BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bulawa terletak di Desa Kaidundu Kecamatan Bulawa. Puskesmas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

KERANGKA ACUAN KUNJUNGAN RUMAH ISPA PUSKESMAS DTP CIGASONG

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Ernawati 1 dan Achmad Farich 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

Kisi-kisi Instrumen. No Variabel Sub Variabel Definisi Operasional Indikator Keterangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ORANGTUA TENTANG ISPA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GATAK SUKOHARJO

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI DESA PEMATANG LALANG KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Infeksi saluran pernafasan akut sampai saat ini masih menjadi


BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Oleh : Tintin Purnamasari ABSTRAK

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. (1)

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

Maulina. Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU DAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

sangat berlebihan dan juga tidak realistik, seperti selalu memanggil petugas kesehatan walaupun demamnya tidak tinggi (Youssef et al, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

DEA YANDOFA BP

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSLUSIF TERHADAP KEJADIAN INFEKSISALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI RAB RSU

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya Korespondensi Penulis: Telp: ISSN:

Transkripsi:

45 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Gambaran umum Penelitian ini dilakukan di desa Kebondalem Kabupaten Batang dengan batas wilayah barat berbatasan dengan desa Yosorejo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, sebelah selatan berbatasan dengan desa Krengseng dan sebelah utara berbatasan dengan desa Jatipurwo. Berdasarkan luas wilayah Desa Kebondalem menurut penggunaan yaitu luas pemukiman 39,665 ha/m2 sedangkan luas persawahan 74,015 ha/m2. Berdasarkan data jumlah penduduk Desa Kebondalem 2113 orang dengan 601 kepala keluarga, sedangkan data jumlah kepala keluarga yang mempunyai balita di desa Kebondalem sejumlah 180 orang. Sebagian besar penduduk desa Kebondalem beragama islam, kewarganegaraan Indonesia, mata pencarian sebagai buruh tani serta nelayan. Sebagian besar berpendidikan tamat SD sebanyak 126 orang, SMP sebanyak 108 orang dan SMA sebanyak 110 orang sedangkan perguruan tinggi sebanyak 44 orang. Desa Kebondalem mempunyai sarana dan prasarana kesehatan yaitu 1 puskesmas, 5 unit posyandu di setiap dukuh dan I unit Pos kesehatan desa. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Random Sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara undian, adapun rencana jumlah sampel dalam penelitian ini sejumlah 129 orang dan penelitian sampel memenuhi target yaitu sebanyak 129 orang. Penyebaran quisioner ini dilakukan mulai bulan 01 Maret 2014 s.d 31 Maret 2014, peneliti dalam menyebar quisioner dengan cara mendatangi disetiap posyandu di masing-masing dukuh. Adapun jadwal posyandu antar dukuh berbeda. 45

46 2. Karakteristik responden a. Umur Ibu Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Mean Median Modus Nilai minimun Nilai maximum 31,01 30,00 28 23 40 Tabel 4.1 menunjukkan umur rata-rata responden 31,01, nilai tengah umur responden 30,00, umur yang sering muncul 28 tahun, umur minimum 23 tahun dan umur maximum 40 tahun. b. Pendidikan Ibu Tabel 4.2. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Pendidikan ibu Frekuensi Persentase SD 67 51,9 SMP 37 28,7 SMA 17 13,2 PT 8 6,2 Total 129 100,0 Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 67 orang (51,9%) dan responden terkecil berpendidikan PT sebanyak 8 orang (6,2%). c. Pekerjaan Ibu Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) menunjukkan mayoritas responden sebagai ibu rumah tangga sebanyak 129 (100,0%).

47 3. Analisis Univariat a. Pengetahuan Ibu Tabel 4.3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan responden di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Pengetahuan ibu Frekuensi Persentase Cukup 100 77,5 Baik 29 25,5 Total 129 100,0 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang (77,5%) dan responden terkecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang (25,5%). b. Frekuensi kejadian ISPA Tabel 4.4. Distribusi frekuensi responden berdasarakan kejadian ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Kejadian ISPA Frekuensi Persentase Sering 23 17,8 Jarang 106 62,2 Total 129 100,0 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang mengalami ISPA sebanyak 106 orang (62,2%) dan responden terkecil sering mengalami ISPA sebanyak 23 orang (17,8%)

48 4. Analisis Bivariat Hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang Tabel 4.5 Hubungan pengetahuan responden dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Tingkat pengetahuan Frekuensi kejadian ISPA Total P value Sering Frekuensi (%) Jarang Frekuensi (%) Cukup 12 (9,3) 88 (68,2) 100 (77,5) 0,001 Baik 11 (8,5) 18 (14,0) 29 (22,5) Total 23 (17,8) 106 (82,2) 129 (100) Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sering mengalami kejadian ISPA sebanyak 12 (9,3%) sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 88 (68,2%), ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan sering mengalami ISPA sebanyak 11 (8,5%) sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 18 (14,0%). Hasil penelitian menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang. B. Pembahasan 1. Tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang dan responden terkecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang. Pengetahuan cukup tentang status gizi balita hal ini dikarenakan ibu dapat menjawab

49 pertanyaan quisioner sebanyak 60% - 75% pertanyaan sedangkan pengetahuan baik disini ibu dapat menjawab pertanyaan quisiner 75%- 100% pertanyaan. Hasil penelitian pendidikan ibu didapatkan hasil bahwa ibu-ibu desa kebondalem yang berpendidikan SD sebanyak 67 0rang, SMP 37 Orang, SMA 17 orang, PT 8 Orang. Data demografi desa Kebondalem kurang strategis berada di daerah pesisir dikarenakan jauh dari pusat kesehatan masyarakat induk, sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dan banyak berpendidikan SD jadi masyarakat kurang menyadari pentingnya kesehatan untuk balitannya. Pengetahuan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Setiap ibu mempunyai pengetahuan yang berbeda-beda, hal ini disebabkan karena pengetahuan seorang ibu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman serta informasi yang diperoleh. Seseorang yang berpendidikan lebih tinggi dari SMA akan lebih mudah menerima informasi dan akan banyak menghasilkan perubahan yang menguntungkan bagi ibu. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah seperti SD tidak berarti mutlak pengetahuannya rendah pula. Menurut Azwar (2008) bahwa pengetahuan ibu dipengaruhi oleh adanya informasi mengenai sesuatu hal yang memberikan landasaan kognitif baru yang cukup bertahan akan memberikan dasar efektif dalam menilai suatu hal yang dipengaruhi oleh banyak pengalaman dan informasi yang diperoleh dari media-media yang ada, tetapi pada kenyataannya sebagian responden tidak pernah mendapatkan informasi tentang status gizi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier, 2009). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan zat zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup

50 zat zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setnggi mungkin (Marmi, 2012). Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Status Gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat - zat gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat - zat lebih esensial (Muchtadi, 2005). Pengetahuan ibu yang cukup tentang status gizi balita biasanya balita akan mengalami penurunan berat badan akibat dari kekurangan gizi karena kurangnya informasi dan pendidikan yang rendah dari ibu biasanya ibu akan memberikan makanan yang penting mengenyangkan, sehingga porsi bahan makanan sumber karbohidrat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok bahan makanan lain seperti protein (Sulistyoningsih, 2011). 2. Frekuensi terjadinya ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Batang Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang mengalami ISPA sebanyak 106 orang dan responden terkecil sering mengalami ISPA sebanyak 23 orang. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003). Hasil penelitian ini sebagian besar balitanya jarang mengalami ISPA dikarenakan mata pencahariannya sebagian besar penduduk di desa Kebondalem adalah petani dan nelayan jadi secara otomatis balitanya mendapat asupan gizi dari hasil pertaniannya dan dari hasil nelayan. Dari hasil penelitian ditemukan pekerjaan ibu ibu semua ibu rumah tangga yaitu sejumlah 129 orang dengan pekerjaan ibu rumah tangga maka ibu

51 mempunyai waktu lebih banyak dalam memperhatikan tumbuh kembang balitanya. Pelayanan posyandu didesa kebondalem rutin setiap bulannya di 5 dukuh ini dapat meninggkatkan taraf kesehatan ibu dan balita karena dengan rajin ke posyandu balita dapat terpantau berat badannya dan ibuibu akan mudah mendapatkan informasi akan pentingnya kesehatan untuk balitannya. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003). Responden yang mengalami ISPA bisa menyebabkan balita menjadi panas, sering batuk dan pilek yang membuat rasa tidak nyaman pada balita sehingga menyebabkan penurunan nafsu makan. Balita yang mengalami ISPA akan mengalami penurunan berat badan (Ngastiyah, 2005). Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak terutama pada bayi, karena saluran napas pada bayi masih sempit dan daya tahan tubuh pada bayi masih rendah (Ngastiyah, 2005). ISPA merupakan infeksi yang terutama mengenai saluran pernafasan atas maupun bawah disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), tanda dan gejalanya sangat bervariasi antara lain demam, pusing, lemas, tidak nafsu makan, muntah, batuk, keluar sekret, stridor (suara napas), dyspnea (kesulitan bernapas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen) Batuk pilek adalah infeksi saluran pernafasan atas yang menular dan dapat ditularkan lewat batuk, bersin, dan tangan yang tidak dicuci yang pernah kontak dengan cairan hidung atau mulut (Taufan, 2010). Penyakit ISPA bisa menyebabkan pembengkakan tonsil yang mengalami edema dan berwarna merah, sakit tenggorokan, sakit ketika menelan, demam tinggi dan eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil, selain itu juga muncul abses pada tonsil (Rusepno, 2005).

52 3. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan Frekuensi terjadinya ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Batang Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sering mengalami kejadian ISPA sebanyak 12 orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 88 orang, ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan sering mengalami ISPA sebanyak 11 orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 18 orang. Penghitungan menggunakan rumus Chi-square didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang. Masyarakat kebondalem sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani, dari hasil laut dan ladangnya bisa diolah untuk makanan yang dikonsumsi keluarga dan hasil laut sangat banyak mengandung gizi yang banyak dibutuhkan untuk peningkatan gizi balita. Dengan demikian tanpa disadarai dengan banyaknya asupan makanan yang mengandung gizi bisa meningkatkan daya tahan tubuh balita dan diharapkan angka frekuensi terjadinya ISPA akan jarang terjadi pada balita. Status gizi balita dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan zat zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Marmi, 2012). Kejadian ISPA pada balita dipengaruhi oleh status gizi balita itu sendiri, status imunisasi balita yang sudah diberikan dan berat badan bayi baru lahir seperti bayi yang BBLR disamping itu dipengaruhi oleh pemberian ASI, pendidikan orang tua yang mempengaruhi kualitas makanan pada anak, status sosial ekonomi yang berhubungan dengan asupan makanan pada anak, dan pemeriksaan kesehatan seperti apakah anak di bawa keposyandu untuk mengontrolkan kesehatan anak (Marmi, 2012).

53 Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi mengingat zat gizi tersebut dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi secara optimal kalau tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang optimal (Hidayat, 2005). Nutrisi yang cukup dapat membantu kecukupan gizi pada balita sehingga balita tidak mudah terserang penyakit ISPA yang dapat menggangu kesehatan balita. Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada anak terutama pada bayi, karena saluran napas pada bayi masih sempit dan daya tahan tubuh pada bayi masih rendah (Ngastiyah, 2005). ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah), termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Anonim, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Widiarini (2011) tentang hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi di dapatkan hasil ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada bayi dengan nilai p value 0,003 (p< 0,05). Penelitian Dwi Handayani (2008) yang berjudul hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan ibu pada balita penderita ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Klaten Tengah didapatkan hasil adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA dengan perawatan ibu pada balita penderita ISPA Non Pneumonia di Puskesmas Klaten Tengah (τ = 0,686; p < 0,010). Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang ISPA cukup (65,6%) da,n perawatan ibu pada balita penderita ISPA Non Pneumonia baik (68,7%). Keterbatasan peneliti yang ada dalam penelitian ini adalah responden yang belum memahami dalam mengisi kuisioner, banyak ibu

54 ibu yang belum pernah menjadi responden penelitian sebelumnya sehingga harus diberi pemahaman dan harus diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dilakukanya penelitian ini.