I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap

dokumen-dokumen yang mirip
VI. DAMPAK PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS TERHADAP LINGKUNGAN. Volume lalu lintas pada dasarnya merupakan proses perhitungan yang

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di Jalan Raya Kasomalang Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM. Jalan Raya Kasomalang merupakan jalan provinsi Jawa Barat yang

Lampiran 1. Pertumbuhan Jumlah Industri di Kabupaten Subang. Banyaknya Perusahaan Industri Besar Dan Sedang Menurut Kelompok Industri Tahun

ESTIMASI NILAI KERUGIAN MASYARAKAT AKIBAT PENINGKATAN VOLUME LALU LINTAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEBIJAKAN PENGELOLAAN JALAN

I. PENDAHULUAN. manusia dengan tempat yang dituju. Transportasi digunakan untuk memudahkan

TRANSPORTASI. Gambar 6.1. Jumlah Angkutan Penumpang Umum yang Terdaftar Dalam Trayek/Operasi Di Kabupaten Boven Digoel, Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

I. PENDAHULUAN. Administrasi (2010), Jakarta mempunyai luas 7.659,02 km 2. penduduk sebesar jiwa. Jakarta juga mempunyai kepadatan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Kalimantan Selatan yang saat ini memiliki posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

JURNAL ANALISIS KINERJA RUAS JALAN STUDI KASUS : JALAN WATURENGGONG DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, didapatkan kesimpulan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bintaro Utama 3 Jalan Bintaro Utama 3A Jalan Pondok Betung Raya Jalan Wr

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan prasarana dan sarana perkotaan, misalnya peningkatan dan

ANALISIS BIAYA-MANFAAT SOSIAL PERLINTASAN KERETA API TIDAK SEBIDANG DI JALAN KALIGAWE, SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

INFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan hidup manusia. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kota yang menjadi hunian dan tempat mencari kehidupan sehari-hari harus bisa

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bermotor pribadi baik kendaraan sepeda motor pertumbuhannya dari tahun ke tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. penduduk. Untuk mendukung kelancaran pergerakan dan interaksi penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Balai Pustaka Jakarta, Idem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

IDENTIFIKASI MANFAAT DAN KERUGIAN PERTAMBANGAN. 6.1 Indentifikasi Manfaat yang Dirasakan Masyarakat dari Kegiatan. Kabupaten. perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KAJIAN KINERJA SIMPANG TAK BERSINYAL DI KAWASAN PASAR TANAH MERAH BANGKALAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN RENCANA SIMPANG TAK SEBIDANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat, di samping berbagai indikator sosial ekonomi lainnya.

FINAL KNKT

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

PERHITUNGAN LALU LINTAS HARIAN RATA-RATA PADA RUAS JALAN TUMPAAN LOPANA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya merupakan salah satu sarana transportasi darat yang mempunyai

ANALISIS KINERJARUAS JALAN PERINTIS KEMERDEKAAN JATI - PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jalan sebagai prasarana

BAB III METODE PENELITIAN. udara di sekitarnya di jalan Balaraja Serang tepatnya antara pertigaan pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengertian Lalu Lintas

BAB III METODE PERANCANGAN

ALTERNATIF KEBIJAKAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN KEMACETAN Analisis Posisi dan Peran setiap Elemen dalam Pengolahan Horizontal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Jembatan merupakan sebuah struktur yang dibangun melewati jurang,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Jumlah penduduk di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Pertumbuhan jumlah penduduk tersebut juga disertai dengan peningkatan kegiatan ekonomi. Kedua hal tersebut secara tidak langsung menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat dihindari. Perkembangan aktivitas masyarakat meningkatkan permintaan akan sarana transportasi, termasuk transportasi darat. Hal ini mengakibatkan peningkatan jumlah kendaraan yang berdampak pada peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan volume lalu lintas berpengaruh terhadap penurunan kualitas lingkungan, yang diartikan sebagai eksternalitas negatif terhadap barang publik. Barang publik yang terkait dengan aktivitas lalu lintas yaitu jalan raya dan udara. Setiap aktivitas dalam perekonomian modern mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara kegiatan satu dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau suatu sistem yang baik, maka hal tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas (Guritno, 1993). Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang sangat strategis dan merupakan perlintasan antara Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DKI Jakarta. Posisi tersebut sangat menguntungkan bagi distribusi suatu jasa baik yang berasal 1

dari Provinsi Jawa Tengah maupun dari DKI Jakarta dan tentu juga Provinsi Jawa Barat sendiri. Kondisi lingkungan yang kondusif serta ketersediaan sumberdaya alamnya yang melimpah mendukung pertumbuhan sektor industri di Kabupaten Subang. Grafik pertumbuhan industri besar dan sedang di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Gambar 1.1. Unit industri 35 30 25 20 15 10 5 0 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Pangan Kimia Mesin dan alat angkut Pulp dan kertas Tekstil, pakaian jadi, kulit dan karet Kayu, furniture Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang, 2009 Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Industri Besar dan Sedang di Kabupaten Subang tahun 2005-2009 Berdasarkan Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah unit industri di Kabupaten Subang meningkat dalam jumlah besar pada tahun 2006 ke tahun 2007. Kemudian cenderung stabil pada tahun 2008 hingga tahun 2009. Pertumbuhan industri ini tentu juga berpengaruh terhadap jumlah perpindahan penduduk. Jumlah penduduk yang datang ke Kabupaten Subang selama tahun 2009 berjumlah 2321 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang pindah berjumlah 2309 jiwa. Pertumbuhan jumlah industri dan aktivitas penduduk berpengaruh terhadap jumlah permintaan sarana angkutan, baik untuk keperluan produksi industri, akomodasi instansi maupun angkutan umum. Pertumbuhan jumlah 2

angkutan di Kabupaten Subang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Angkutan di Kabupaten Subang Tahun 2005-2009 Jenis Kendaraan 2005 2006 2007 2008 2009 Mobil Penumpang 15 15 0 0 0 Angkutan Desa 6 6 6 0 0 Angkot 753 761 664 771 778 Bis Mini 504 500 494 541 547 Bis 49 58 48 52 51 Bis Mikro 16 16 16 22 15 Pick up 1666 1894 1730 2449 2486 Truck 1732 1566 1749 2164 2131 Tanki 87 81 52 46 88 Box 89 87 223 211 145 Gandengan 9 9 14 14 15 Ambulance 4 4 4 4 7 Jumlah 4930 4997 5000 6274 6245 Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, 2009 Sementara itu, pertumbuhan jumlah kendaraan dari tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1.2. Jumlah kendaraan yang terdaftar di Dinas Perhubungan Kabupaten Subang jauh meningkat pada tahun 2007 ke tahun 2008 dan cenderung stabil hingga tahun 2009. 7000 6000 5000 Unit kendaraan 4000 3000 2000 1000 0 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Subang, 2009 Gambar 1.2 Pertumbuhan Jumlah Kendaraan di Kabupaten Subang Tahun 2005-2009 3

Pertumbuhan jumlah industri dan peningkatan mobilisasi penduduk berpotensi meningkatkan jumlah kendaraan yang berlalu lalang menggunakan pelayanan infrastruktur jalan. Hal ini berpotensi terjadinya peningkatan volume lalu lintas. Jika peningkatan volume lalu lintas tersebut tidak diimbangi dengan pengelolaan lalu lintas dan infrastruktur jalan yang baik akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan dapat terlihat secara fisik dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Penurunan kualitas lingkungan yang dapat terlihat secara fisik salah satunya yaitu kerusakan jalan. Seperti terlihat pada Gambar 1.3, kondisi jalan rusak di Kabupaten Subang memiliki persentase terbesar pada tahun 2009. Sumber: Dinas Bina Marga Kabupeten Subang, 2009 Gambar 1.3 Persentase Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Subang Tahun 2009 Sementara itu, perkembangan kondisi jalan di Kabupaten Subang sepanjang tahun 2005-2009 dapat dilihat pada Gambar 1.4. Panjang jalan dengan kondisi rusak memiliki kilometer terpanjang tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2008 dan tahun 2009 panjang jalan rusak mengalami penurunan. 4

Baik Sedang Rusak Rusak Berat 600 500 Panjang jalan (KM) 400 300 200 100 0 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun Sumber: Dinas Bina Marga Kabupeten Subang, 2009 Gambar 1.4 Panjang Jalan Kabupaten Subang Menurut Keadaan Jalan Tahun 2005-2009 Jalan Raya Kasomalang adalah salah satu ruas jalan kolektor di Kabupaten Subang dengan status jalan provinsi. Tiga kecamatan yang dilewatinya yaitu Kecamatan Jalan Cagak, Kecamatan Kasomalang dan Kecamatan Cisalak. Jalan tersebut merupakan jalur penghubung antara Kabupaten Subang dengan Kabupaten Majalengka, Cirebon, Sumedang dan sekitarnya. Berbagai industri dari dalam dan luar daerah menggunakan ruas Jalan Raya Kasomalang sebagai jalur utama pendistribusian bahan maupun hasil produksinya. Rutinitas angkutan luar kota dan dalam kota disertai kendaraan motor yang berlalu lalang, berkontribusi terhadap volume lalu lintas di jalur tersebut. Volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang pada hari kerja dan hari libur pada tahun 2009 yaitu 2.079,75 smp/jam dan 4.458,45 smp/jam. Volume lalu lintas pada hari kerja dan hari libur di jalan tersebut meningkat pada tahun 2010, menjadi 2.246,13 smp/jam dan 4.815 smp/jam. Jalan Raya Kasomalang melewati satu satu desa di Kecamatan Kasomalang, yaitu Kasomalang Wetan. Menurut PP Kabupaten Subang No. 2 tahun 2004, daerah tersebut merupakan kawasan rawan gerakan tanah. Kondisi tersebut dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat, apabila penggunaan Jalan Raya 5

Kasomalang tidak dibarengi dengan pengelolaan jalan dan lalu lintas yang lebih baik. Kondisi badan jalan yang sempit, berliku dan menanjak ditambah dengan adanya peningkatan volume lalu lintas, memicu terjadinya eksternalitas negatif bagi masyarakat. Beberapa eksternalitas negatif yang dapat timbul diantaranya yaitu polusi udara, kebisingan, kerusakan infrastruktur jalan, kemacetan serta peningkatan kasus kecelakaan. Kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi di ruas Jalan Raya Kasomalang dalam setahun telah menimbulkan korban sebanyak 22 jiwa. Sebagian besar kecelakaan melibatkan truk berukuran besar dari sebuah perusahaan swasta di kawasan tersebut. 1 Salah satu eksternalitas negatif yang dibahas dalam penelitian ini yaitu polusi udara. Penyebab utama meningkatnya polusi udara di kawasan tersebut adalah emisi kendaraan bermotor. Jalan Raya Kasomalang tidak melewati kawasan industri selain pabrik air minum dalam kemasan di Kecamatan Cisalak. Menurut narasumber dari Puskesmas Kasomalang, beberapa penyakit yang dapat disebabkan oleh bahan pencemar udara antara lain: penyakit mata, penyakit kulit, ISPA, Tuberkulosis paru dan diare. Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). 1 Dikutip dari Radar Karawang di Selasa, 30 Maret 2010. 25 Maret 2011 6

6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 3876 357 272 698 99 3137 1021 540 902 486 Sumber: Puskesmas Kasomalang, Subang Jawa Barat 5504 2090 1213 934 481 2008 2009 2010 ISPA DIARE MATA KULIT TBC PARU Gambar 1.5 Jumlah Penderita Lima Penyakit Terbesar Akibat Pencemaran Udara Tahun 2008-2010 Pada Gambar 6.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 hingga tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah penderita ISPA dalam jumlah besar. Hal ini sejalan dengan peningkatan volume lalu lintas yang juga terjadi pada tahun 2009 hingga tahun 2010 di ruas Jalan Raya Kasomalang. 1.2 Rumusan Masalah Jalan Raya Kasomalang memiliki lebar jalan yang sempit disertai geometrik jalan yang berliku dan menanjak. Jalan Raya Kasomalang saat ini digunakan untuk melayani pergerakan masyarakat dari Kecamatan Subang menuju Kecamatan Tanjungsiang dan sebaliknya. Bus luar kota dan masyarakat umum juga menggunakan jalur tersebut sebagai jalur alternatif untuk menuju luar dan dalam Kabupaten Subang. Selain itu, beberapa industri menggunakan jalur tersebut sebagai jalur utama pengangkutan barang menggunakan truk-truk besar maupun sedang. Peningkatan jumlah angkutan barang dan kendaraan bermotor yang melalui Jalan Raya Kasomalang berpengaruh terhadap volume lalu lintas. Hal ini 7

menyebabkan penurunan kualitas lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak negatif terhadap masyarakat. Dampak negatif akibat kegiatan lalu lintas diantaranya yaitu kerusakan jalan, kemacetan, polusi udara, kebisingan dan kecelakaan. Dampak negatif ini menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Estimasi nilai kerugian masyarakat dibutuhkan untuk mengetahui seberapa besar penurunan kualitas lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas berpengaruh terhadap masyarakat. Implikasi dari adanya nilai kerugian masyarakat menuntut adanya pengelolaan jalan dan lalu lintas yang lebih baik. Oleh karena itu perlu diketahui sejauh mana realisasi kebijakan pengelolaan jalan dan lalu lintas, khususnya di Jalan Raya Kasomalang. Evaluasi dan rekomendasi diperlukan agar nilai kerugian masyarakat dapat diminimalisir atau diinternalisasi, sehingga infrastruktur jalan dapat memberikan efek positif bagi masyarakat. Dengan latar belakang hal tersebut di atas maka penelitian ini difokuskan untuk manjawab tiga masalah berikut : 1. Bagaimana perubahan lingkungan dan dampak negatif yang ditimbulkan akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang menurut persepsi masyarakat? 2. Berapa nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang? 3. Bagaimana realisasi dan rekomendasi kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di Jalan Raya Kasomalang? Hipotesis yang timbul dari permasalahan tersebut adalah pertumbuhan mobilisasi masyarakat dan industri di ruas Jalan Raya Kasomalang mengakibatkan 8

peningkatan volume lalu lintas di jalur tersebut. Peningkatan volume lalu lintas memicu timbulnya dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan yang menciptakan sejumlah kerugian bagi masyarakat. Hal ini berimplikasi adanya suatu keharusan dalam pengelolaan jalan raya secara teknis maupun manajemen yang lebih baik lagi. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji bagaimana kebijakan pemerintah dalam pengelolaan Jalan Raya Kasomalang agar dapat memberikan efek positif terhadap masyarakat. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi perubahan lingkungan dan dampak negatif akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang menurut persepsi masyarakat. 2. Mengestimasi nilai kerugian masyarakat akibat peningkatan volume lalu lintas di Jalan Raya Kasomalang. 3. Mengkaji realisasi dan rekomendasi kebijakan pemerintah mengenai pengelolaan jalan di jalan Raya Kasomalang. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai penyelenggara jalan provinsi, khususnya Jalan Raya Kasomalang dalam menyesuaikan pembangunan jalan dengan penggunannya saat ini. 9

2. Pemerintah Kabupaten Subang dalam pengawasan dan pengendalian lalu lintas, agar penggunaan jalan dapat memberikan efek positif terhadap masyarakat. 3. Masyarakat umum dalam menjaga kualitas lingkungan dengan berpartisipasi aktif mengelola infrastruktur jalan dan menaati peraturan lalu lintas. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berlokasi di Jalan Raya Kasomalang yang melintasi Kecamatan Jalan Cagak, Kecamatan Kasomalang dan Kecamatan Cisalak. Penelitian ini difokuskan pada Kecamatan Kasomalang karena keberadaan permukiman dan aktivitas masyarakat yang lebih padat di wilayah tersebut. Lingkup kajian meliputi analisis persepsi masyarakat sekitar dan pengguna jalan mengenai dampak negatif dan perubahan lingkungan akibat peningkatan volume lalu lintas. Peningkatan volume lalu lintas diasumsikan mulai terjadi pada tahun 2000. Hal ini sejalan dengan adanya kegiatan pengangkutan pabrik air minum dalam kemasan yang melalui Jalan Raya Kasomalang. Masyarakat sekitar jalan adalah warga di tiga desa Kecamatan Kasomalang yang bermukim dalam jarak 15 meter dari ruas jalan. Pengguna jalan antara lain pengemudi angkutan umum dengan trayek Pamanukan-Jalan Cagak-Tanjungsiang, penumpang angkutan umum dan pengendara kendaraan pribadi. Jenis angkutan umum dalam penelitian ini adalah elf. Nilai kerugian masyarakat yang dihitung dalam penelitian ini adalah nilai kerugian sebagian/parsial akibat peningkatan volume lalu lintas, yaitu: a. Nilai kerugian dari angkutan umum akibat keterlambatan, menggunakan pendekatan produktivitas. 10

b. Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan akibat polusi udara, menggunakan pendekatan biaya pengobatan ISPA dengan asumsi masyarakat menjalani pengobatan satu kali dalam satu tahun. c. Nilai kerugian masyarakat sekitar jalan akibat peningkatan kebisingan, menggunakan pendekatan kesediaan membayar (contingent valuation method). Kajian yang terakhir membahas realisasi kebijakan pemerintah di Jalan Raya Kasomalang dengan mengacu pada beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan pengelolaan jalan raya. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana peran pembina lalu lintas dan angkutan jalan dalam mengelola Jalan Raya Kasomalang. Rekomendasi kebijakan mengacu pada teori manajemen lalu lintas. 11