BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

BAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

BAB II LANDASAN TEORI

Deteksi Mobil Menggunakan Histogram of Oriented Gradient

BAB II LANDASAN TEORI

Batra Yudha Pratama

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Pengolahan Citra INTERACTIVE BROADCASTING. Yusuf Elmande., S.Si., M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia memiliki akurasi yang besar dalam mengenali

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

BAB II LANDASAN TEORI

Pengantar Support Vector Machine

BAB I PERSYARATAN PRODUK

BAB II LANDASAN TEORI

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

. BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Jenis Kendaraan Menggunakan Statistical Algorithm dan Support Vector Machine [11]

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI PENGOLAHAN CITRA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONVOLUSI UNTUK PELEMBUTAN CITRA (IMAGE SMOOTHING) DALAM OPERASI REDUKSI NOISE

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tanaman tembakau yang termasuk dalam genus Nicotiana. Secara umum

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas teori-teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merancang algoritma.

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Implementasi Noise Removal Menggunakan Wiener Filter untuk Perbaikan Citra Digital

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN... III PERNYATAAN... IV PRAKATA... V DAFTAR ISI... VI DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR TABEL... XII INTISARI...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Pengolahan Citra untuk Bidang Pertanian(Menentukan Kematangan Buah) Oleh Nama:Wahyu Abid A. NRP : Kelas :2D4 IT(B)

PERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING. by Ocvita Ardhiani

IMPLEMENTASI METODE RETINEX UNTUK PENCERAHAN CITRA

Operasi Bertetangga KONVOLUSI. Informatics Eng. - UNIJOYO log.i. Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II DASAR TEORI. luar dan daging iga sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat

DAFTAR ISTILAH. Bag-of-Words

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

BAB 3 METODE PERANCANGAN

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI PENUNJANG

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI POSISI PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN AREA CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

1. TRANSLASI OPERASI GEOMETRIS 2. ROTASI TRANSLASI 02/04/2016

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Spesies Tanaman Berdasarkan Bentuk Daun Menggunakan Metode Klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere

CS3214 Pengolahan Citra - UAS. CHAPTER 1. Pengantar Pengolahan Citra

PENINGKATAN KUALITAS CITRA DENGAN METODE FUZZY POSSIBILITY DISTRIBUTION

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

APLIKASI PENDETEKSI TEPI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE CANNY

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

Penerapan Metode Kirsch Dalam Mendeteksi Tepi Objek Citra Digital

One picture is worth more than ten thousand words

IMPLEMENTASI METODE CANNY UNTUK DETEKSI TEPI MUTU DAUN TEMBAKAU

MAKALAH APLIKASI KOMPUTER 1 SISTEM APLIKASI KOMPUTER GRAFIK KOMPUTER DAN KONSEP DASAR OLAH CITRA. Diajukan sebagai Tugas Mandiri Mata Kuliah NTM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

BAB III METODE PENELITIAN. tangan dengan menggunakan metode Support Vector Machine (SVM).

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis

ANALISIS EDGE DETECTION CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROBERT DAN CANNY

BAB 2 LANDASAN TEORI. citra, piksel, convolution, dan Software Development Life Cycle.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Support Vector Machine (SVM) untuk mengidentifikasi jenis penyakit hama ulat api dan ulat kantong pada daun tanaman kelapa sawit pada citra daun kelapa sawit. 2.1 Image Processing Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Sebagai contoh citra seorang model yang bernama Lena (gambar 2.1 a), dan gambar di sebelah kanannya adalah citra kapal di sebuah pelabuhan (gambar 2.1 b).jika ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue) dari intensitas cahaya pada sebuah bidang. Sumber cahaya menerangi objek, objek memantulkan kembali sebagian dari berkas cahaya tersebut. Pantulan cahaya ini ditangkap oleh oleh alat-alat optik, misalnya mata pada manusia, kamera, pemindai (scanner), dan sebagainya, sehingga bayangan objek yang disebut citra tersebut terekam dan dikenali secara baik. Citra sebagai keluaran dari suatu sistem perekaman data dapat bersifat : 1. optik berupa foto, 2. analog berupa sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, 3. digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik. Contoh gambar citra original dapat dilihat pada gambar 2.1

8 (a) (b) Gambar 2.1 Citra Lena dan Citra Kapal (Rinaldi 2005) Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun seringkali citra yang kita miliki mengalami penurunan mutu (degradasi), misalnya mengandung cacat atau derau (noise), warnanya terlalu kontras, kurang tajam, kabur (blurring), dan sebagainya. Tentu saja citra semacam ini menjadi lebih sulit dikenali karena informasi yang disampaikan oleh citra tersebut kurang jelas karena buruknya dari kualitas citra. Agar citra yang mengalami gangguan mudah dikenali (baik oleh manusia maupun mesin), maka citra tersebut perlu dimanipulasi menjadi citra lain yang kualitasnya lebih baik. Bidang studi yang menyangkut hal ini adalah pengolahan citra (image processing). Pengolahan citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan komputer, menjadi citra yang kualitasnya lebih baik. Sebagai contoh, citra burung nuri pada Gambar 2.1 (a) tampak agak gelap, lalu dengan operasi pengolahan citra kontrasnya diperbaiki sehingga menjadi lebih terang dan tajam (b). Umumnya, operasi-operasi pada pengolahan citra diterapkan pada citra bila : 1. Perbaikan atau memodifikasi citra perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas penampakan atau untuk menonjolkan informasi yang disampaikan citra. 2. Elemen di dalam citra perlu dikelompokkan, dicocokkan, atau diukur. 3. Sebagian citra perlu digabung dengan bagian citra yang lain.

9 Contoh citra yang sudah mengalami pemrosesan dapat dilihat pada gambar 2.2 (a) (b) Gambar 2.2 Citra Burung Nuri Gelap, Citra Burung yang Kontrasnya Telah Ditambah Sehingga Gambar Lebih Jelas (Rinaldi 2005) 2.2 Edge Detection Yang dimaksud dengan tepi (edge) adalah perubahan nilai intensitas derajat keabuan yang mendadak (besar) dalam jarak yang singkat (Gambar 2.2). Perbedaan intensitas inilah yang menampakkan rincian pada gambar sehingga informasi yang diberikan pada citra menjadi jelas. Tepi biasanya terdapat pada batas antara dua daerah berbeda pada suatu citra. Tepi dapat diorientasikan dengan suatu arah, dan arah ini berbedabeda pada bergantung pada perubahan intensitas. Model tepi satu mata dapat dilihat pada gambar 2.3. α = arah tepi Jarak α Perubahan Intensitas Cahaya Gambar 2.3 Model Tepi Satu-Mata

10 Perhatikan Gambar 2.3 ada tiga model tepi yang terdapat dalam citra digital. Ketiganya meliputi : 1. Tepi curam Tepi dengan perubahan intensitas secara tajam. Arah tepi berkisar 90. 2. Tepi landai Dapat disebut juga tepi lebar, yaitu tepi dengan sudut arah yang kecil. Tepi landai dapat dianggapsebagai tepi-tepi yang lokasinya berdekatan. 3. Tepi yang mengandung derau (noise) Umumnya tepi yang terdapat pada aplikasi computer vision akan mengandung derau. Dengan mengubah kualitas intensitas citra (image enhancement) dapat dilakukan terlebih dahulu sebelum pendeteksian tepi. 2.3 Sobel Operator Terdapat beberapa teknik yang digunakan untuk mendeteksi tepi, antara lain : 1. Operator gradien pertama (differential gradient) 2. Operator turunan kedua (Laplacian) 3. Operator kompas (compass operator) Sobel Operator merupakan operator gradien pertama. Detektor tepi Sobel menggunakan sepasang 3 x 3 masker konvolusi, satu gradien memperkirakan dalam arah x dan yang lainnya memperkirakan gradien y - arah. Operator Sobel dapat juga didefinisikan operator diferensiasi diskrit yang menghitung perkiraan gradien intensitas citra fungsi (Ghoshal, et al 2012). Contoh gambar perkalian matriks pada operator sobel dapat dilihat pada gambar 2.4.

11 Gambar 2.4 Perkalian Matriks 2x2 dengan Matriks 3x3 Menghasilkan Matriks yang Baru Berjumlah 3x3 Dari gambar 2.4 dapat dilihat bagaiman proses perkalian dari matriks 2x2 (B) sebagai mask atau template dengan matriks 4x4 (A) sebagai input citra sehingga didapatlah hasil matriks berjumlah 3x3 (C) sebagai matriks baru dari penyusutan pixel citra. Operator sobel terdiri dari sepasang 3 3 kernel seperti pada Gambar 2.5. -1 0 +1-2 0 +2-1 0 +1 Gx +1 +2 +1 0 0 0-1 -2-1 Gy Gambar 2.5 Matriks Sobel Operator Kernel ini dirancang untuk merespon secara maksimal untuk tepi berjalan secara vertikal dan horizontal relatif terhadap grid pixel, satu kernel untuk masing-masing dua orientasi tegak lurus. Kernel dapat diterapkan secara terpisah pada citra yang ada, untuk menghasilkan pengukuran yang terpisah dari komponen gradien pada setiap orientasi (Gx dan menyebutnya Gy). Kemudian hasil dari perkalian matriks digabungkan bersama-sama untuk menemukan besarnya nilai dari gradien pada setiap titik dan orientasi dari gradien. Besarnya gradien didefinisikan sebagai berikut :

12 (2.1) Biasanya, besarnya perkiraan dihitung dengan menggunakan: (2.2) Yang mana jauh lebih cepat untuk dihitung Sudut orientasi tepi (relatif terhadap grid pixel) sehingga menimbulkan gradien spasial seperti: (2.3) 2.4 Jenis-jenis Penyakit Pada Daun Tanaman Kelapa Sawit 2.4.1 Ulat Api Merupakan jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling sering menimbulkan kerugian di perkebunan kelapa sawit. Jenis-jenis ulat api yang paling banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna diducta dan Darna bradleyi. Contoh citra daun yang terkena efek ulat api dapat dilihat pada gambar 2.6 Gambar 2.6 Dampak Ulat Api pada Daun

13 Dari gambar 2.6 dapat dilihat dampak dari ulat api, daun yang disernag hama ulat api akan berubah menjadi kering dan berwarna kecoklatan, seperti terbakar. Apabila dibiarkan maka efek jangka panjangnya daun akan habis terbakar dan tanaman akan mati. 2.4.2 Ulat Kantong Ulat kantong termasuk dalam famili Psychidae. Jenis ulat kantong yang paling merugikan di perkebunan kelapa sawit adalah Metisa plana dan Mahasena corbetti. Contoh citra daun yang terkena efek ulat kantong dapat dilihat pada gambar 2.7 Gambar 2.7 Citra Daun dari Efek Hama Ulat Kantong Dari gambar 2.7 dapat dilihat efek dari daun yang diserang hama ulat kantong. Daun menjadi berlubang, apabila dibiarkan maka efek jangka panjang yang terjadi daun akan habis dimakan ulat dan hanya tersisa tangkainya saja dan dapat mengakibatkan produksi buah menjadi berkurang. 2.5 Support Vector Machine SVM juga dikenal sebagai teknik pembelajaran mesin (machine learning) paling mutakhir setelah pembelajaran mesin sebelumnya yang dikenal sebagai Neural Network (NN). Baik SVM maupun NN tersebut telah berhasil digunakan dalam pengenalan pola. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pasangan data input dan data output berupasasaran yang diinginkan. Pembelajaran dengan cara ini disebut dengan pembelajaran terarah (supervised learning). Dengan pembelajaran terarah

14 iniakan diperoleh fungsi yang menggambarkan bentuk ketergantungan input dan outputnya. Selanjutnya, diharapkan fungsi yang diperoleh mempunyai kemampuan generalisasi yang baik, dalam arti bahwa fungsi tersebut dapat digunakan untuk data input di luar data pembelajaran (Nugroho, A.S et,al 2003). Support Vector Machine (SVM) dikembangkan oleh Boser, Guyon, Vapnik. Pertama kali dipresentasikan pada tahun 1992 di Annual Workshop on. Computational Learning Theory. Berbeda dengan strategi jaringan syaraf tiruan yang berusaha mencari hyperplane pemisah antar kelas, SVM berusaha menemukan hyperplane yang terbaik pada input space. Prinsip dasar SVM adalah pengklasifikasi linier, dan selanjutnya dikembangkan agar dapat bekerja pada permasalahan nonlinier. dengan memasukkan konsep kernel trick pada ruang kerja berdimensi tinggi. Perkembangan ini memberikan rangsangan minat penelitian di bidang pengenalan pola untuk investigasi potensi kemampuan SVM secara teoritis maupun dari segi aplikasi. Dewasa ini SVM telah berhasil diaplikasikan dalam problem dunia nyata dan secara umum memberikan solusi yang lebih baik dibandingkan metode konvensional. Proses cara kerja SVM dapat dilihat pada gambar 2.8. Discrimination Margin Class - 1 Class + 1 Class - 1 Class + 1 (a) (b) Gambar 2.8 SVM Berusaha Menemukan Hyperplane Terbaik yang Memisahkan Antara Class -1 dan +1 Konsep SVM dapat dijelaskan secara sederhana sebagai usaha mencari hyperplane terbaik yang berfungsi sebagai pemisah dua buah class pada input space. Gambar 2.7a memperlihatkan beberapa pattern yang merupakan anggota dari dua buah class : +1

15 dan 1. Pattern yang tergabung pada class 1 disimbolkan dengan bentuk kotak, sedangkan pattern pada class +1, disimbolkan dengan bentuk lingkaran. Problem klasifikasi dapat diterjemahkan dengan usaha menemukan garis (hyperplane) yang memisahkan antara kedua kelompok tersebut. Berbagai alternatif garis pemisah (discrimination boundaries) ditunjukkan pada gambar 2.7 a. Hyperplane pemisah terbaik antara kedua class dapat ditemukan dengan mengukur margin dari hyperplane tsb. dan mencari titik maksimalnya. Margin adalah jarak antara hyperplane tersebut dengan pattern terdekat dari masing-masing class. Pattern yang paling dekat ini disebut sebagai support vector. Garis solid pada gambar 2.7 b menunjukkan hyperplane yang terbaik, yaitu yang terletak tepat pada tengah-tengah kedua class, sedangkan titik merah dan kuning yang berada dalam lingkaran hitam adalah support vector. Usaha untuk mencari lokasi hyperplane ini merupakan inti dari proses pembelajaran pada SVM. Berikut adalah bentuk algoritma SVM beserta variabel dan parameternya : x = {x0, x1, x2,.., xm}: merupakan sampel training y = {y1,.., ym} { }1}: merupakan label data training kernel = jenis fungsi kernel par = parameter kernel C = konstanta cost α = [α1,.., αm]: Lagrange multiplier dan bias b Langkah-langkah proses dalam metode SVM ini dijalaskan sebagai berikut : 1. Hitung matriks kernel H. 2. Tentukan pembatas untuk programa kuadratik, termasuk Aeq, beq,a dan b. 3. Tentukan fungsi tujuan programa kuadratik 1 2xHx + f_x. 4. Selesaikan masalah QP dan temukan solusi α dan b.

16 Support vector machine juga memiliki ringkasan matriks, data-data dari matriks inilah yang akan dikumpulkan untuk dijadikan informasi dalam menentukan nilai error pada citra yang akan diproses. Ringkasan matriks pada SVM adalah sebagai berikut : Subject to (2.4) dimana : i = 1,...,l Z= Y= (2.5) Keterangan : x = training input y = training target ker = fungsi kernel par = parameter kernel c = batas atas nsv = nomor-nomor dari support vector alpha = lagrange multipliers b0 = bias term Kelebihan dan kekurangan SVM adalah sebagai berikut : Kelebihan Dalam memilih metode untuk menyelesaikan sebuah masalah pasti terdapat kelebihan dan kekurangan, berikut adalah kelebihan dan kekurangan pada Support Vector Machine (SVM) :

17 1. Generalisasi Generalisasi didefinisikan sebagai kemampuan suatu metode (SVM, neural network, dsb.) untuk mengklasifikasikan suatu pattern, yang tidak termasuk data yang dipakai dalam fase pembelajaran metode itu.. Strategi ini disebut Empirical Risk Minimization (ERM). SVM digunakan untuk meminimalisir error faktor kedua. Strategi ini disebut Structural Risk Minimization (SRM), dan dalam SVM diwujudkan dengan memilih hyperplane dengan margin terbesar. 2. Curse of Dimensionality sering terjadi, data yang diolah berjumlah terbatas, dan untuk mengumpulkan data yang lebih banyak tidak mungkin dilakukan karena kendala biaya dan kesulitan teknis. Dalam hal tersebut, jika metode itu terpaksa harus bekerja pada data yang berjumlah relatif sedikit dibandingkan dimensinya,sehingga membuat proses estimasi parameter metode menjadi sangat sulit. 3. Landasan Teori Sebagai metode yang berbasis statistik, SVM memiliki landasan teori yang dapat dianalisa dengan jelas, dan tidak bersifat black box. Kekurangan Dari kelebihan SVM juga terdapat kekurangannya, diantaranya : 1. Sulit dipakai dalam problem berskala besar. Skala besar dalam hal ini dimaksudkan dengan jumlah sample yang diolah. 2. SVM secara teoritik dikembangkan untuk problem klasifikasi dengan dua class. Sekarang ini SVM telah dimodifikasi agar dapat menyelesaikan masalah dengan class lebih dari dua.

18 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Judul Penulis dan Tahun 1 Sistem Deteksi Setiawan, Retinopati Wahyudi. Diabetik 2012 Menggunakan Support Vector Machine 2 Pengenalan Ardiansjah, Spesies Y., Suciati, Tanaman N. & Berdasarkan Herumurti, Bentuk Daun D. 2012 Menggunakan Metode Klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere 3 Klasifikasi Liantoni, F., Daun Dengan Ramadijanti Centroid Linked, N. & Metode yang digunakan Support Vector Machine dan k- Nearest Neighbour (knn) Move Median Center (MMC) Hypersphere metode centroid linked dan metode k-means Keterangan Support Vector Machine (SVM) dan k-nearest Neighbour (knn) digunakan sebagai metode klasifikasi. Hasil pengujian dilakukan Dengan mengambil dataset MESSIDOR dengan sejumlah citra yang bervariasi untuk tahap pelatihan Menggunakan metode klasifikasi Move Median Center (MMC) Hypersphere untuk mengenali spesies tanaman berdasarkan bentuk daunnya Deteksi tepi menggunakan moment invariant. Melakukan

19 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan) Clustering Rosyid, klasifikasi menggunakan Berdasarkan M.N.2011 metode centroid linked dan Fitur Bentuk metode k-means Tepi Daun 4 Data K. Support vector Mengklasifikasi data yang Classification Srivastava,et Machine berbeda (data Diabetes, Using Support al.2010 Jantung Data, data satelit Vector Machine dan data Shuttle) yang memiliki dua atau multi kelas menggunakan SVM