BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

dokumen-dokumen yang mirip
umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanakkanak

PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan kelompok remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. World Health

BAB I PENDAHULUAN. menyerang kaum wanita. Selain itu kecenderungan peningkatan. payudara masih tinggi, terutama pada negara-negara sedang berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. mana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah harapan suatu bangsa, karena masa depan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki jumlah remaja sebesar 43,5 juta jiwa (usia 10-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. (Quasi Experiment). Rancangan yang digunakan adalah One Group Design. Kelompok Eksperimen 01 X 02

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah negara kepulauan yang didiami oleh 222,6 juta jiwa, yang menjadikan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI SMA NEGERI 2 UNGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. selaput dinding perut atau peritonitis ( Manuaba, 2009). salah satunya adalah Keputihan Leukorea (Manuaba, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. biak dan ekosistem di vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tidak sedap

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menarche sampai menopause. Permasalahan dalam kesehatan reproduksi

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. produksi zat prostaglandin (Andriyani, 2013). Disminore diklasifikasikan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP SEKS PRANIKAH SISWA DI SMAN 1 SEMIN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. seperti puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris),

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin adolescere

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

PENGARUH KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKSUAL REMAJA (STUDI DI SMAN 1 MARGAHAYU BANDUNG

Muhammadiyah Semarang Kedung Mundu 50727, Semarang, Indonesia. 2. Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. payudara. Untuk upaya mencegah risiko kanker payudara pemerintah. wanita di usia muda dapat terserang kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENANGANAN SINDROM PRA MENSTRUASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI SMA NEGERI 2 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan berwawasan kesehatan merupakan salah satu aspek

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PRILAKU REMAJA PUTRI DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI KELAS XII SMA NEGERI I SEUNUDDON KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan adalah suatu

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG PERSONAL HYGIENE PADA SAAT MENSTRUASI DI SMAS CUT NYAK DHIEN ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : RINI INDARTI PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SD NEGERI I GAYAM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. masuk dan berkembang biak di dalam tubuh yang ditularkan melalui free

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

Heni Hirawati P, Masruroh, Yeni Okta Triwijayanti ABSTRAK

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN MELALUI PERAN MEDIA VISUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. rahim ibu. Lamanya hamil adalah 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

BAB I PENDAHULUAN. Fun (UNICEF), dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui. SK.Menkes No.450/Menkes./SK/IV/2004 tanggal 7 April 2004 telah

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO)

BAB III METODE PENELITIAN. Quasi Experiment (eksperimen pura-pura) disebut demikian karena

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, serta fungsi dan prosesnya. Tujuan dari program remaja adalah untuk membantu remaja agar memahami dan menyadari ilmu tersebut, sehingga memiliki sikap dan perilaku sehat dan tentu saja bertanggung jawab kaitannya dengan masalah kehidupan. Sasaran program Kesehatan Reproduksi remaja (KRR) adalah agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki, kesadaran sikap dan perilaku sehingga menjadikan remaja siap sebagai keluarga berkualitas pada tahun 2015 (Widyastuti, 2009). Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh ke arah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis (Widyastuti, 2009 ). Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis. Batasan usia remaja menurt WHO adalah 1

2 12 sampai 24 tahun, menurut Depkes RI antara 10 sampai 19 tahun dan belum kawin, sedangkan menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan - fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emosional). Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat yang berkaitan dengan sistem, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab (Widyastuti, 2009 ). Berdasarkan data statistik tahun 2009 jumlah penduduk Jawa Tengah sebanyak 32.380.687 jiwa yang terdiri atas 49% laki-laki dan 51% perempuan dari data tersebut sekitar 35% atau sebanyak 11.333.240 jiwa adalah anak atau remaja (BPS, 2009). Menurut data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah tahun 2010 remaja yang melakukan hubungan seksual sebanyak 98 orang, hamil sebelum menikah sebanyak 85 orang, infeksi menular seksual sebanyak 28 orang, kelainan fungsi seksual sebanyak 1 orang, masturbasi sebanyak 5 orang, dan remaja yang melakukan aborsi sebanyak 78 orang (Pilar, 2010). Dari hasil yang oleh Eni Retno Purwanti hubungan dengan praktik eksternal bahwa sebagian besar

3 responden mempunyai yang cukup mengenai fungsi sebanyak 52 orang (82,5%), kurang sebanyak 7 orang (11,1%) dan 4 orang (6,3%) yang ber baik dan sebagian responden juga mempunyai praktik yang cukup yaitu sebesar 53 orang (84,1%), 7 orang (11,1%) mempunyai praktik yang kurang dan 3 orang (4,8%) yang mempunyai praktik yang baik. Dan hasil yang Istiqomah hubungan antara dan sikap remaja terhadap perilaku menjaga di SMA Muhammadiyah 4 Kendal bahwa remaja yang memiliki baik sebanyak 43 (67,1%), remaja yang memiliki sikap baik sebanyak 48 (68,6%), sedangkan remaja yang yang memiliki perilaku baik dalam menjaga nya sebanyak 46 (65,7%). Berdasarkan studi pendahuluan yang di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang, bulan April 2012. Sebanyak 10 siswa putri dan 10 siswa putra untuk diberikan pertanyaan mengenai fungsi yang meliputi apakah tahu mengenai fungsi pada laki-laki dan perempuan. Sebanyak 6 siswa perempuan mengetahui fungsi nya sendiri dan 4 siswa perempuan tidak mengetahui fungsi nya sendiri, sebanyak 3 siswa laki-laki mengetahui fungsi nya sendiri dan 7 siswa laki-laki tidak mengetahui fungsi nya sendiri. Dan sebanyak 7 siswa perempuan mengetahui fungsi dari laki-laki dan 3 siswa perempuan tidak mengetahui

4 fungsi laki-laki, sedangkan 6 siswa laki-laki mengetahui fungsi dari perempuan dan 4 siswa laki-laki tidak mengetahui fungsi dari perempuan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis tertarik untuk melakukan Perbedaan fungsi pada remaja sebelum dan sesudah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah ini Apakah ada perbedaan fungsi pada remaja sebelum dan sesudah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan fungsi pada remaja sebelum dan sesudah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendiskripsikan remaja fungsi pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang kelas XI sebelum.

5 b. Mendiskripsikan remaja fungsi pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang kelas XI sesudah. c. Menganalisis perbedaan remaja fungsi pada remaja di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang kelas XI sebelum dan sesudah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Bagi ilmu Dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu materi remaja khususnya masalah-masalah remaja. b. Bagi metode Memberi pengalaman baru bagi penulis dalam melaksanakan dan dapat memahami lebih baik hubungan yang terjalin didalam sebuah keluarga serta mengaplikasikan teori yang sudah diterima dibangku kuliah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan dan mengaplikasikan materi yang diperoleh dari perkuliahan dalam hal remaja khususnya fungsi.

6 b. Bagi Responden Untuk menambah dan wawasan fungsi. c. Bagi Tempat Peneliti Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sarana bagi pihak sekolah untuk mengetahui masalah yang berhubungan dengan remaja. d. Bagi Institusi Dengan diadakannya ini, diharapkan dapat memberikan masukan dalam sistem, terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan gambaran serta informasi bagi selanjutnya. e. Bagi Masyarakat Sebagai informasi kepada masyarakat fungsi. E. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Judul, Nama, Tahun 1 Hubungan dengan praktik eksternal (studi pada siswi SMA N 2 Mranggen Kabupaten Demak Tahun Sasaran Dari 163 siswi dalam 6 kelas diambil sampel 63 siswi di SMA N 2 Mranggen Kabupaten Demak. Variabel yang diteliti Pengetahuan dan praktik genetelia eksterna Metode menggunakan jenis kuantitatif dengan metode pendekatan cross sectional, dan teknik sampling menggunakan systemic Hasil Responden mempunyai yang cukup fungsi sebesar 52 orang (82,5%), kurang sebesar 7 orang (11,1%) dan yang ber baik sebesar 4

7 2009), Eni Retno Purwanti, 2009 2 Hubungan antara dan sikap remaja terhadap perilaku menjaga di SMU Muhammadiyah 4 Kendal, 2008, Istiqomah. Siswa SMU Muhammadiyah 4 Kendal, jumlah populasi 263 siswa dan populasi 70 siswa. Pengetahuan dan sikap menjaga. random sampling. yang digunakan adalah diskritif korelasi, proses pengambilan sampel menggunakan proportional random sampling. orang (6,3%), sebagian responden mempunyai praktik yang cukup besar sebanyak 53 orang (84,1%). Hasil uji chisquare X2 63,000dengan p value 0,000 (< 0.05) Ho ditolak SMA Muhammadiyah 4 Kendal bahwa remaja yang memiliki baik sebanyak 43 (67,1%), remaja yang memiliki sikap baik sebanyak 48 (68,6%), sedangkan remaja yang yang memiliki perilaku baik dalam menjaga nya sebanyak 46 (65,7%).

8 3. Hubungan keehatan,, dan peran ibu dengan praktik genetalia eksterna pada remaja putri di Dukuh Kembangan, Mranggen, Demak, 2010, Indah Suciningrum. 4 Perbedaan tingkat remaja sebelum dan sesudah penyuluhan di SMA Negeri 2 Ungaran Kabupaten Semarang, 2011, Syam Surya Dwi Setyo Rini Remaja putri di Dukuh Kembangan, Mranggen, Demak yang terdiri 13 RT yaitu berjumlah 163 remaja putri yang masih mempunyai ibu. Siswa kelas XI dan XII SMA N 2 Ungaran dengan populasi 595 siswa, sampel 86 siswa Pengetahuan dan praktik genetalia eksterna. Penyuluhan remaja dan keehatan ini adalah Observasional Analitik. Rancangan ini adalah cross sectional. Quasi experiment Rancangan One Group Design Pretest- Posttest Tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahan,, dan peran orang tua dengan praktik genetalia eksternal pada remaja putri di Dukuh Kembangan, Desa Kembangarum, Kecamatan Mranggen, Kabupaten Demak. Penelitian bahwa sebelum penyuluhan, remaja yang ber kurang sebanyak 40 siswa (51,3%). Sedangkan remaja setelah penyuluhan berubah menjadi baik sebanyak 78 siswa (100%). Berdasarkan hasil uji Wilcoxon bahwa ada perbedaan yang bermakna pada remaja sebelum dan sesudah penyuluhan (Mean Rank 39,50 dan p- value 0,000)

9 5 Perbedaan fungsi pada remaja sebelum dan sesudah di Madrasah Aliyah Negeri 1 Semarang, 2012, Fani Hanindya Siswa dan siswi kelas XI IPA dan IPS Madrasah Aliyah 1 Semarang, dengan populasi 224 siswa, sampel 69 siswa. Pengetahuan remaja fungsi dan fungsi Quasi experiment. Rancangan One Group Pre-test Posttest Penelitian bahwa sebelum, remja yang ber kurang sebanyak 51 siswa (73,9%). Sedangkan remaja sesudah mengalami peningkatan menjadi cukup sebanyak 29 siswa (42,0%), baik sebanyak 29 siswa (42,0%). Berdasarkan hasil uji Paired samples T test bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada fungsi pada remaja sebelum dan sesudah (Mean 3,0072 dan p-value 0,000). Perbedaan ini dengan diatas yaitu pada ini digunakan metode eksperimen berupa penyuluhan. Variabel terikat (dependent) dalam ini adalah remaja fungsi.