I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam lokal saat ini menjadi salah satu bahan pangan yang digemari masyarakat luas untuk dikonsumsi baik dalam bentuk telur maupun dagingnya. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging meningkat dari tahun ke tahun karena tingginya preferensi masyarakat terhadap produk ayam tersebut terutama rasa daging yang khas dan pemasarannya masih mudah serta tidak memiliki kesulitan dalam pemeliharaannya. Tahun 2012-2013, produksi daging ayam lokal di Jawa Barat meningkat yaitu mencapai 25.683 ton per tahun pada 2012 dan 27.149 ton per tahun pada 2013 (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2015). Saat ini selain ayam lokal asli, terdapat ayam lokal yang berasal dari hasil persilangan beberapa ayam lokal berproduksi tinggi. Persilangan bertujuan untuk mendapatkan bibit unggul baik sebagai pedaging maupun petelur. Salah satu ayam lokal persilangan yang ada di Jawa Barat adalah Jimmy Farm. Ayam tersebut merupakan ayam unggul sebagai penghasil daging yang pertumbuhannya cepat sehingga dapat dipanen dalam waktu 60-70 hari. Pertumbuhannya yang cepat perlu ditunjang oleh ransum yang tepat terutama kandungan energi dan protein dalam ransumnya.
Ayam mengonsumsi ransum yang mengandung protein dan energi untuk memenuhi keperluan hidup pokok dan produksinya. Protein dalam ransum berperan penting dalam pertambahan bobot badan, pertumbuhan jaringan, perbaikan jaringan, proses metabolisme dan fisiologis dalam tubuh termasuk status hematologis. Kandungan protein dalam ransum yang tepat menunjang pertumbuhan ayam lokal Jimmy Farm yang didukung pula oleh status fisiologisnya termasuk kondisi darah yang baik dalam tubuh. Darah merupakan salah satu parameter dari status kesehatan hewan karena darah merupakan komponen penting dalam pengaturan fisiologis tubuh sehingga produktifitas ternak akan optimal. Darah berfungsi sebagai pengangkut oksigen, karbondioksida, nutrisi, hasil metabolisme, sebagai imunitas, serta mengatur panas tubuh. Pemberian ransum yang mempunyai kandungan energi dan protein yang tepat dan seimbang dapat mempertahankan kualitas darah. Sel darah merah mempunyai membran sel yang bersifat semi permiabel terhadap lingkungan sekelilingnya dan mempunyai batas-batas fisiologi terhadap tekanan dari luar. Kekuatan maksimum membran eritrosit yang ditekan dari luar sampai terjadinya hemolisis dikenal dengan kerapuhan atau fragilitas. Kekuatan membran eritrosit dapat dilakukan dengan uji kerapuhan atau tes fragilitas dengan cara memasukkan sel darah merah ke dalam larutan yang mempunyai tekanan hipotonis sampai isotonis. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi fragilitas eritrosit antara lain spesies hewan, nutrisi, lingkungan hewan berada (klimatologi, manajerial dan nutrisional), penyakit dan lain-lain.
Permasalahan yang sedang dihadapi oleh peternakan ayam lokal Jimmy Farm saat ini adalah belum adanya penelitian kandungan protein dan energi ransum yang dapat memberikan pertumbuhan optimal yang berkaitan dengan status fisiologis darah diantaranya masa hidup dan ketahanan sel darah merah agar tidak menyebabkan kerapuhan. Berdasarkan hal ini, penulis tertarik untuk meneliti kerapuhan sel darah merah dan total protein darah pada ayam lokal Jimmy Farm. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Berapa besar pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah dan kerapuhan sel darah merah pada ayam lokal Jimmy Farm. 2. Pada tingkat energi protein berapa dalam ransum dapat menghasilkan total protein darah yang baik dan kerapuhan sel darah merah yang rendah pada ayam lokal Jimmy Farm. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh tingkat energi protein dalam ransum terhadap total protein darah kerapuhan sel darah merah pada ayam lokal Jimmy Farm. 2. Mendapatkan seberapa besar tingkat energi protein ransum dapat menghasilkan total protein darah yang baik dan kerapuhan sel darah merah yang rendah pada ayam lokal Jimmy Farm. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, akademisi dan para pembaca serta menjadi tambahan informasi dasar dalam ilmu pengetahuan. Penggunaan ransum yang mengandung energi dan protein yang berpotensi sebagai
bahan pakan yang tidak menyebabkan kerapuhan sel darah merah yang tinggi pada ayam lokal serta dapat menjadikan petunjuk praktis bagi peternak untuk mengetahui penggunaan imbangan energi dan protein yang tepat dalam ransum sebagai faktor pendukung produktifitas yang tinggi.
1.5 Kerangka Pemikiran Ayam lokal merupakan salah satu sumber bahan pangan untuk memenuhi keperluan protein hewani yang disukai oleh masyarakat karena memiliki cita rasa yang khas tetapi memiliki produktifitas yang masih rendah. Berbagai faktor yang mengakibatkan rendahnya produktifitas ayam lokal adalah karena sifat genetik, tingkat kematian yang tinggi, lamanya pemeliharaan dan keperluan nutrisi dalam ransum. Ayam lokal Jimmy Farm merupakan hasil persilangan dari 7 jenis ayam lokal yang berbeda yaitu ayam kedu, ayam bangkok, ayam hutan, ayam pelung, ayam cemani, ayam sentul dan ayam kapas (Gabe, 2014). Hasil persilangan ini diharapkan dapat mewarisi sifat-sifat unggul dari setiap ayam tersebut. Keunggulan ayam lokal Jimmy Farm ini yaitu memiliki produktifitas yang baik, tingkat mortalitas yang rendah tetapi mempunyai tingkah laku mudah kaget yang disebabkan oleh faktor genetik ayam tersebut. Tingkah laku ini menyebabkan ayam mudah stress dan berpengaruh terhadap perubahan status darah. Untuk memperbaiki hal ini, maka diperlukan asupan nutrien yang tepat dan seimbang terutama kandungan energi dan protein untuk memenuhi keperluan hidup pokok dan produksinya. Sumber energi dapat bersumber dari karbohidrat, protein maupun lemak. Jika ayam kekurangan energi, maka ayam tersebut akan memanfaatkan simpanan energi dalam tubuh melalui proses glikolisis, glukoneogenesis dan glikogenolisis. Ransum dengan kandungan energi dan protein yang baik dapat membuat proses pembentukan darah yang baik pula. Keadaan darah akan memengaruhi produktivitas, daya tahan serta pembentukan otot.
Fungsi darah diantaranya adalah menyerap dan membawa nutrient dari saluran pencernaan menuju jaringan, membawa oksigen dari paru-paru ke jaringan dan membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru, membawa produk buangan metabolisme, membawa hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin serta mengatur kandungan cairan jaringan tubuh (Frandson, 1993). Profil darah terdiri dari protein plasma dan sel-sel darah. Plasma darah terdiri dari protein darah dan non protein darah. Albumin, globulin dan fibrinogen termasuk ke dalam protein darah. Protein darah disintesa dalam hati yang berfungsi sebagai pengangkut, imunitas dan membantu keseimbangan asam basa (Adisuwirjo, 2001). Darah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti genetik, umur, jenis kelamin, penyakit, temperatur lingkungan, keadaan geografis dan keadaan fisik ayam tersebut. Sel darah merah pada unggas memiliki masa hidup yang singkat, namun daya tahannya cukup tinggi. Rata-rata daur hidup eritrosit pada unggas yaitu 28 sampai 35 hari (Sturkie, 1976). Selain itu sel darah merah pada unggas berbentuk elips dan berinti memiliki membran sel yang bersifat semi permiabel terhadap lingkungan disekitarnya serta mempunyai batas tekanan dari luar. Membran sel dilapisi oleh lemak, protein, karbohidrat, glikoprotein dan kolesterol (Kusumawati, 2004). Berbagai nutrien ini disediakan dari ransum yang dikonsumsi, sehingga kandungan nutrien ransum terutama energi dan protein berpengaruh pada kondisi membran sel tersebut. Kekuatan maksimum yang terjadi pada membran eritrosit dalam menahan tekanan dari luar sampai terjadinya hemolisis disebut sebagai kerapuhan atau fragilitas (Swenson, 2005). Beberapa faktor yang memengaruhi fragilitas eritrosit antara lain spesies hewan, lingkungan, penyakit, nutrisi, penyimpanan darah,
antikoagulan dan lain sebagainya. Tekanan maksimum fragilitas pada ayam berada pada taraf pemberian NaCl sebesar 0.20-0.40% (Mafudvadze dan Erlwanger, 2007). Pemberian ransum dengan kualitas protein yang baik tentunya akan memengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan merupakan gambaran dari kualitas protein ransum yang diberikan. Kualitas protein tinggi akan memengaruhi asupan protein ke dalam daging sehingga asam-asam amino tercukupi di dalam tubuhnya yang tentunya akan memengaruhi sel darah merah. Keperluan untuk ayam lokal pedaging adalah 19% protein (0-6 minggu) dan 15% protein (>6-12 minggu) dengan energi metabolis 2900 kkal/kg (Iskandar, 2001). Protein 17%, energi 2900 kkal/kg dan 3100 kkal/kg serta protein 20%, energi 2900 kkal/kg dan 3100 kkal/kg dapat meningkatkan performans ayam lokal (Husmaini, 2000). Pada ayam tipe ringan umur 2-8 minggu memerlukan energi metabolis antara 2600-3100 kkal/kg dan protein ransum antara 18% - 21,4% (Scott dkk, 1982). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayam kampung pada masa pertumbuhan dapat diberikan ransum yang mengandung energi metabolis sebanyak 2700-2900 kkal/kg dengan protein lebih besar sama dengan 18% (Sutama, 1991). Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat diambil hipotesis bahwa pemberian ransum dengan imbangan energi protein pada tingkat protein 17% dan energi 2750 kkal/kg dapat mempertahankan keadaan sel darah merah agar tidak mengalami kerapuhan serta dapat menghasilkan total protein darah yang lebih baik.
1.6 Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai Mei 2017 di Kandang Test Farm Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, analisis fragilitas dan total protein akan dilakukan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.