HUBUNGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DENGAN INTENSI BERMEDIA SOSIAL PADA SISWA SMA TEUKU UMAR SEMARANG. Allysa Rahmanissa

dokumen-dokumen yang mirip
2015 HUBUNGAN KETERAMPILAN SOSIAL D ENGAN INTENSITAS PENGGUNAAN TWITTER PAD A REMAJA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. teknologi informasi yang saat ini sering digunakan oleh banyak orang ialah

Bab I Pendahuluan. membutuhkan orang lain. Menjalin interaksi dengan individu lain dan lingkungan sekitar

BAB I PENDAHULUAN. fungsi standar menjadi hadirnya sebuah telepon seluler pintar atau smartphone

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan komunikasi atau sering disebut dengan Information and Communication

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Fokus Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Peneltian...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perceptions of Personal and Group Discrimination menyatakan bahwa dalam

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan dengan orang lain di beda tempat (Dyah, 2009). Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai pengguna internet urutan keenam di dunia menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Misalnya seperti mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini perkembangan teknologi informasi berjalan sangat pesat. Kecanggihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya dunia jejaring sosial terutama facebook yang muncul pertama kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dewasa ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Teknologi yang berkembang pesat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. besar yang sudah terfasilitasi oleh provider jaringan-jaringan internet.

BAB I PENDAHULUAN. 88 juta orang dengan komposisi sebagai berikut: Tabel 1.1 Komposisi Pengguna Internet Indonesia Berdasarkan Usia

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI BERMEDIA SOSIAL PADA SISWA SMA NEGERI 11 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berada direntang usia tahun (Monks, dkk, 2002). Menurut Haditono (dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Keberadaan internet sebagai media komunikasi baru memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Adanya kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi internet telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. jejaring sosial atau yang biasa dikenal dengan facebook. Dalam perkembangan teknologi tersebut, handphone juga ikut

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan manusia dalam berbagai bidang (Sulistiyarini, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya memiliki kontribusi dalam menciptakan keberagaman media.

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kemudahan yang telah disediakan oleh kemajuan teknologi bernama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan yang tinggi pula terhadap aktivitas belajar (Chang, 2012), sehingga apa pun yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI DENGAN INTENSITAS BERINTERNET PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semuanya serba instan. Dengan zaman yang serba teknologi dan serba online, akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motif-motif yang harus dipenuhinya. Maslow (dalam Sobur, 2003) dalam

2015 MODEL PENGAYAAN KETERAMPILAN BERBAHASA JEPANG MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Tidak hanya dengan menggunakan komputer atau laptop saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Irfan Fahriza, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengguna teknologi internet terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisional. Ahlqvist, dkk (2008 dalam Sulianta, Feri 2015). Perkembangan

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi maka manusia dapat dikatakan tersesat dalam menjalani hidup.

BAB I. 1.1 Latar Belakang. untuk berinteraksi dengan individu lain, dan hal ini telah dimulai semenjak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil penelitian Yahoo!-TNSNet Index, aktivitas internet yang paling

BAB I PENDAHULUAN. gambaran menakutkan (Mangkuprawira, 2011). Hal itu biasanya muncul pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian. yaitu SDN Sidoarum dan SDN Godean 1. SDN Sidoarum beralamat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selaras dengan tuntutan dunia, hal-hal baru pun bermunculan dengan siap

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh para akademisi untuk memudahkan pertukaran data dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. Internet merupakan salah satu media yang paling diminati banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber dan media informasi, internet mampu menyampaikan berbagai bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki personal branding, setidaknya untuk lingkungan terdekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dan individu

, 2015 PENGARUH PERFORMANCE EXPECTANCY, EFFORT EXPECTANCY, DAN SOCIAL INFLUENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION INSTAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi telah berkembang sangat cepat hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan

HUBUNGAN ANTARA KETERAMPILAN SOSIAL DAN KECANDUAN SITUS JEJARING SOSIAL PADA MASA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENGAPA MEDIA SOSIAL. Selamat Datang di Era Generasi Y

BAB I PENDAHULUAN. situs web, atau chatting. Dengan aneka fasilitas tersebut individu dapat

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi sangat terasa cepat di segala aspek kehidupan. Perkembangan teknologi

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Asosiasi

MAKALAH PENGARUH SMARTPHONE TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-cara

adalah sebesar 1,628 milyar US dollar (naik 15% dari tahun sebelumnya), untuk beriklan di koran sebesar 501 juta US dollar (naik 8,5%), di internet 14

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi komunikasi saat ini seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan teman baru, 20% menganggap instant massaging paling cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Akibat tingkat pertumubuhan yang positif tersebut, secara otomatis industri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan manusia lainnya sehingga tidak bisa untuk hidup sendiri. Dengan semakin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil analisis Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dalam era globalisasi ini komunikasi sangat berperan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. media sosial. Popularitas media sosial semakin berkembang dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini kemajuan teknologi dan informasi terus berkembang. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. untuk di dapatkan terutama di kota - kota besar di Indonesia. Oleh sebab itu gaya

BAB I PENDAHULUAN. Produk elektronik sendiri dikategorikan menjadi consumer product. elektronik ini menjadi potensi dalam pengembangan teknologi.

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. tatap muka secara langsung menjadi komunikasi yang termediasi oleh teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dengan orang

Sumber: Twitter Warunk UpNormal (2014)

BAB I PENDAHULUAN. dalam berkomunikasi terutama dengan adanya teknologi internet. Internet saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KEBAHAGIAAN DENGAN INTENSI BERMEDIA SOSIAL PADA SISWA SMA TEUKU UMAR SEMARANG Allysa Rahmanissa 15010112130045 Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia allysarahmanissa18@gmail.com ABSTRAK Kebahagiaan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang menyenangkan dan bersifat subjektif berupa emosi positif yang ingin dicapai individu dalam hidupnya. Intensi bermedia sosial adalah keinginan individu untuk menggunakan media sosial dengan memiliki akun pada beberapa jejaring sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial pada siswa SMA Teuku Umar Semarang. Total subjek yang digunakan sebanyak 152 siswa yang diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua skala. Skala pertama yaitu Skala Intensi Bermedia Sosial (18 aitem; α = 0,833) dan Skala Kebahagiaan (22 aitem; α = 0,845). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis non-parametrik Spearman s Rho, yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p = 0,362 (p > 0,05) dan nilai koefisien korelasi sebesar rxy = 0,074. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial, artinya tinggi dan rendahnya intensi bermedia sosial siswa tidak secara langsung berkorelasi dengan kebahagiaan siswa. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena ada faktor lain yang lebih dapat menjelaskan, seperti faktor kepribadian, lingkungan sosial, maupun kondisi sosio-ekonomi. Kata kunci: Kebahagiaan, Intensi Bermedia Sosial, Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di negara berkembang seperti Indonesia dapat dikatakan pesat, khususnya dalam bidang telekomunikasi. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII (2014), mengungkapkan bahwa 34,9% atau 252,4 juta orang penduduk Indonesia merupakan pengguna internet. APJII juga mengungkapkan, perkembangan ini berawal dari munculnya gadget dengan berbagai variasi dan harga yang terjangkau, serta kebutuhan akan internet dalam pengoperasian gadget tersebut. Kemunculan perangkat untuk mengakses internet cukup beragam. Perangkat yang terpopuler adalah telepon seluler yang lebih dikenal dengan smartphone. Wilayah Jawa dan Bali termasuk pengguna smartphone terbanyak di Indonesia dengan persentase 92% dibandingkan dengan perangkat lain seperti laptop, komputer, dan tablet (PUSKAKOM-UI, 2015). Sebuah survei yang dilakukan Credit Lyonnais Securities Asia (CLSA) Indonesia pada tahun 2015 menunjukkan bahwa sebanyak 36% penggunaan smartphone didominasi oleh aplikasi-aplikasi media sosial yang memudahkan pengguna untuk berkomunikasi dengan orang lain serta ditunjang dengan koneksi yang lebih cepat menjadikan orang Indonesia tidak lepas dari smartphone. (CLSA Indonesia, 2015).

Data survei APJII pada tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat tiga alasan utama orang Indonesia menggunakan internet, yaitu sarana sosial atau komunikasi, sumber informasi harian, dan mengikuti perkembangan zaman. Menurut data di atas, 87% orang Indonesia menggunakan media sosial untuk mewujudkan tiga alasan utama tersebut. Keinginan untuk menggunakan media sosial cukup luas dari berbagai kalangan usia terlebih lagi remaja (PUSKAKOM-UI, 2015). Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan bahwa 98% anak-anak dan remaja di Indonesia mengetahui tentang internet, dan 79,5% diantaranya adalah pengguna internet (KEMKOMINFO, 2014). Menurut Santrock (2012), salah satu kebutuhan remaja pada masa perkembangannya adalah bersosialisasi. Pada tahap perkembangan ini remaja berkeyakinan bahwa dirinya adalah seorang yang unik dan tidak terkalahkan, terutama pada identitas sosial untuk menjadi seorang yang eksis (Santrock, 2012). Helmi dan Pratiwi (2012), menjelaskan bahwa memiliki akun jejaring sosial merupakan wujud usaha remaja dalam pencapaian identitas, karena identitas tersebut penting bagi remaja untuk bersosialisasi. Jejaring sosial adalah sebuah aplikasi media sosial berbasis internet yang memungkinkan orang untuk berinteraksi satu sama lain dan membangun jaringan sosial yang meningkatkan modal sosial (Kaplan & Haenlein, 2010). Lingkungan yang mendukung kecanggihan menyebabkan fasilitas jaringan internet wireless atau wifi tersebar luas dibeberapa tempat seperti rumah, tempat kerja, kampus, pusat perbelanjaan, sekolah, restoran, dan tempat umum lainnya

(PUSKAKOM-UI, 2015). Fakta tersebut menjadikan kompetitor semakin kreatif menciptakan beragam jenis media sosial yang mudah dan menarik. Sejalan dengan informasi dari Global Web Index (2014), menyebutkan hampir semua media sosial dimiliki pengguna internet di Indonesia seperti Facebook, Google+, Twitter, Youtube, Instagram, Path, dan LinkedIn. Data statistik APJII menyebutkan sebanyak 252,4 juta penduduk Indonesia merespon kecanggihan teknologi berbasis internet dengan baik, hal tersebut dapat dilihat dari penggunaan media sosial yang tinggi dengan persentase data sebesar 87%. Kondisi tersebut muncul dikarenakan adanya intensi, intensi merupakan suatu niat atau keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu (Dayakisni & Hudaniah, 2015). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi intensi individu yaitu, attitudes toward behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control (Ajzen, 2005). Faktor yang mempengaruhi intensi menurut Ajzen (2005) tersebut, dapat dikaitkan dengan intensi individu dalam penggunaan media sosial, maka attitudes toward behavior adalah sikap yang muncul dalam menghadapi perkembangan internet serta bentuk perilaku individu dalam penggunaan media sosial. Lalu, faktor kedua yaitu subjective norms yang merupakan keyakinan individu dalam menanggapi dan menggunakan media sosial, jika bermedia sosial adalah sesuatu yang trend dan up to date terutama dikalangan remaja. Terakhir adalah perceived behavioral control yaitu kontrol perilaku yang ditentukan oleh pengalaman masa lalu dan perkiraan individu mengenai seberapa sulit atau mudahnya bermedia sosial.

Beberapa penelitian tentang intensi memaparkan berbagai perilaku yang muncul akibat penggunaan media sosial. Dalam perkembangan remaja, afiliasi dibutuhkan untuk menjalin interaksi sosial. Rinjani dan Firmanto (2013) mengungkapkan intensitas yang tinggi dalam mengakses facebook, disebabkan oleh kebutuhan afiliasi pada remaja yang juga tinggi. Melalui facebook, remaja dapat mengembangkan jaringan pertemanan secara mudah. Selain itu fitur yang terdapat di facebook membuat remaja dapat memenuhi kebutuhan afiliasinya tanpa harus bertatap muka. Stepanikova, Nie, dan He (2010) menunjukkan bahwa individu yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggunakan internet merupakan individu yang sering mengalami depresi dan kesepian. Menghabiskan waktu dengan menggunakan internet, dilakukan individu sebagai cara untuk menghindar dari masalah yang sedang dialami. Seperti, masalah dengan keluarga, teman, atau relasi sosialnya. Perilaku menghindar dari masalah merupakan salah satu bentuk ketidakpuasan individu terhadap hidupnya. Majorsy, Kinasih, Andriani, dan Lisa (2013) menyebutkan kurangnya keterampilan sosial membuat individu merasa tidak nyaman dan tidak mampu berkomunikasi dengan baik, sulit mengenali isyarat verbal maupun non-verbal, serta kesulitan dalam menyesuaikan perilaku dari berbagai situasi sosial. Hal tersebut akan menghambat tahapan perkembangan remaja dalam bersosialisasi. Rasa puas dan ketidakpuasan sendiri merupakan makna dari kebahagiaan, yakni sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian tujuan (Diener, 2007), atau perasaan gembira atas apapun yang didapatkan dalam kehidupan dan merasa lebih baik

secara sosial, fisik, emosional, serta psikologis (Froh, Bono, & Emmons, 2010). Individu yang tidak bahagia atau individu yang mengalami depresi cenderung lebih berfokus pada diri mereka sendiri (Myers, 2012). Alasan remaja masa kini menggunakan media sosial selain untuk bersosialisasi dan mencari hiburan adalah sebagai tempat untuk berekspresi (Bayraktar & Gün, 2007). Salah satu bukti nyatanya adalah banyak remaja lebih senang mencurahkan perasaan ketidakpuasannya dan berkeluh kesah di media sosial, tetapi tidak menghadapi, dan menyelesaikan masalahnya secara langsung. Realitas sikap yang terjadi pada generasi masa kini lebih mengekspresikan suara dan bertindak tanpa memikirkan konsekuensi ke depan (Mahadi, Jamaludin, Johari, & Fuad, 2016). Hal tersebut menjadikan norma sosial baru yang muncul akibat fenomena dalam bermedia sosial. Interaksi dalam kehidupan sehari-hari merupakan wujud nyata dari hubungan sosial manusia. Hubungan sosial antara manusia berkaitan dengan kebahagiaan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari bagaimana emosi memainkan peran penting dalam interaksi sehari-hari, yang berguna dalam menjalin komunikasi atau mediasi hubungan antar individu (Pânişoarâ, Pânişoarâ, & Sandu, 2015). Pada media sosial, emosi hanya bisa ditunjukkan dengan fitur yang terdapat di dalam aplikasi tersebut. Wujud tanggapan individu akan suatu hal seperti memberikan respon berupa komentar, like, dan fitur sejenisnya (Kaplan & Haenlein, 2010). Beberapa penelitian tersebut menunjukkan bahwa kehadiran media sosial merupakan suatu hal yang dilematis. Di satu sisi kehadiran media sosial dapat

memberikan manfaat seperti memudahkan manusia berkomunikasi secara luas tanpa batasan ruang dan waktu. Akan tetapi kehadiran media sosial juga dapat mengubah bentuk interaksi dalam berhubungan sosial, menjadi hubungan sosial secara tidak langsung atau maya. Pada akhirnya muncul paradigma masyarakat, jika media sosial mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat (Loop, 2016). Sejalan dengan penelitian Cookingham dan Ryan (2015), tidak dapat dipungkiri jika media sosial telah menjadi bagian integral dari budaya saat ini. Terlebih lagi pada kehidupan sosial remaja masa kini lebih banyak dihabiskan dengan menggunakan aplikasi di media sosial (APJII, 2015). Meskipun kehadirannya telah membantu meningkatkan manfaat dalam bidang komunikasi dan pendidikan, namun di sisi lain remaja yang menggunakan media sosial akan berperilaku cenderung negatif sehingga menciptakan norma sosial baru. Bentuk perilaku dengan tersebut dapat membahayakan kesehatan seksual maupun sosial remaja (Cookingham & Ryan, 2015). Pernyataan tersebut diperkuat juga dengan data yang dipublikasikan Tim Pusat Humas Perdagangan RI (2014) mengenai dampak positif dan negatif dari media sosial. Dampak positif tersebut berupa percepatan penyebaran komunikasi dan informasi. Selanjutnya, dampak negatif berupa berkurangnya intensitas interaksi interpersonal secara langsung, muncul kecanduan pada pengguna, serta persoalan etika dan hukum yang disebabkan oleh adanya isi atau konten yang melanggar moral, privasi, dan aturan. Berdasarkan hasil komunikasi personal dengan salah satu guru bimbingan konseling (BK), terdapat informasi pelanggaran aturan yang dilakukan siswa ketika

menggunakan smartphone saat kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Adanya fasilitas wi-fi bertujuan sebagai alat untuk membantu siswa dalam proses mengerjakan tugas seperti browsing materi pembelajaran. Akan tetapi hal tersebut meresahkan guru-guru karena didapati siswa lebih dominan menggunakan fasilitas tersebut untuk bermain media sosial. Hasil penelitian Longstreet dan Brooks (2017) menunjukkan bahwa kepuasan hidup mempengaruhi kecanduan internet secara umum dan kecanduan spesifik terhadap media sosial. Bagi pengguna yang mengalami tekanan dan bermasalah dalam kehidupannya, maka kepuasan hidupnya menurun yang pada akhirnya membawa peningkatan kecanduan media sosial dan internet. Penelitian lain juga mengatakan bahwa kepuasan hidup remaja yang buruk akan meramalkan bagaimana remaja membandingkan dirinya dengan individu lain secara negatif dan berlebihan di facebook dan begitu juga sebaliknya. Artinya, individu yang sudah tidak merasa puas akan kehidupannya cenderung akan menggunakan situs jejaring sosial dengan cara membandingkan dirinya dengan individu lain yang memiliki kehidupan lebih baik (Frison & Eggermont, 2016). Carr (2004), menyebutkan kebahagiaan adalah keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingkat kepuasan hidup dan afek positif yang tinggi, dan tingkat afek negatif yang rendah. Penelitian Shayan dan Gatab (2012), mengungkapkan kebahagiaan merupakan salah satu konsep dasar dari kehidupan individu terutama pada siswa, karena kebahagiaan memiliki peran penting dalam kesehatan mental siswa.

Hasil penelitian Shayan dan Gatab (2012), menjelaskan bahwa individu yang bahagia akan berperilaku baik dalam kehidupan sosialnya terhadap keluarga, pekerjaan, pendidikan maupun dirinya sendiri. Selain itu, individu yang bahagia juga lebih menyenangkan, lebih mudah percaya, dan responsif terhadap lingkungan sekitar (Myers, 2012). Penelitian lain yang menyebutkan bahwa penggunaan internet dikaitkan secara positif dengan kepuasan hidup adalah penelitian Bozoglan, Demirer, dan Sahin (2013), penelitian tersebut menemukan bahwa meskipun tidak berhubungan langsung, kecanduan internet salah satunya dipengaruhi oleh kepuasan hidup. Hal tersebut dikarenakan kepuasan hidup mempengaruhi kecanduan internet melalui kesepian dan harga diri yang rendah. Pernyataan tersebut terbukti juga dalam penelitian Stepanikova, dkk (2010) dan Mahadi, dkk (2016) yang mengungkapkan bahwa cara individu menunjukkan ketidakpuasan akan hubungan sosial yaitu dengan menghabiskan waktu dengan internet. Individu yang tidak puas adalah individu yang merasakan depresi dan kesepian. Depresi dan kesepian merupakan afek negatif yang akan menghambat perkembangan remaja karena pada umumnya individu yang depresi maupun kesepian tidak hanya mempengaruhi individu secara fisik maupun psikis yakni berpikiran negatif, merasakan tidak berharga, serta tidak tertarik dalam berhubungan dengan teman maupun keluarga (Myers, 2012). Berdasarkan paparan tersebut, ditunjukkan bahwa kebahagiaan merupakan keadaan emosi yang subjektif, yang ditentukan masing-masing individu. Ketika individu khususnya remaja menunjukkan ketidakbahagiaannya dengan merasa kesepian atau tidak puas akan kehidupan dan hubungan sosialnya, maka hal tersebut

dapat mempengaruhi remaja salah satunya dalam mengekspresikan diri melalui media sosial (Mahadi dkk, 2016). Sebaliknya, jika kebahagiaan dapat menjadikan remaja lebih baik dalam berperilaku di kehidupan sosialnya, maka kebahagiaan dapat membuka kesempatan serta memberikan jalan bagi remaja untuk memodifikasi perilaku agar dampak negatif dari penggunaan media sosial dapat diminimalkan (Shayan & Gatab, 2012). Seperti dalam penelitian Chu, Capio. Aalst, dan Cheng (2017) dipaparkan temuan jika siswa yang menggunakan media sosial secara benar akan membantu kualitas menulis kolaboratif di sekolah. Akan tetapi, peran guru dalam pendampingan penggunaan media sosial dalam menerapkan strategi pedagogis penting untuk membekali siswa ketika menggunakan media sosial. Berdasarkan data yang diungkap dan perbandingan hasil dari penelitianpenelitian sebelumnya yang berbeda, hal tersebut menjadikan peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial dalam bentuk skripsi yang berjudul Hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial pada siswa SMA Teuku Umar Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan peneliti adalah Apakah ada hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial pada siswa SMA Teuku Umar Semarang?.

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial pada siswa SMA Teuku Umar Semarang. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pengetahuan di bidang psikologi sosial khususnya mengenai kebahagiaan dan intensi bermedia sosial pada remaja, serta penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi pada pelaksanaan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberikan informasi berupa gambaran nyata kepada siswa SMA Teuku Umar Semarang, tentang hubungan antara kebahagiaan dengan intensi bermedia sosial pada remaja.