Islam dalam Tatanan Kehidupan Bermasyarakat Kampungmuslim.org Di dalam al-quran, Adam adalah nama dari Nabi Adam [as]. Namun Adam juga digunakan al-quran untuk menyebut umat manusia. Atau manusia sebagai unit sosial dan ini bermakna bahwa komunitas atau masyarakat itu dipersamakan dengan satu individu manusia. Dimana masyarakat sebagai satu individu tidak akan tercapai tanpa pranata atau aturan yang dipatuhi bersama untuk menjaga keutuhan masyarakat. Dan ini memerlukan pengorbanan masing-masing individu di dalam masyarakat. Al-Quran menawarkan aturan dan pranata itu dan menghendaki penyerahan diri masing-masing individu untuk tujuan masyarakat. Seperti individu manusia, masyarakat memiliki tujuan, dan misi yang hendak dicapai, dan Allah [swt] menghargai individu manusia yang mendukung masyarakat ketimbang individu yang berjalan sendiri walaupun berdasarkan cara-cara yang sesuai dengan Islam. Pahamilah apa itu misi para Nabi dan Rasul kepada umatnya masing-masing? Menciptakan masyarakat! Walaupun kecil, dan terasingkan. Islam memberikan individu apa yang menjadi hak milik individu, dan memberikan masyarakat apa yang menjadi hak milik masyarkat. Hubungan keduanya bukanlah saling meniadakan, namun saling melengkapi. Individu mengenal dirinya dari masyarakat demikian pula sebaliknya. Islam mengenal kekurangan keduanya, yakni individualisme dan perbudakan atau penindasan sosial, dan memberikan resolusi bagi manusia berupa sebuah sintesis yang natural dan rasional. Peradaban modern, dalam sisi brutalnya, adalah pemaksaan penghambaan dengan tangan besi melalui tipu muslihat. Di dalam peradaban modern, masyarakat disusun oleh unit individuindividu, yang kemudian beradu dan diserap dalam perang antar
golongan, yang, menenggalamkan identitas individu-individu tersebut di dalam lumpur hisap yang disebut harapan masyarakat. Dimana loyalitas kepada elit, dan nilai-nilai semu tertentu, melebihi loyalitas kepada lainnya, termasuk kepada Tuhan dan keluarga. Di dalam Islam, individu adalah unit spiritual masyarakat, dan keluarga menjadi unit sosialnya. Dengan demikian Individu telah dianggap sebagai jati dirinya, makhluk merdeka, dengan identitas permanen, dimana perjuangan moralnya telah dipahami oleh masyarakat dan diarahkan untuk pengayaan kepribadian sendiri bersama-sama dengan individu lain, berkontribusi, dalam analisis akhir, untuk pengayaan masyarakat manusia secara keseluruhan. Institusi keluarga memegang peranan penting, di dalam pengembangan Kode Etik Islam, atau dijalankan sesuai Kode Etik Islam, yaitu menduduki posisi penting dari segala macam tantangan terhadap Islam, dan institusi keluarga yang berfungsi sebagai struktur penting kehidupan berkeluarga, yang memegang peranan vital, bukan hanya untuk realisasi diri individu kepada masyarakat, namun juga kepada Tuhan, dimana Rasulullah [saw] berkata: Pernikahan adalah cara saya, dan siapa pun yang berpaling dari cara saya, dia bukanlah dari saya, yaitu bukan bagian dari seorang Muslim! Pernikahan adalah setengah Iman. Ajaran Islam tentang Individu dan Keluarga secara langsung dan logis terkait dengan prinsip-prinsip yang dinyatakan sehubungan dengan aset spiritual. Tidak ada tempat pelatihan yang lebih baik, dan tidak ada inti yang lebih baik untuk bekerjasama daripada keluarga. Oleh karena itu keluarga adalah jaminan kebebasan dasar dari individu dan kesucian lembaga keluarga dalam Islam.
Pelayanan Sosial Berdasarkan Kepada Agama Islam bukan hanya sekedar agama, namun sebuat tatanan sosial yang luas, kebudayaan yang mandiri eksklusif, dan peradaban yang madani. Oleh karena itu, seluruh sistem dan aturan-aturan Islam adalah Pelayanan Sosial yang Berdasarkan Kepada Agama, dengan mengasimilasikan ketiga konsep dasar yaitu, Manusia, Masyarakat dan Tuhan dalam suatu wadah yang harmonis. Hal berkontradiksi dengan konsep negara modern dimana terjadi konflik antara masyarakat dan individu, maupun dengan konsep pandangan Agama secara moderat, dimana terjadi konflik antara manusia dengan Tuhan. Sehingga ibadah yang menuntut pengorbanan dalam Islam seperti Shalat, Puasa, dan Haji adalah ibadah yang memiliki nilai sosial atau institusi sosial yang berujung untuk mencapai tujuan sosial. Berujung untuk mencapai tujuan sosial. Selain karakter dasar Islam, ada juga kode sosial istimewa dimana pelayanan sosial diangkat sebagai ibadah yang tertinggi dimana Rasulullah [saw] berkata: Yang terbaik dari kalian adalah yang terbaik bagi keluarga Allah [swt], yaitu, umat manusia atau masyarakat. Selain daripada itu, kita menemukan ibadah kepada Allah, ibadah kepada diri sendiri dan ibadah kepada ciptaan yang lain, adanya ibadah kepada sesama, baik secara individu maupun berkelompok, di dalam Kode Moral Islam. Ini adalah implementasi salah satu inti dari 5 Pilar Islam, yakni zakat. Zakat adalah Pajak Perbaikan Sosial yang hukumnya wajib, dalam artian, kamu keluar dari Islam jika tidak melakukan Zakat. Zakat memberikan Islam status khusus di dunia, yakni keberadaan sistem yang memperbaiki dirinya sendiri, jika dibandingkan dengan sumbangan yang berujung kepada kehancuran sosial, yang dilakukan institusi religius dan kemasyarakatan tertentu. Zakat adalah kewajiban mendonasikan kekayaan yang didapat dari bekerja sebesar 2,5% setiap bulannya, adalah
sebuah kelembagaan negara, untuk mendistribusikan kekayaan dari yang kaya untuk yang miskin dan untuk keberdayaan masyarakat. Semoga ucapan Nabi [saw] akan selalu dikenang: Zakat diambil dari yang kaya dan diberikan kepada yang miskin. Sayangnya, di zaman modern ini, Muslim telah menjadikan Zakat bukan sebagai lembaga negara, namun lembaga pribadi, oleh karena banyak sebab, dan hanya sedikit saja yang mempraktekkannya dengan benar. Namun pada masanya Nabi [saw], Zakat adalah sebuah kemenangan revolusi, yang banyak ilmuan sejarah mengakui, berhasil merubah kemelaratan peradaban gurun yang kering kerontang, menjadi surga yang penuh dengan apa saja bagi semuanya. Andai saja pemerintahan Muslim melakukan hal ini sekarang? Tentu saja, Zakat bukanlah satu-satunya cara yang Islam berikan untuk menghapuskan setan-setan sosial. Karena banyak hukum Islam yang diperuntukkan bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Islam Memberikan Jawaban Untuk Tantangan Sosial Peradaban Modern Tantangan sosial peradaban modern telah lahir dari eksploitasi antar manusia, oleh manusia kepada manusia lain. Dan telah bertahan hingga saat ini karena adanya kesalahan dalam praktek hukum ekonomi. Dampak yang dihasilkan adalah keputus-asaan, kebencian, dendam dan kerusuhan sosial. Yang beruntung diantara kita telah menyembah harta dan dunia, daripada menyembah Tuhan dan nilai-nilai yang tinggi, sampai ilmu ekonomi telah menceraikan dirinya dengan moral dan nilai-nilai yang nyata. Itulah yang diajarkan oleh para ekonom saat ini, sebagai contoh, Hasil akhir dari proses ekonomi boleh bermartabat atau
tidak, para ekonom tidak perduli dengan hal itu. Dengan kata lain, suksesi dengan menghalalkan segala cara. Respon Islam adalah, pertama, menghubungkan ilmu ekonomi dengan moralitas atau nilai-nilai spiritual. Malpraktek ilmu ekonomi telah lahir dari eksploitasi kerakusan manusia. Tanpa menjinakkan hewan buas ini, keadilan ekonomi tidak akan tercapai. Kedua, Islam menganggap menjadi miskin dan sederhana itu sebagai tindakan yang baik. Inilah yang Rasulullah [saw] sampaikan, Menjadi miskin sangat kondusif bagi keimanan. Ini berarti, Islam memproyeksikan seluruh kekuatan spiritual ke dalam wilayah ekonomi, yang bertujuan untuk menghilangkan kesengsaraan manusia dengan sirkulasi kekayaan seluas-luasnya, seperti apa yang telah dikehendaki Allah [swt], Kekayaan itu tidak boleh hanya bersirkulasi diantara orangorang kaya saja. Melainkan untuk seluruh umat manusia (multipolar) atau orang padang bilang, filosofi rumah makan padang. Inilah dasar prinsipnya, dan struktur ekonomi [hukum, politik, kebijakan, dll] harus dibangun di atasnya, resolusi peradaban modern di bidang ekonomi, yang tentunya dikemas dan dipraktekkan di dalam sisi spiritual dan moral Islam. Bisa jadi prinsip inilah yang akan menjadi perahu Nabi Nuh [as] bagi umat muslim di zaman modern saat ini. Insya Allah(*) Oleh Angkoso Nugroho