BAB I PENDAHULUAN. Ar-Ruzz Media, 2010) hlm Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta:

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Anonim, gambar Cycas rumphii, diakses pada tanggal 14 Desember 2014 pukul 14.10

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. generasi bangsa yang dapat membuat bangga negaranya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas pendidikannya. Contohnya adalah Finlandia, negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik merupakan masa depan bangsa. Jika peserta didik di didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Mediatama, Surabaya, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. 2012), hlm.7. 1 Fathurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras,

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. sejumlah tahapan belajar yang didesain untuk siswa dengan petunjuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia,Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, Hal. 6 2 Ibid, Hal.

BAB I PENDAHULUAN. bisa kita hindari. Revolusi di berbagai bidang baik dalam bidang teknologi,

BAB V PEMBAHASAN. A. Kompetensi profesional guru dalam penguasaan materi pembelajaran. untuk meningkatkan minat belajar Al-Qur an Hadits siswa di MTs

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Kencana, Jakarta, 2006, hlm Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Sinar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm. 1 Faturrahman, Ibid, hlm. 15 3

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prihantini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berkat pendidikan, orang terbebaskan dari

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu cara untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan berfikir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengankemajuan zaman. Perkembangan ini sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2014, Cet Pertama, hlm Rulam Ahmadi, Pengantar Pendidikan (Asas & Filsafat Pendidikan), Arruz Media,

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Di tengah pesatnya perkembangan zaman sekarang ini, tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan cara perbaikan proses pembelajaran. mencapai tujuan tersebut, tidak selalu cocok pada semua siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Jurusan Pendidikan Biologi. Disusun Oleh : YULI WIDY ASTUTI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat berpengaruh terhadap perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Paradigma baru dalam dunia pendidikan dapat terlihat dari berbagai model pembelajaran antara lain: quantum teaching, quantum learning, cooperative learning, contextual teaching learning, pembelajaran autentik dan PAIKEM. Model pembelajaran tersebut dapat memberikan warna dan semangat baru dalam dunia pendidikan. Peranan guru dalam hal ini menjadi sangat penting yaitu sebagai agen perubahan (agent of change). Guru berperan sebagai agent of change, juga berperan sebagai agent of culture. Maksudnya ialah seorang guru mempunyai tugas untuk melestarikan serta mentranformasikan nilai-nilai kultural kepada generasi muda, serta memberikan perubahan terhadap nilai-nilai kebudayaan ke arah yang lebih baik dan berkualitas. Tugas guru juga mendidik yang lebih menekankan pada pembentukan jiwa, karakter dan kepribadian berdasarkan nilai-nilai. 1 Keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu materi pembelajaran terletak pada kemampuan dalam mengelola belajar, kondisi belajar, dan membangun struktur 1 Marno dan M. Idris, Strategi dan Metode Pengajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) hlm. 18 1

kognitifnya pada bangunan pengetahuan awal serta mempresentasikannya secara benar. Guru selayaknya senantiasa menjadi sosok yang mampu menumbuhkan inspirasi kreatifitas bagi peserta didiknya dengan menjadikan diri mereka sebagai model percontohan. Guru diharapkan mampu memberikan pendidikan dan pengajaran sesuai dengan perkembangan peserta didik. 2 Materi yang diajarkan oleh guru perlu dirancang dengan menggunakan model pembelajaran, media dan metodologi pembelajaran yang menarik bagi peserta didik. Tujuan hal ini agar peserta didik mudah memahami materi yang disampaikan. 3 Pendidikan masih didominasi oleh pandangan bahwa guru cenderung fokus pada tujuan pembelajaran pada level pengetahuan. Pembelajaran dan penilaian sering terbatas pada aspek hafalan semata. 4 Sebagian besar kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan dan ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan penerapan model pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa. Model pembelajaran tersebut harus lebih mendorong siswa menjadi aktif, 2 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hlm. 8 3 Syamsul Ma arif, Guru Profesional Harapan dan Kenyataan, (Semarang: Need s Press, 2011) hlm.26 4 Kusaeri Suprananto, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012) hlm. 60 2

dinamis, dan kreatif sehingga akan mempermudah siswa untuk memahami konsep yang diperoleh. Kondisi gambaran pendidikan yang masih perlu diperbaiki dapat dilihat dari kegiatan belajar mengajar (KBM) pada pembelajaran IPA di salah satu SMP swasta di Demak. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan terdapat beberapa permasalahan dalam pembelajaran. Siswa yang kurang berani untuk mengutarakan ide dari sebuah permasalahan yang disampaikan oleh guru, siswa masih terbiasa berdiskusi dengan teman sebangku dan belum berani mengungkapkannya di depan kelas. Kenyataan tersebut mendorong peneliti untuk mencoba menerapkan model pembelajaran yang dapat melatih siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Pembelajaran aktif, kreatif, dan inovatif sangat diperlukan. Alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan tersebut yaitu student facilitator and explaining. Metode student facilitator and explaining merupakan suatu metode dimana siswa mempresentasikan ide atau pendapat pada siswa lainnya. Model ini memberikan kemampuan siswa untuk merespon dan mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan materi. Materi yang dipelajari melalui berpikir positip dan berpikir kritis sehingga sikap ilmiah siswa secara terpadu akan tumbuh pada diri siswa saat pembelajaran di 3

dalam kelas. Metode ini juga dapat meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran dilakukan dengan demonstrasi. 5 Pembelajaran student facilitator and explaining juga sangat sesuai untuk diterapkan pada kurikulum 2013. Kurikulum 2013 keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran cukup besar. Peserta didik diharapkan mampu bereksplorasi untuk membentuk kompetensi dengan menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah. 6 Peserta didik juga dituntut aktif dalam tugas-tugas kognitif sosial kemasyarakatan. Kurikulum 2013 juga mengimplementasikan nilai budaya yang ada dalam masyarakat. Kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi seperti yang digariskan dalam haluan negara. Kurikulum 2013 diharapkan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh dunia pendidikan dewasa ini, terutama dalam memasuki era globalisasi yang penuh dengan berbagai macam tantangan. Optimalisasi implementasi kurikulum 2013 dapat diterapkan melalui beberapa upaya. Upaya tersebut mencakup usaha untuk mendongkrak prestasi, penghargaan dan hadiah, membangun tim, program akselerasi, mengimplementasikan 5 Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm.229 6 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT.Rosdakarya, 2013)hlm. 142 4

kurikulum melalui budaya, melibatkan masyarakat, menghemat biaya pendidikan, dan membangun jiwa kewirausahaan. 7 Salah satu upaya yang akan dilakukan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 pada penelitian ini adalah mengimplementasikan kurikulum melalui budaya. Implementasi kurikulum melalui budaya merupakan salah satu upaya untuk melaksanakan pendidikan yang berbasis pada kearifan lokal. Observasi penelitian dilakukan oleh penulis bertempat di kota Demak. Kota Demak menjadi salah satu tempat yang tepat untuk mengimplementasikan pembelajaran IPA kurikulum 2013 yang berbasis pada kearifan lokal dengan alasan bahwa penulis lahir dan bertempat tinggal di kota Demak. Penulis juga seorang anak pribumi asli Demak yang memiliki beban moral untuk senantiasa mengembangkan dan memajukan kota kelahiran. Penulis juga ingin menyadarkan peserta didik sebagai generasi muda di kota Demak bahwa kota Demak begitu kaya akan kearifan lokal. Salah satunya adalah Jambu Air dan Belimbing khas Demak. Demak merupakan kota penghasil buah Belimbing dan Jambu Air (Jambu Air Delima dan Jambu Air Citra). Di kota ini terkenal dengan buah jambu air dan buah belimbing yang menjadi kebanggan kabupaten Demak. Jambu Air Merah Delima merupakan produk hortikultura unggulan dari Kabupaten Demak. 189 7 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, hlm. 5

Hal ini dibuktikan dengan adanya surat Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 521/ Kpts/ SR.120/ 12/ 2005 tertanggal 26 Desember 2005, yang menyatakan bahwa Jambu Air Merah Delima sebagai varietas unggul Hortikultura Kabupaten Demak. 8 Kota Demak juga terdapat beberapa patung besar yang menjadi semboyan kearifan lokal kota Demak. Tempatnya ada di Jl. Sultan Hadi Wijaya, Pasar Bintoro dan Alun-Alun Demak. Hal ini menandakan bahwa bukti kearifan lokal di masyarakat Demak perlu di banggakan, dijaga dan dilestarikan. Kearifan lokal merupakan salah satu produk kebudayaan yang lahir karena kebutuhan akan nilai, norma dan aturan untuk melakukan suatu tindakan. Kearifan lokal merupakan salah satu sumber pengetahuan kebudayaan masyarakat dalam tradisi sejarah, pendidikan formal dan informal, seni, agama dan interpretasi lainnya. 9 Pendidikan formal khususnya pada pelajaran IPA akan di terapkan pembelajaran dengan media berbasis kearifan lokal. Penerapan ini akan diimplementasikan pada metode pembelajaran. Metode Pembelajaran Student facilitator and explaining akan dibasiskan dengan media kearifan lokal. Penerapan metode 8 Departemen Pertanian, Keputusan Menteri Pertanian Nomor:512/Kpts/SR.120/12/2005. Tentang pelepasan jambu air merah delima sebagai varietasunggul. (Jakarta: 2006) Hlm 639-643 9 Sukendar, Muhtarom, Sulaiman, Kearifan lokal dalam Pelestarian Lingkungan Hidup, (Semarang: Pusat Penelitian IAIN Walisongo, 2010) hlm. 21 6

Pembelajaran Student facilitator and explaining dengan media berbasis kearifan lokal diharapkan peserta didik dan pendidik mampu menjaga pelestarian lingkungan di kota Demak. Penelitian ini terdapat di SMP PGRI 1 Demak yang tempatnya strategis yaitu berdekatan dengan patung sebagai lambang kearifan lokal. Peserta didik sudah tidak asing melihat dan mengetahui sejarah patung tersebut, harapannya dengan pembelajaran media berbasis kearifan lokal peserta didik dapat meningkatkan kesadaran bahwa kebanggaan kearifan lokal yang sudah diakui dapat dilestarikan dengan pembelajaran IPA di kelas. Pendidik dalam melakukan pembelajaran diupayakan untuk memanfaatkan nilai-nilai kearifan lokal sebagai sumber pembelajaran untuk peserta didik. Nilai-nilai kearifan lokal yang ada di daerah sekitar sekolah diintegrasikan dalam pembelajaran. Penggunaan sumber belajar ini diharapkan akan ikut berperan serta dalam meningkatkan rasa pelestarian lingkungan pada peserta didik. Selain itu keunggulan lokal yang dimiliki daerah dapat dapat bermanfaat bagi penduduk setempat 10 Pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai hidup dapat tercermin dalam pendidikan karakter yakni proses pendewasaan individu mulai dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Tantangan saat ini dan ke-depan adalah bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter 10 Jamal Ma mur Asmani, Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, (Jogjakarta: Diva Press, 2012)hlm. 30 7

sebagai kekuatan bangsa. Kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan sangat mutlak diperlukan. 11 Pendekatan yang paling tepat adalah pendidikan karakter yang berbasis pada kearifan lokal. Sebagai Negara multikultural 12 dan plural, Indonesia mempunyai kekayaan budaya dan tradisi lokal yang tidak terhingga banyaknya. Keberagaman etnis, budaya, bahasa dan agama di Indonesia bukanlah realitas yang baru terbentuk, tetapi sudah berlangsung lama sejak zaman kerajaan, penjajahan, hingga kemerdekaan. Budaya mengandung ajaran-ajaran dan nilai-nilai hidup sesuai dengan adat daerah masing-masing. Budaya dan tradisi yang dianut oleh masyarakat itulah yang biasa disebut dengan kearifan lokal (local wisdom). Penelitian yang akan dilakukan saat ini, yakni menggabungkan model pembelajaran student facilitator and explaining dengan media berbasis kearifan lokal. Peneliti berharap dengan adanya model pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan mengimplementasikan kurikulum 11 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hlm.53 12 M. Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), hlm. 4. 8

melalui budaya, maka pembelajaran di kelas akan lebih efektif sehingga hasil belajar peserta didik akan meningkat. Disamping itu diharapkan guru maupun siswa dapat menjaga pelestarian kearifan lokal khususnya di kota Demak. Berdasarkan latar belakang tersebut, menarik minat penulis untuk melakukan kajian penelitian dengan judul: Efektivitas Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan Media Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar IPA Kurikulum 2013 Materi Spermatophyta Peserta Didik Kelas VII Di SMP PGRI 1 Demak B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan media berbasis kearifan lokal terhadap hasil belajar IPA Kurikulum 2013 materi Spermatophyta peserta didik kelas VII di SMP 1 Demak C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dengan media berbasis Kearifan Lokal terhadap hasil belajar IPA Kurikulum 2013 di SMP PGRI 1 Demak 9

2. Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis Memperkuat teori yang sudah ada dalam bidang pendidikan khususnya pembelajaran IPA Biologi bahwa metode Student Facilitator And Explaining dengan media Berbasis Kearifan Lokal dapat meningkatkan efektivitas dalam hasil belajar IPA pada materi Spermatophyta. b. Manfaat Praktis 1) Bagi peserta didik, dapat memberikan suasana baru dalam belajar biologi yang lebih bervariatif serta dapat menyadarkan peserta didik untuk melestarikan kearifan lokal. 2) Bagi pendidik, sebagai masukan dalam rangka pemilihan pembelajaran biologi yang efektif dapat menggunakan metode Student Facilitator And Explaining dengan media berbasis Kearifan Lokal untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. 3) Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengalaman baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang. 4) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan untuk penelitian yang sejenis. 10