BAB I PENDAHULUAN. akhirnya dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Dalam hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN jiwa (Central Intelligence Agency (CIA),2017). Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memiliki berbagai kebutuhan. Resesi dan depresi ekonomi, krisis nilai

DIREKTORI PERUSAHAAN INDUSTRI DI KOTA DENPASAR TAHUN 2016 KECAMATAN DENPASAR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. tetapi sebagai tempat usaha yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.

V. ANALISA SISTEM. 5.1 Agroindustri Nasional Saat Ini

-2- Mesin dan/atau Peralatan Industri kecil dan/atau Industri menengah; Mengingat : 1. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kement

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri 2008

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi : Potensi Industri di Kabupaten Garut Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Nilai Produksi Potensi Industri Tahun 2009

NO NAMA INDUSTRI JENIS INDUSTRI*)

BAB II : TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN Tabel : SE-12. JUMLAH INDUSTRI/KEGIATAN USAHA SKALA MENENGAH DAN BESAR Provinsi : DKI JAKARTA Tahun : 2009

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI TENAGA KERJA, NILAI INVESTASI, NILAI PRODUKSI DAN NILAI BAHAN BAKU PENOLONG MENURUT SEKTOR DI KOTA PAREPARE TAHUN 2012

yang lain antara lain toko modern/swalayan, SPBU, dan SPBE. Toko modern di Kabupaten Temanggung ada dalam tabel

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

dapat di lihat dari 3 (tiga) jenis yaitu Industri Mikro dan Kecil, Menengah, dan Industri Besar dapat dilihat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut Central Intelligence Agency ( CIA ) pada bulan July

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2017 (dalam US$ juta)

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkembang secara mandiri dan pendapatan ekonomi daerah. Sektor industri

PENGUKUHAN PKP PER JENIS USAHA JENIS USAHA :... NAMA/MEREK USAHA/ALAMAT : N.P.W.P NO. P.K.P KETERANGAN (1) (2) (3) (4) (5)

PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN MERANGIN Elvina Safitri

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

1. Variabel tingkat pengalaman berwirausaha berpengaruh secara positif dan. Payakumbuh. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik buruknya tingkat

ANALISIS KEBUTUHAN INVESTASI BIDANG USAHA UNGGULAN BERBAHAN BAKU PERTANIAN DALAM SUBSEKTOR INDUSTRI MAKANAN DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

Lampiran 1. Jumlah Industri di Kabupaten Kampar Pada Tahun 2007

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberadaan usaha kecil menengah (UKM) di negara-negara

LAMPIRAN II PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU A. KEGIATAN YANG MENIMBULKAN GANGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risna Khoerun Nisaa, 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG : RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG INSENTIF BAGI INVESTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR SEDANG DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG UPAH MINIMUM SEKTORAL KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang tidak terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Sektor UKM telah

TINGKAT KEMISKINAN BALI, SEPTEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

4.2.7 URUSAN PILIHAN PERINDUSTRIAN KONDISI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. berdekatan dengan kota Bandung, sehingga mempunyai kedudukan strategis

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM di Kabupaten Cirebon Berdasarkan. Kelompok Usaha Industri Jasa Perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2016

No. 43/08/94/ Th. V, 3 Agustus 2015 PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI PAPUA TRIWULAN II-2015

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 100/M-IND/PER/8/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN I TAHUN 2017

KLASIFIKASI INDUSTRI A. Industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya 1. Aneka industri 2. Industri mesin dan logam dasar

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Januari Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. bidang, termasuk didalamnya adalah pembangunan di bidang ekonomi. Salah satu

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN IV TAHUN 2015 PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DALAM WILAYAH KABUPATEN KUTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) Triwulan IV Tahun

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun 1997 dan dilanjutkan krisis global pada pertengahan tahun

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan krisis global pada tahun Kementrian Koperasi

RENCANA PRIORITAS PENGEMBANGAN SEKTOR JASA DAERAH, KHUSUSNYA SEKTOR PARIWISATA DAN PENUNJANG. Manggar, 30 Mei 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECILTRIWULAN III TAHUN 2015 PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Hal ini tentunya membuat jumlah

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR/SEDANG DAN MIKRO/KECIL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN IV TAHUN 2015

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG (IBS) DAN INDUSTRI MIKRO KECIL (IMK) TRIWULAN II TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. sektor ekonomi yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM). Kurang

PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR MIKRO DAN KECIL TRIWULAN IV TAHUN 2014 PROVINSI RIAU

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan sistem perekonomian yang tergolong lemah, hal ini disebabkan salah satunya oleh tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Dengan semakin tingginya tingkat pengangguran di Indonesia, menuntut seluruh masyarakatnya untuk tidak mengandalkan pekerjaan dari orang lain,namun menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang ada, dapat meningkatkan roda perekonomian dan akhirnya dapat menurunkan tingkat pengangguran di Indonesia. Dalam hal ini,maka industri kecil dapat dijadikan alternatif bagi masyarakat untuk dapat dijadikan pilihan menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, karena banyak terbukti usaha skala kecil ternyata mampu bertahan dari krisis global yang pernah melanda Indonesia. Mulyanto (2008) berpendapat roda ekonomi Indonesia bisa bergerak sedikit demi sedikit karena keberadaannya. Oleh karena itu menurut radhi (2008) dalam sistem ekonomi kerakyatan pengembangan industri pedesaan melalui usaha mikro kecil dan menengah (UKMKM) merupakan langkah strategic dalam pembangunan ekonomi bangsa. Berkaitan dengan gender, di zaman Globalisasi sekarang ini,dunia berubah dengan cepat disegala bidang kehidupan. Keadaan ini mendorong terjadinya perubahan sosial dimana-mana. Perubahan besar juga terjadi pada kaum wanita. Kaum wanita mulai menunjukkan kebutuhan mereka untuk dapat berprestasi atau

mencapai suatu keberhasilan sebagai salah satu cara untuk mengaktualisasikan dirinya ( Riyanti, 2007). Di Indonesia perhatian terhadap perkembangan wirausaha wanita semakin besar. Perhatian itu tidak hanya berasal dari dunia Akademi tetapi juga dari pengambil kebijakan praktisi dan lembaga masyarakat non-pemerintah. Meningkatnya perhatian tersebut berasal dari kesadaran bahwa penciptaan kewirausahaan wanita akan sangat membantu upaya pemerintah dalam memerangi kemiskinan. Wanita mempunyai peran penting sebagai salah satu motor penggerak pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di pedesaan (Tambunan, 2012). Selain itu, wanita juga ikut serta dalam membantu memenuhi penghasilan keluarga. Menurut Mugniesyah (1986) menyatakan bahwa wanita dalam proses pembangunan tidak sekedar untuk menunjukkan emansipasi wanita semata akan tetapi lebih ditekankan pada suatu kepentingan yang mendesak mengingat wanita sebagai pendukung unit keluarga yang juga berperan dalam meningkatkan penghasilan keluarga. Sehingga dibutuhkan perhatian yang lebih terhadap perkembangan wirausaha wanita. Usaha yang digeluti oleh wanita pada umumnya bersifat industri rumah tangga (home industry). Berdasarkan Peraturan Menteri PPPA Nomor 2 Tahun 2016 tentang pedoman umum pembangunan industri rumahan, klasifikasi industri rumahan dikelompokkan menjadi 3 (tiga) tipe berdasarkan tingkat keberlanjutan usaha, besarnya modal, teknologi proses produksi yang digunakan, jumlah tenaga kerja, lama usaha, pola produk dan sistem penjualan produknya. (i) Kelas Pemula: jumlah modal di bawah Rp. 5.000.000, teknologi produksi manual, tenaga kerja 1

sampai 2 orang, lama usaha kurang dari 1 tahun, pola produksi tidak kontinyu; (ii) Kelas Berkembang: jumlah modal Rp. 5.000.000 sampai Rp. 25.000.000, teknologi produksi semi manual atau teknologi sederhana, tenaga kerja 3 sampai 5 orang, lama usaha 1 sampai 2 tahun, pola produksi semi kontinyu; (iii) Kelas Maju: jumlah modal Rp 25.000.000 sampai Rp. 50.000.000, teknologi produksi teknologi tinggi, tenaga kerja 6 sampai 10 orang, lama usaha lebih dari 2 tahun, pola produksi kontinyu (KPPPA, 2016) Sumatera Barat merupakan provinsi yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu pada tahun 2014 sebesar 5.131.882 jiwa, dengan penduduk lakilaki sebesar 2.550.392 jiwa dan penduduk wanita sebesar 2.581.490 jiwa (demosandalas.com). Maka berdasarkan data tersebut terlihat tingginya jumlah penduduk wanita dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Oleh sebab itu, penduduk wanita memiliki potensi yang cukup besar dalam proses pembangunan ekonomi. Ini dibuktikan dengan banyaknya wanita yang bekerja di sektor formal maupun sektor informal. Berdasarkan Peta Panduan Pengembangan Klaster Industri Kecil dan Menengah tahun 2010 2014, Sumatera Barat merupakan daerah sentra industri makanan yang berpotensial untuk dikembangkan, dimana sasaran jangka panjang dari pengembangan industri kecil menengah pengolahan makanan ini adalah meningkatnya mutu produk makanan indonesia yang semakin higienis dan memenuhi persyaratan kesehatan serta ketentuan-ketentuan yang berlaku secara internasional dan terwujudnya industri pengolahan makanan ringan yang memiliki competitive advantages sehingga berdaya saing tinggi di pasar internasional. Hal tersebut juga didukung oleh Peraturan Menteri

Perindustrian Nomor 93/M-IND/PER/8/2010 tentang Peta Panduan Pengembangan Industri Unggulan Provinsi Sumatera Barat, dimana terdapat 8 (delapan) daerah yang dijadikan lokasi pengembangan industri makanan, yaitu Kota Padang, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan tak terkecuali di kota Payakumbuh. Berikut merupakan data industri di Kota Payakumbuh triwulan IV 2015. Tabel 1.1 Data Industri di Kota PayakumbuhTriwulan IV 2015 No Jenis Industri Jumlah Unit Usaha 1 Industri pengolahan dan pengawetan daging 11 2 Industri pelumatan buah-buahan dan sayuran 11 3 Industri pengeringan buah-buahan dan 13 sayuran 4 Undustri minyak dan kelapa 0 5 Industri susu 2 6 Industri berbagai macam tepung dari padipadian 14 dan sejenisnya 7 Industri ransum pakan ternak 5 8 Industri kosentrat pakan ternak 0 9 Industri roti dan sejenisnya 53 10 Industri amkaroni,mie,spageti, bihun, soun 3 dan sejenisnya 11 Industri pengolahan teh dan kopi 5 12 Industri es 5 13 Industri tempe 2 14 Indsutri makanan dari kedele dan kacang lainya selain kecap 15 Industri kerupuk dan sejenisnya 285 16 Penggilingan padi 54 17 Industri air minum dalam kemasan 82 28

Lanjutan tabel 1.1 Jenis Industri Jumlah Unit Usaha 18 Industri bumbu massak dan penyedap 9 makanan 19 Indsutri kue basah 243 20 Industri makanan yang belum masuk dalam 75 kelompok mananapun 21 Industri minuman ringan 5 22 Industri pengeringandan pengolahan 3 temabakau 23 Industri penggergajian kayu 2 24 Industri moulding dan komponene bahan 0 bangunan 25 Industri peti kemas dari kayu kecuali peti mati 10 26 Industri anyam dari rotan dan bambu 124 27 Industri kerajinan ukir dari kayu kecuali 4 furnitur 28 Idustri alat dapur dari kayu, rotan, dan bambu 1 29 Industri percetakan 33 30 Industri sabun dan pembersih keperluan RT 2 31 Industri barang dari tanah liat untuk keprluan 0 RT 32 Industri batu bata dari tanah liat 46 33 Industri kapur 2 34 Industri barang-barang dari semen 75 35 Industri barang dari batu untuk keperluan RT 2 dan pajangan 36 Indsutri furnitur dari kayu 87 Total 1296 Sumber: Dinas Koperasi,UKM,Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh Dari keseluruhan jumlah wirausaha yangg terdaftar di Kota Payakumbuh, 45% adalah wirausaha wanita, ungkapan Ketua Dewan Pimpinan Daerah Ikatan wanita Pengusaha Indonesia Sumbar Hj Emma Yohana. Dan dapat kita lihat

bahwasanya di kota payakumbuh sangat banyak terdapat wirausaha wanita yang usahanya bisa dibilang sukses salah satunya pada sektor industri Pengolahan Makanan. Tabel 1.2 Data Industri Pengolahan Makanan Di Kota Payakumbuh Triwulan IV 2015 No Jenis Usaha Jumlah Unit Usaha 1 Industri roti dan sejenisnya 53 2 Industri makaroni, mie, spagheti, 3 bihun,soun,dan sejenisnya 3 Industri makanan dari kedele dan kacangkacangan 28 lainya (indiustri tahu) 4 Kerupuk dan sejenisnya 285 5 Industri kue basah 243 6 Industri makanan yang belum termasuk 75 kelompok manapun Total 687 Sumber: Dinas Koperasi,UKM,Perindustrian dan Perdagangan Kota Payakumbuh Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti ditemukan Industri Pengolahan Makanan di Kota Payakumbuh pada umumnya dimiliki oleh wirausaha wanita, banyak wirausaha wanita yang sukses menjalankan usahanya, namun belum diketahui secara pasti faktor yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha tersebut. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakkukan penelitian tentang Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesuksesan wirausaha Wanita di Kota Payakumbuh. 1.2. Rumusan Masalah Dengan terus meningkatnya jumlah wirausaha di Kota Payakumbuh pada saat ini baik dari jumlah unit usaha maupun dari perkembangan usahanya. serta

dengan semakin banyak usaha yang sukses dijalankan oleh wanita. Terdapat banyak hal yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha wanita. Diantaranya yaitu latar belakang keluarga, karakeristik wanita, modal manusia serta motivasi untuk mendirikan sebuah usaha tersebut.sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh latar belakang keluarga terhadap keberhasilan indiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 2. Bagaimana pengaruh karakteristik wanita terhadap indiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 3. Bagaimana pengaruh modal manusia terhadap keberhasilan industri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 4. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap keberhasilanindiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 1.3. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh faktor latar belakang keluarga terhadap keberhasilanindiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik wanita terhadap keberhasilan indiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh

3. Untuk mengetahui pengaruh faktor modal manusia terhadap keberhasilan indiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 4. Untuk mengetahui pengaruh faktor motivasi terhadap keberhasilan indiustri pengolahan makanan yang dimiliki wanita di Kota Payakumbuh 1.4. Manfaat Penlitian Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu: 1. Bagi Penulis Bagi penulis penelitian ini merupakan kesempatan penulis untuk memperdalam pengetahuan serta menambah wawasan berwirausaha,khususnya usaha mikro kecil menengah yang dijalankan oleh wanita. 2. Bagi Universitas Bagi universitas penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Universitas Andalas khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dalam mengembangkan kurikulum atau mata kuliah yang lebih baik terutama yang berhubungan dengan seluk beluk strategi pemilihan lokasi sebuah perusahaan di masa mendatang. 3. Bagi Pengusaha

Bagi pengusaha penelitian ini dapat menjadi acuan untuk mengetahui apa saja faktor mempengaruhi keberhasilan usaha mikro kecil menengah yang dimiliki wanita. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan wirausaha wanita pada industri pengolahan makanan di Kota Payakumbuh. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Bab ini merupakan bab pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN LITERATUR Bab ini berisi tentang landasan teori mengenai variabel-variabel dan halhal yang ada dalam penelitian, tinjauan penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis, dan model penelitian. BAB III: METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang desain penelitian, definisi operasional variabel penelitian, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini merupakan isi pokok dari penelitian yang berisi deskripsi objek penelitian, analisis data, pembahasan dan implementasi hasil penelitian sehingga dapat diketahui hasil analisis yang diteliti mengenai hasil pengujian hipotesis. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian, implikasi hasil penelitian, keterbatasan penelitian, dan saran.