IHWAL GBHN, DARI TEKS KE KONTEKS

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MPR sebelum amandemen :

BAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)

Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2

KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at

BAB III TINJAUAN TEORITIS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT. A. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia

AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA

38 Media Bina Ilmiah ISSN No

Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/ penunjukan Wakil Presiden dan tata cara pengangkatan Pejabat Presiden

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA

PERBANDINGAN MATERI MUATAN KETETAPAN MPR PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN ERA REFORMASI 1

Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)

R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom.

BAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala

GARIS-GARIS BESAR DARI PADA HALUAN NEGARA (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1960 Tanggal 29 Januari 1960) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DASAR 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN :

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN

PENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986

TUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA. Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA

d. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.

KEADAAN TERTIB SIPIL (Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1962 Tanggal 28 Desember 1962) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair

MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)

UUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBANGUNAN YES GBHN No!

POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)

SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

MATERI UUD NRI TAHUN 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

SMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang. menjadi dasar peraturan suatu negara. 1

BAB II MPR SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UUD Pada awal kemerdekaan RI, lembaga negara pada saat itu baru Presiden

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

Konsep Dasar dan Tujuan Pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN) DALAM UNDANG-UNDANG DASAR. Oleh:

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and

KONSEP KEDAULATAN RAKYAT DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN Oleh: Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. 2

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

PENDIDIKAN PANCASILA. Supentri, S.Pd

UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

Hubungan antara MPR dan Presiden

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari permasalah yang penulis teliti, yaitu:

Perubahan Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD Tahun 1945, Dillema. Menghidupkan Kembali Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH


BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1965 TENTANG MAJELIS PENDIDIKAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOAL CPNS TATA NEGARA

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA,

Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental

2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

Transkripsi:

IHWAL GBHN, DARI TEKS KE KONTEKS GEDE MARHAENDRA WIJA ATMAJA AR 2016 SEMINAR HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 30 AGUSTUS SEPTEMBER 2016 AR 2016

Dinamika GBHN UUD 1945 praperubahan UUD NRI 1945 GBHN tidak ada GBHN gagasan menghidupkan kembali GBHN SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 2

menghidupkan kembali GBHN Pernyataan Sikap dan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional Ke-I PDI Perjuangan: perlu untuk mengembalikan fungsi dan wewenang MPR RI untuk membentuk dan menetapkan Ketetapan MPR terkait pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana sebagai haluan negara dan haluan pembangunan nasional. memberikan kewenangan MPR untuk membentuk dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara melalui amandemen secara terbatas Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3

Pidato Penutupan Rakernas I PDI Perjuangan Salah satu rekomendasi Rakernas I adalah meminta kepada saya sebagai Ketua Umum, mengeluarkan instruksi kepada kader partai yang ditugaskan di DPR RI agar memperjuangkan amandemen terbatas terhadap Undang-undang Dasar 1945. Amandemen yang dimaksud dibatasi pada mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara dalam Pembangunan Nasional. Rekomendasi tersebut tentu akan saya pertimbangkan. 4

isu hukum Karakter gbhn dalam perkembangan ketatanegaraan. Implikasi amandemen terbatas mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara terhadap sistem ketatanegaraan. 5

[2] teks ke konteks TEKS pasal/ayat KONTEKS terjadinya teks, suasana kebatinan teks dibuat SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// HTN KONTEKS pelaksanaan teks, bagaimana teks dipahami, ditafsirkan, dan diterapkan 6

[3]gbhn menurut uud 1945 pra-perubahan 1. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan oleh MPR sebagai penjelmaan rakyat yang susunan keanggotaan MPR yang terdiri atas anggotaanggota DPR, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan dan penyelenggara negara tertinggi yang melakukan sepenuhnya kedaulatan rayat, 2. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan 5 (lima) tahun sekali. 3. Garis-garis besar dari pada haluan negara wajib dijalankan oleh Presiden yang merupakan mandataris dari MPR yang tidak neben, akan tetapi untergeordnet kepada MPR. diangkat oleh MPR, bertunduk dan bertanggung jawab kepada MPR. 7

[4] gbhn dalam praktik ketatanegaraan demokrasi terpimpin Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara. Berkaitan dengan Amanat, Konsepsi, dan Pidato Presiden: Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi kita dan yang terkenal sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia. 8

ampres Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada Haluan Negara. Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama Djalannya Revolusi Kita yang menjadi pedoman pertama daripada pelaksana Manifesto Politik Republik Indonesia. Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 yang diucapkan dimuka Sidang Umum P.B.B yang berjudul To Build the worl a new (Membangun dunia kembali). 9

isi Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 Memutuskan: Menetapkan Ketetapan tentang Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara sebagai berikut: Pasal 1 Memperkuat Manifesto Politik Republik Indonesia serta perinciannya sebagai Garis-Garis Besar daripada haluan negara. Pasal 2 Amanat Presiden pada Sidang Pleno Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan yang tertulis adalah garis-garis besar daripada haluan pembangunan. 10

isi Pasal 3 Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama Jalannya Revolusi Kita" dan Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 dimuka Sidang Umum PBB yang berjudul Membangun dunia kembali " (To build the world a new) adalah pedoman-pedoman pelaksanaan Manifesto Politik Republik Indonesia. Pasal 4 Menugaskan dengan kekuasaan penuh kepada Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi Indonesia untuk melaksanakan putusanputusan ini. 11

Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969. Berkaitan dg: Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada Haluan Negara. 12

.. Ketetapan MPRS Nomor IV/MPRS/1963 tentang Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan. Berkaitan dg: Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1961 yang berjudul Revolusi-Sosialisme Indonesia- Pimpinan Nasional yang terkenal sebagai Resopim. Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1962 yang berjudul Tahun Kemenangan yang terkenal sebagai Takem. Deklarasi Ekonomi yang terkenal sebagai Dekon yang diucapkan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 28 Maret 1963. Amanat pengantar Laporan Berkala Presiden/Mandataris MPRS yang diucapkan oleh Presiden pada Pembukaan Sidang ke-ii MPRS tanggal 15 Mei 1963 di Bandung, Ambeg Parama Arta (Berwatak pandai mendahulukan urusan yang penting). 13

isi Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 MEMUTUSKAN: Menetapkan Ketetapan tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969 sebagai berikut: BAB I GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN Pasal 1 (1) Menyatakan bahwa Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA DELAPAN TAHUN 1961-1969 hasil karya Depernas yang termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II dan III pada umumnya sesuai dengan Amanat Pembangunan Presiden tertanggal 28 Agustus 1959 yang di ucapkan maupun yang tertulis dan pada umumnya sesuai pula dengan Manifesto Politik Republik Indonesia yang telah diperkuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960. (2) Menerima Garis-garis Besar Pola Pembangunan hasil karya Depernas seperti termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II, III sebagai Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana dengan ketentuan-ketentuan seperti termuat dalam pasal-pasal dibawah ini. 14

GBHN dalam praktik ketatanegaraan Demokrasi Terpimpin memiliki ciri-ciri: 1. GBHN yang dituangkan dalam Ketetapan MPRS memuat penetapan amanat dan pidato Presiden Sukarno sebagai GBHN. 2. GBHN ditetapkan oleh MPRS yang kedudukannya tidak lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, penjelmaan rakyat, dan penyelenggara negara yang tertinggi. 3. GBHN dilaksanakan oleh Presiden yang kedudukannya berada di atas MPR dan penyelenggara negara lainnya dengan menempatkan pimpinannya sebagai menteri 15

GBHN dalam Praktik Ketatanegaraan Demokrasi Pancasila Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (dicabut dengan Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1998 dimasa awal refo0rmasi). Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. 16

gbhn GBHN 1973 GBHN 1998 sistematika GBHN Bab I Pendahuluan. Bab II Pola Dasar Pembangunan Nasional. Bab III Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang Bab IV Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kedua. Bab V Penutup. sistematika GBHN Bab I Pendahuluan Bab II Pembangunan Nasional Bab III Pembangunan Jangka Panjang Kedua Bab IV Pembangunan Lima Tahun Ketuuh. Bab V Pelaksanaan Bab VI Penutup 17

penyusun rancangan gbhn Keppres No. 24 Tahun 1982 tentang Membentuk Team Penyiapan Akhir Bahan-Bahan Sidang MPR. Team bertugas untuk menyiapkan bahan-bahan akhir GBHN yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh Setjen Dewaqn Pertahanan Keamanan Nasional dan menyampaikan hasil kerjanya kepada Presiden pada waktunya. SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Team 18

Ciri-ciri gbhn orde baru ditetapkan sekali lima tahun. bahan dipersiapkan oleh lembaga kepresidenan. dalam kontelasi politik adanya 3 parpol, tapi menerapkan sistem kepartaian tunggal. SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Team 19

haluan negara tentang pembangunan nasional, kondisi saat ini Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 2019. 20

kemungkinan memilih Memilih pola GBHN menurut UUD 1945 praperubahan, berimplikasi pada perubahan sistem ketatanegaraan. Memilih pola GBHN praktik ketatanegaraan DT dan DP memerlukan konfigurasi politik otoritarian atau nondemokratik, 21

gagasan mengembalikan kewenangan mpr menetapkan gbhn Amandemen terbatas UUD NRI 1945, amandemen yang dibatasi pada mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara dalam Pembangunan Nasional. mengubah kembali susunan keanggotaan MPR sehingga di dalamnya ada unsur utusan golongan berarti amandemen tidak dibatasi. tanpa mengubah susunan MPR berarti tidak sesuai dengan hakikat GBHN yang ditetapkan oleh Majelis yang mencerminkan seluruh rakyat, seluruh golongan, dan seluruh daerah. daya ikat kepada Presiden berarti mengubah sistem ketatanegaraan, tanpa daya ikat kepada Presiden berati tidak ada bedanya dengan sistem perencanaan nasional berikut RPJPN yang tidak menyebabkan kejatuhan Presiden saat tidak melaksanakannya. 22

mengintegrasikan ke Sistem Perencanaan Nasional dan RPJPN Garis-garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam Garis-garis Besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. merupakan kebijakan negara tentang pembangunan nasional. Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA DELAPAN TAHUN 1961-1969 yang dimuat dalam Ketetapan No. I/MPRS/1960, awalnya direncanakan sebagai materi muatan UU. 23

/// Pasal 3 UU RPJPN: RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. GBHN juga pada dasarnya merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. pada dasarnyasppn, RPJPN, dan RPJMN dan GBHN memuat penjabaran tujuan negara, perlu menjadi bahan kajian tidak mengembalikan GBHN atau mengintegrasikan pola GBHN ke dalam SPPN, RPJPN, dan RPJMN. 24