendalam baik secara positif maupun negatif, memberikan perlindungan sehingga mendorong anak untuk bersikap terbuka dan mau menerima pengajaran. Selain itu orang tua menjadi sumber pertama dalam perkembangan perasaan anak yaitu rasa aman atau tidak aman, dicintai atau dibenci. c. Sebagai organizing Orang tua mempunyai peran sebagai organizing yaitu mengatur, mengontrol, merencanakan, bekerja sama dalam meyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi, meluruskan struktur dan sistem keluarga dalam rangka membantu menyelesaikan hal-hal yang penting serta memenuhi semua kebutuhan keluarga. Orang tua harus bersikap adil dan bijaksana dalam menyelesaikan permasalahan terutama

menghadapi permasalahan anak-anaknya supaya tidak timbul kecemburuan. d. Sebagai teaching Orang tua adalah guru yang mempunyai tanggung jawab mendorong, mengawasi, membimbing, mengajarkan anak-anaknya tentang nilai-nilai spiritual, moral dan sosial serta mengajarkan prinsip-prinsip kehidupan sehingga anak memahami dan melaksanakannya. Peran orang tua sebagai teaching adalah menciptakan Conscious competence pada diri anak yaitu mereka mengalami tentang apa yang mereka kerjakan dan alasan tentang mengapa mereka mengerjakan itu. Selain itu orang tua adalah pendidik utama anak, pengamat, pendengar, pemberi cinta yang selalu mengamati dan mendengarkan ungkapan anak. Di saat anak mempunyai masalah, bimbingan orang tua membantu anak dalam memahami apa yang sedang terjadi karena anak mudah mempunyai sikap pesimis, kurang percaya diri dengan kemampuan sendiri (McIntire, 2005). B. Spiritual 1. Pengertian Spiritualitas adalah suatu keyakinan atau kepercayaan yang dimiliki seseorang hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Dwidiyanti, 2008).

2. Aspek-Aspek Spiritual Menurut Burkhardt (1993) dalam Hamid (1999) ada beberapa aspekaspek spiritual antara lain: a. Spiritual merupakan berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui, mempunyai rasa keterikatan dengan diri sendiri dan Tuhan Yang Maha Kuasa. b. Menemukan arti dan tujuan dari hidup. c. Sadar akan kemampuannya untuk menggunakan kekuatan dalam dirinya sendiri. 3. Perkembangan Spiritual Menurut Westerhoff s dalam Hidayat (2009) berdasarkan kategori umurnya perkembangan spiritual seseorang dibagi menjadi 4, yaitu: a. Usia anak-anak Usia anak-anak adalah masa awal anak mengenal semuanya, begitu juga dengan perkembangan spiritual. Pada usia ini perkembangan kepercayaan berdasarkan pengalaman seperti mengikuti ritual atau meniru orang lain dan mencontoh kegiatan keagamaan orang disekelilingnya terutama keluarga. Anak mulai bertanya dan mencari tahu tentang pencipta dan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan karena seorang anak belum mempunyai pemahaman betul tentang salah atau benar.

b. Usia remaja akhir Usia remaja akhir adalah usia yang sudah mulai mempunyai kepercayaan yang lebih dibandingkan usia anak-anak. Pada usia ini remaja sudah mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan spiritual seperti keinginan berdoa kepada penciptanya, meminta pertolongan kepada Tuhan. Apabila kebutuhan spiritual tidak terpenuhi akan timbul perasaan kecewa. c. Usia awal dewasa Usia awal dewasa adalah usia pencarian kepercayaan atau keyakinan yang dikaitkan secara kognitif dan selalu berpikir secara rasional serta timbul perasaan akan penghargaan terhadap kepercayaannya. d. Usia pertengahan dewasa Usia pertengahan dewasa adalah usia yang sudah mempunyai kepercayaan yang kuat dari diri sendiri meski terdapat perbedaan keyakinan yang lain dan lebih mengerti akan kepercayaan dirinya. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Spiritual Menurut Hidayat (2009) ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual seseorang, yaitu: a. Perkembangan Pada dasarnya manusia mempunyai perkembangan yang berbedabeda, begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan spiritual. Usia perkembangan menjadi salah satu faktor yang dapat menentukan

terpenuhinya kebutuhan spiritual seseorang karena dalam setiap tahap perkembangan seseorang memiliki cara meyakini kepercayaan terhadap Tuhan. b. Keluarga Keluarga atau orang tua menjadi salah satu peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan spiritual karena mempunyai ikatan emosional yang kuat antara yang satu dengan yang lain sebagai tempat mengajarkan nilai-nilai spiritual dan mempunyai intensitas bertemu atau berinteraksi sering dalam kehidupan sehari-hari. c. Ras atau suku Pada umumnya manusia terdiri dari berbagai ras, suku atau golongan yang berbeda-beda sehingga proses pemenuhan kebutuhan spiritual seseorang juga berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain sesuai dengan keyakinan atau kepercayaan yang dimilikinya. d. Agama yang dianut Agama yang dianut seseorang mempunyai keyakinan atau kepercayaan yang berbeda yang dapat menentukan arti pentingnya kebutuhan spiritual dalam hidup. e. Kegiatan keagamaan Kegiatan keagamaan yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan spiritual karena membuat seseorang selalu mengingat dan senantiasa untuk mendekatkan diri kepada Maha Pencipta.

C. Remaja 1. Pengertian Remaja merupakan peralihan dari massa kanak-kanak ke masa dewasa yaitu dari usia 13 tahun sampai 16 atau 17 tahun dan akhir masa remaja tersebut berawal dari usia 16 atau 17 tahun sampai 18 tahun. Masa remaja merupakan sebuah masa yang penting dalam rentang kehidupan yang penuh dengan dinamika yaitu suatu periode peralihan, perubahan, seorang individu mencari jati diri atau identitas diri dan ambang masa dewasa (Hurlock, 1996). 2. Penggolongan Remaja Masa remaja merupakan masa yang sangat menyenangkan, penuh dinamika dan menarik perhatian karena sifat-sifatnya yang khas selalu ingin mengetahui dan mengenal sesuatu yang baru. Masa ini dibagi menjadi tiga masa (Yusuf, 2009), antara lain: a. Masa praremaja. Masa praremaja merupakan masa yang ditandai dengan sifat negatif dari remaja itu sendiri karena remaja kurang suka bekerja, pesimis dan sebagainya, misalnya di sekolah yang berpengaruh pada prestasi baik prestasi jasmani maupun prestasi rohani. b. Masa remaja. Masa remaja adalah masa dimana sudah mulai tumbuh suatu keinginan untuk hidup, untuk mengenal, memahami dan membutuhkan satu sama lain baik senang maupun susah. Selain itu

juga mempunyai keinginan untuk di puji dan memuja meski terkadang remaja menginginkan sesuatu tapi tidak mengetahui apa yang diinginkan. c. Masa remaja akhir. Masa remaja akhir adalah masa dimana seorang remaja sudah bisa menentukan atau menemukan pendirian atau tujuan hidupnya sehingga remaja sudah masuk ke dalam masa yang dinamakan masa dewasa. Sedangkan menurut WHO (1995) dalam Efendi dan Makhfudli (2009) masa remaja dibagi menjadi tiga berdasarkan penggolongan umur yaitu: a. Masa remaja awal (10-13 tahun). b. Masa remaja tengah (14-16 tahun). c. Masa remaja akhir (17-19 tahun). 3. Perilaku Kekerasan Remaja Perilaku adalah suatu kegiatan manusia yang timbul akibat adanya suatu stimulus dan respons yang dapat diamati baik secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Kekerasan adalah sebuah bentuk ekspresi seseorang yang dilakukan baik secara fisik maupun verbal yang mencerminkan suatu tindakan penyerangan sedangkan perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk dari respons seseorang terhadap suatu stresor yang dihadapi seseorang yang

menimbulkan dampak yang merugikan baik diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat dan Akemat, 2009). Perilaku kekerasan ternyata dipandang sebagai rentang agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan disisi yang lain. Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, benci atau marah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang tersebut (Kusumawati dan Hartono, 2011). Adaptif Maladaptif Asertif frustasi pasif agresif amuk/pk Gambar 2.1. Rentang respons marah (Kusumawati dan Hartono, 2011). Perilaku kekerasan menyebabkan dampak yang negatif seperti cedera baik ringan, sedang maupun berat, kecacatan bahkan sampai merenggut nyawa seseorang atau kematian dan hukum pidana. Menurut Soetjiningsih (2004) ada tiga bentuk kekerasan yaitu: a. Kekerasan fisik Kekerasan fisik adalah suatu bentuk kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain secara fisik, sering kali remaja rentan dengan perilaku kekerasan ini. Remaja yang melakukan tindak kekerasan merasa puas apabila sudah melampiaskan emosi atau kemarahannya dan tidak peduli dampak dari perilaku kekerasan yang telah dilakukan. Padahal tindakan kekerasan fisik bisa mengakibatkan luka atau cedera, cacat dan kematian. Selain itu juga dapat

menyebabkan gangguan emosi, depresi, penyalahgunaan obat dan masalah di sekolah. Argiati (2010) menemukan kekerasan fisik yang didapatkan oleh remaja di sekolah antara lain ditendang atau didorong, dipukul, dijegal, dijambak, ditampar dan dipalak. b. Kekerasan seksual Kekerasan seksual adalah suatu bentuk kekerasan yang menyangkut masalah seksual seperti merayu, menyentuh atau disentuh genitalianya dan berhubungan intim baik genitalia, oral atau sodomi secara suka sama suka, perlakuan seksual sadistik hingga produksi literatur pornografi. Kekerasan ini dapat terjadi baik di dalam keluarga maupun di luar rumah yang dapat mengakibatkan seseorang yang mengalami kekerasan seksual misalnya perempuan terjerumus dalam prostitusi maupun masalah lainnya ketika dewasa kelak dan orang yang pernah melihat pelecehan seksual juga cenderung mempunyai potensi untuk melakukan kekerasan seksual. c. Kekerasan emosional Kekerasan emosional adalah suatu bentuk kekerasan secara emosional. Kekerasan ini biasanya dilakukan secara verbal atau katakata seperti kata-kata yang merendahkan seseorang, mengejek, menghina dan memperolok yang dapat menyakiti perasaan orang lain dan umumnya selalu diikuti bentuk kekerasan lain. Kekerasan emosional sulit dideteksi karena sering kali merupakan kasus yang tidak dilaporkan. Kekerasan ini terlihat setelah muncul perilaku yang

menimbulkan masalah misalnya pada remaja yang masih sekolah mudah emosional sehingga saling mengejek satu sama lain dan menimbulkan tindak kekerasan lainnya. Argiati (2010) menemukan kekerasan emosional yang didapatkan oleh remaja di sekolah seperti difitnah atau digosipkan, dipermalukan di depan umum, dihina atau dicaci dan bahkan diancam. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kekerasan Remaja Menurut Soetjiningsih (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan remaja adalah sebagai berikut: a. Faktor anak remaja Remaja merupakan masa peralihan, perubahan atau transisi setiap individu dari masa kanak-kanak atau anak-anak untuk menjadi dewasa (Sarwono, 2006). (1) Faktor perilaku menyimpang Perilaku menyimpang adalah perilaku atau tingkah laku seorang remaja yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam masyarakat. Perilaku menyimpang ini dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, keluarga dan pribadi individu sendiri. Wuryati (2012) menyatakan bahwa perilaku penyimpangan yang masih dapat diterima oleh masyarakat adalah membolos sekolah. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan pada remaja terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal yang

memberikan dampak pada diri remaja, orang tua dan anggota masyarakat. (2) Faktor keterbatasan fisik dan mental. Faktor keterbatasan fisik dan mental yang menyebabkan perilaku kekerasan seperti gangguan perkembangan seseorang, menderita penyakit kronis yang disebabkan ketergantungan anak kepada lingkungannya. Remaja dengan keterbatasan fisik dan mental juga membutuhkan kebutuhan yang sama dengan anak normal. Pada kenyataanya mereka tetap merasa kurang percaya diri dengan ketidaksempurnaan yang dimilikinya tidak jarang mereka kadang mendapat ejekan, diolok dan dihina orang lain sehingga timbul rasa kecewa, dendam, perasaan ingin menyakiti orang lain atau membalasnya yang dapat menimbulkan munculnya perilaku kekerasan. b. Faktor orang tua dan keluarga Orang tua dan keluarga memegang peranan penting terhadap kekerasan pada remaja. Keluarga merupakan dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga (Friedman et al., 2010). Penelantaran, penganiayaan, sikap orang tua yang otoriter akan menyebabkan remaja tumbuh menjadi pribadi yang keras dan emosional yang mempunyai resiko untuk melakukan tindak kekerasan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepatuhan seorang anak

kepada orang tuanya, dibesarkan dengan penganiayaan, adanya gangguan mental, belum mencapai kematangan fisik, emosi maupun sosial terutama mereka yang mempunyai anak sebelum menginjak usia 20 tahun serta pecandu obat dan minuman keras. c. Faktor lingkungan sosial atau komunitas Lingkungan adalah sesuatu yang berada disekitar kita baik lingkungan internal dan eksternal yang dapat berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung pada diri individu, kelompok atau masyarakat (Mubarak dan Nurul, 2011). Faktor lingkungan sosial atau komunitas yang menyebabkan perilaku kekerasan pada remaja seperti kemiskinan dalam masyarakat, adanya tekanan nilai materialistis, kondisi sosial ekonomi yang rendah, status yang dipandang rendah serta nilai masyarakat yang terlalu individualistis. Hal itu membuat remaja mudah terjerumus untuk melakukan tindak kekerasan agar bisa memenuhi apa yang diinginkan remaja dengan cara apapun.

D. Kerangka Teori Penelitian Kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kekerasan remaja Diri sendiri Orang tua atau keluarga Lingkungan Peran orang tua: - Modelling - Mentoring - Organizing - Teaching Kelalaian orang tua dalam menjalankan perannya. Spiritual, aspekaspek spiritual Kurangnya pemahaman remaja tentang spiritual. Perilaku kekerasan remaja: - Kekerasan fisik - Kekerasan emosional : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Gambar 2.2. Kerangka teori penelitian: Sumber Yusuf (2009), Soetjiningsih (2004)

E. Kerangka Konsep Penelitian Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Variabel Independent Peran orang tua Spiritual Perilaku kekerasan remaja Variabel Dependent Gambar 2.3. Kerangka konsep penelitian: Pengaruh peran orang tua dan spiritual terhadap perilaku kekerasan remaja. F. Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh peran orang tua dan spiritual terhadap perilaku kekerasan remaja.