BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan nilai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian saat ini telah menciptakan suatu persaingan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kecil maupun perusahaan besar, salah satunya dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian sebelumnya. Berikut ini uraian beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB I PENDAHULUAN. merefleksikan penilaian masyarakat terhadap kinerja perusahaan. Nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB II LANDASAN TEORI. Struktur modal akan menentukan biaya modal. Biaya modal adalah balas jasa

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam melakukan kebijaakn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur mendorong perusahaanperusahaan

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia usaha sudah semakin berkembang saat ini. Kemunculan berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan adalah suatu organisasi yang didirikan oleh perseorangan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama investor dalam menanamkan modalnya di sebuah perusahaan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan acuan yaitu: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh leverage dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. penelitian ini yang membahas tentang Profitabilitas, Kebijakan Dividen, dan Nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berarti juga memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Isyarat atau signal menurut (Brigham dan Houston, 2001 dalam Diah, 2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian dalam menentukan kebijakan hutang telah banyak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investor untuk menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. modal. Modal merupakan salah satu faktor terpenting untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan agar dapat bertahan dan mampu bersaing dalam dunia bisnis. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan, antara Lain : Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani, (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Wirajaya (2013) dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan global dimulai dengan kasus subprime mortgage dan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dijual (Salvatore, 2005). Setiap perusahaan tentu menginginkan agar

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ketat antar perusahaan manufaktur yang mengharuskan setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan bisnis di Indonesia saat ini telah mengalami kemajuan yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian mengenai dividend payout ratio atau kebijakan dividen telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Begitu pula dengan perusahaan-perusahaan di Indonesia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the. firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan sebesar-besarnya demi menyejahterakan karyawan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modalnya kepada perusahaan tersebut. Nilai perusahaan memberikan gambaran

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemilik. Nilai perusahaan yang go public di pasar modal tercermin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. aktiva, baik langsung maupun tidak langsung dengan harapan mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2006) Saham dapat didefenisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja financial perusahaan. Laba

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Nilai Nilai perusahaan itu sendiri, menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:6) merupakan nilai harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan ditentukan oleh harga saham. Harga saham dapat dikatakan sebagai proksi dari nilai perusahaan go public karena terbentuk dengan adanya permintaan dan penawaran yang diberikan oleh para investor di bursa. Apabila manajer dapat meningkatkan nilai perusahaan maka manajer itu dianggap telah mampu untuk menjalankan tugasnya dan dapat meningkatkan prestasi kinerja perusahaan tersebut. Harga saham yang semakin tinggi akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat pengembalian (return) kepada investor, yang diikuti dengan semakin meningkatnya tingkat kemakmuran pemegang saham. Hal ini akan memberikan persepsi positif bagi pihak investor dan mengakibatkan rasa kepercayaan yang semakin besar terhadap kinerja perusahaan dan prospek perusahaan di masa depan. Persepsi ini membuat investor semakin tertarik untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Ukuran yang tepat untuk digunakan dalam mengukur nilai perusahaan adalah dengan rasio penilaian. Karena rasio penilaian bertujuan menjadi tolok ukur yang menghubungkan antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham atau mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan (Sugiono dan Untung, 2008:73). Dalam penilaian saham

terdapat tiga jenis nilai, yaitu nilai buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang dihitung berdasarkan jumlah uang yang disetor pemegang saham di masa lalu. Nilai pasar merupakan nilai saham yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar saham, sedangkan nilai intrinsik adalah nilai saham yang sebenarnya. Nilai perusahaan lebih dekat dengan jenis nilai pasar, karena nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya. Seperti yang dijelaskan oleh Brigham dan Houston (2011:150), bahwa rasio nilai pasar berhubungan dengan harga saham perusahaan terhadap laba, arus kas, dan nilai buku per sahamnya. Oleh karena itu, pemegang saham lebih memperhatikan nilai pasar karena mereka menjual sahamnya pada harga tersebut. Rasio penilaian menghubungkan kondisi internal dengan persepsi pasar. Rasio ini menjadi pedoman investor dalam melihat masa lalu maupun prospek perusahaan di masa mendatang. Rasio penilaian menggunakan pendekatan nilai pasar atau market value ratio yang terdiri dari rasio harga saham terhadap pendapatan yaitu price earning ratio, dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku yaitu price book value.nilai perusahaan dapat diukur dengan price to book value (PBV), yaitu perbandingan antara harga saham dengan nilai buku. Sehingga dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan adalah price book value (PBV). Hal ini disebabkan karena price book value dapat menggambarkan seberapa besar penilaian pasar terhadap perusahaan dan melihat apakah harga saham diperdagangkan melebihi nilai buku saham atau sebaliknya.

yang dikelola dengan baik dan beroperasi secara efisien dapat memiliki nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku asetnya (Sudana, 2011:24). Semakin tinggi price to book value dapat meningkatkan penilaian atau harapan investor terhadap perusahaan yang menandakan bahwa perusahaan memiliki prospek yang semakin baik di masa depan. Keyakinan dan harapan investor tersebut akan mengakibatkan calon investor rela membeli saham tersebut dengan harga yang tinggi. Brigham dan Houston (2011:151) menjelaskan perusahaan yang dipandang baik oleh investor yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman serta terus mengalami pertumbuhan dan dijual dengan rasio nilai buku yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan pengembalian yang rendah. yang memiliki tingkat pengembalian yang rendah maka rasio M/B atau PBV akan relatif lebih rendah jika dibandingkan ratarata perusahaan lainnya. PBV yang baik biasanya dikatakan bernilai satu atau lebih, sangat diharapkan oleh perusahaan karena harga sahamnya dapat dijual di atas nilai bukunya. Sebaliknya apabila jumlah PBV perusahaan berada di bawah satu, hal ini menandakan harga saham dijual di bawah nilai bukunya (under valued). PBV yang tinggi memperlihatkan tingginya kemakmuran pemegang sahamnya, sehingga harga saham semakin bernilai tinggi. Harga saham yang tinggi menyebabkan nilai perusahaan semakin baik atau tinggi. PBV dapat diukur dengan rumus (Sugiono dan Untung, 2008:74): Harga pasar saham PBV= Nilai buku saham Dimana nilai buku saham (book value per share) tersebut dapat dihitung dengan rumus:

Total Ekuitas BVS = Jumlah Lembar Saham Murhadi (2009:148) mengatakan ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi, yaitu: 1) Nilai buku sifatnya relatif stabil, bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya. 2) Adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau overvaluation. 3) Pada kasus perusahaan yang memiliki earning negatif maka tidak memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi kelemahan yang ada pada PER dalam kasus ini. 2.2 Growth Opportunity Menurut Mai (2006) dalam Hermuningsih (2013) growth opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu perusahaan di masa depan. Growth opportunity mencerminkan besarnya harapan dari pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal, seperti investor dan kreditur. -perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang cepat seringkali harus meningkatkan aktiva tetapnya (Hermuningsih, 2013). -perusahaan yang diprediksi memiliki pertumbuhan yang tinggi di masa depan akan lebih banyak menahan laba yang

dimiliki dan cenderung membutuhkan dana dalam jumlah yang cukup besar. Ini menyebabkan perusahaan akan lebih memilih menggunakan saham untuk membiayai pertumbuhan tersebut. Sedangkan, perusahaan dengan peluang pertumbuhan yang rendah akan lebih banyak menggunakan utang jangka panjang. Semakin tinggi growth opportunity yang dimiliki perusahaan semakin tinggi pula peluang perusahaan untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi pula di masa depan. Keadaan produktivitas perusahan dapat diliat dari growth opportunity. Sriwardany (2006) menyatakan pertumbuhan perusahaan mempunyai pengaruh langsung dan positif terhadap perubahan harga saham. Investor yang memberikan respon positif terhadap informasi yang di dapat mengenai pertumbuhan perusahaan tersebut akan rela membeli sahamnya dengan harga tinggi yang menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini akan mempengaruhi meningkatnya nilai perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa growth opportunity akan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisinya di dalam industri dan dalam perkembangan ekonomi secara umum (Fahmi, 2015:82). Dalam menghitung growth rate perlu dihitung tingkat pertumbuhan dari penjualan, pertumbuhan deviden per saham, laba bersih setelah pajak, nilai buku dari saham biasa, harga pasar pada perusahaan go public, dan earning per share. Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Arif (2015) menyatakan growth opportunity dapat dilihat dari price earning ratio (PER), yang merupakan

perbandingan harga suatu saham (market price) dengan earning per share (EPS) dari saham yang bersangkutan. Dalam penelitian ini growth opportunity akan diproksikan dengan PER, karena PER memperlihatkan hubungan kinerja internal perusahaan yang tercermin dari laba bersih perusahaan, reaksi investor dalam menilai saham perusahaannya berdasarkan prospek perusahaan di masa depan dan harga saham yang bersedia dibayar oleh calon investor. Tandelilin (2010:375) menyatakan informasi PER mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk memperoleh satu rupiah earning perusahaan. Dengan kata lain PER menunjukkan besarnya harga setiap satu rupiah earning perusahaan. Bagi para investor price earning ratio yang semakin tinggiakan membuat pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa investor mempunyai harapan yang baik tentang perkembangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga untuk pendapatan per saham tertentu, investor bersedia membayar dengan harga yang mahal (Sudana, 2011:23). PER yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan yang semakin baik, namun PER yang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan oleh para calon pembeli sudah sangat tinggi atau tidak rasional lagi. Rumus yang digunakan untuk menghitung price earning ratio yaitu (Sugiono dan Untung, 2008:74): Harga Pasar Saham PER= Earning per Share Dimana laba per saham (earning per share) dapat dihitung dengan: EPS = Laba Bersih Jumlah Lembar Saham

Earning per share (EPS) dapat mengukur potensi tertinggi yang akan diperoleh pemegang saham saat pembagian laba. EPS dianggap sebagai indikator yang paling mendasar karena EPS dapat menggambarkan bagaimana prospek earning perusahaan di masa yang akan datang. 2.3 Profitabilitas Menurut Lyn M. Fraser dalam Sugiono dan Untung (2008:61) profitabilitas adalah rasio untuk mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolahan aktiva, kewajiban dan kekayaan. Profitabilitas dapat menunjukkan bagaimana tingkat efektifitas manajemen pada suatu perusahaan. Profitabilitas merupakan indikator yang penting untuk para investor saat ingin melihat keadaan atau prospek perusahaan di masa yang akan datang. Indikator ini sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauhmana investasi yang akan dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan investor (Tandelilin, 2001:240). Syahyunan (2013:92) menyatakan bahwa profitabilitas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa efektif pengelolaan perusahaan oleh manajemen. Sederhananya, profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungannya. Terdapat beberapa macam cara yang sering digunakan untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas yang akan ditunjukkan kepada para pemegang saham, diantaranya adalah return on asset (ROA), return on equity (ROE), profit margin ratio, dan basic earning power.

Namun dalam penelitian ini profitabilitas akan diproksikan dengan return on equity (hasil pengembalian ekuitas) karena dapat mengukur seberapa besar tingkat kemampuan perusahaan dalam hal pengembalian atas investasi pemegang saham dengan modal ekuitas yang dimiliki perusahaan tersebut. Hal ini didukung dengan pendapat Brigham dan Houston (2011:150) bahwa ROE mencerminkan pengaruh dari seluruh rasio lain dan merupakan ukuran kinerja tunggal yang terbaik dilihat dari kacamata akuntansi. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan adanya peningkatan nilai laba bersih dari perusahaan tersebut dan diikuti dengan meningkatnya kemampuan perusahaan dalam membagikan dividennya. Laba bersih yang meningkat dan peningkatan dalam membayarkan dividen inilah yang akan membuat investor semakin menyukainya dan semakin menginginkan untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. Hal ini akan menyebabkan investor menilai harga saham perusahaan tersebut dengan harga yang tinggi. Harga saham yang semakin tinggi ini akan diikuti dengan kenaikan nilai perusahaannya yang dapat dilihat dari semakin baiknya kondisi perusahaan ini. Hasil perhitungan ini dapat membantu pemilik perusahaan saat ingin membandingkan hasil di suatu perusahaan dengan perusahaan yang lainnya. Return on Equity dapat dirumuskan sebagai berikut (Brigham dan Houston, 2011:149): Laba Bersih Return on Equity = TotalEkuitas Rasio ini penting bagi pihak pemegang saham untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi pengelolaan modal sendiri yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan. 2.4 Struktur Modal

2.4.1 Pengertian Struktur Modal Menurut Keown et al. (2010:148), struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan. Sumber dana jangka panjang dapat berupa utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal digunakan oleh para manajer keuangan sebagai landasan dalam mengambil keputusan pembelanjaan dengan menganalisis manfaat dari masing-masing sumber dana yang akan digunakan. Keputusan pendanaan yang tepat dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga sahamnya. Struktur modal perusahaan memperlihatkan kombinasi dari risiko dengan return yang diharapkan oleh para stakeholders. yang menggunakan hutang yang terlalu banyak akan meningkatkan risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan dan para pemegang saham. Hal ini membuat pemegang saham tidak yakin untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. Pemegang saham akan lebih memilih perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang baik, karena perusahaan ini lebih memiliki kemampuan untuk membayarkan bunga utangnya. Para pemegang saham juga akan memiliki ekspektasi akan return yang tinggi atas risiko yang mereka tanggung. Hal ini sesuai dengan pendapat (Brigham dan Houston, 2011:155) bahwa penentuan struktur modal akan melibatkan pertukaran antara risiko dan pengembalian: a) Menggunakan utang dalam jumlah yang lebih besar akan meningkatkan risiko yang ditanggung oleh pemegang saham.

b) Namun, menggunakan lebih banyak utang pada umumnya akan meningkatkan perkiraan pengembalian atas ekuitas. 2.4.2 Teori Struktur Modal Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham perusahaan (Sudana, 2011:143). 1. Pecking Order Theory Menurut Sudana (2011:155), pecking order theory menyatakan bahwajika sumber dana dari luar perusahaan diperlukan, perusahaan pertama-tama harus menerbitkan hutang sebelum menerbitkan saham. yang memiliki profitabilitas yang tinggi cenderung meminjam dengan jumlah yang sedikit, dikarenakan perusahaan lebih memilih menggunakan sumber internal seperti laba ditahan. Apabila sumber internal sudah memenuhi dana yang dibutuhkan untuk berinvestasi, maka perusahaan tidak perlu mencari sumber dana dari luar. Namun sebaliknya perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah, memerlukan dana yang besar untuk mendanai biaya investasinya. tersebut cenderung memiliki tingkat hutang yang lebih besar, yang disebabkan dana internal perusahaan tidak mencukupi untuk membiayai kebutuhan investasi tersebut. akan mencari alternatif lain yaitu dengan memperoleh dana dari sumber pendanaan eksternal seperti hutang, karena penggunaan hutang lebih disukai oleh para investor. Hal ini sesuai dengan pendapat Brealey, et al. (2008:25) yang menyatakan teori pecking order berbunyi sebagai berikut:

1) menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. 2) Jika dana eksternal dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Pecking order ini muncul karena penerbitan utang tidak terlalu diterjemahkan sebagai pertanda buruk oleh investor bila dibandingkan dengan penerbitan ekuitas. Pecking order theory membuat pemilihan dalam pengambilan keputusan alternatif pendanaan berdasarkan kondisi kebutuhan dana perusahaan. Pendanaan internal lebih disukai para investor dibandingkan pendanaan eksternal, dikarenakan perusahaan tidak perlu melibatkan pihak ketiga diluar manajemen dan pemegang saham dan akan membuat perusahaan terbebas dari biaya emisi. Apabila perusahaan membutuhkan dana dari luar, maka penerbitan hutang akan dilakukan terlebih dulu dibandingkan penerbitan saham baru. Hal ini disebabkan biaya emisi hutang lebih kecil dibandingkan biaya emisi ekuitas. Pengunaan hutang akan menimbulkan biaya financial distress dan risiko. Oleh sebab itu, perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan sebaik mungkin penggunaan hutangnya agar terhindar dari risiko gagal bayar yang dapat menyebabkan hilangnya kepercayaan dari investor dan dapat mempengaruhi turunnya nilai perusahaan. 2. Trade off Theory yang memiliki profitabilitas tinggi akan berupaya untuk mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio hutangnya sehingga setiap penambahan hutang tersebut akan mengurangi pajaknya, karena bunga hutang

merupakan pengurangan pajak. Trade-off theory menjelaskan bahwa peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama masih di bawah titik optimal, dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan hutang terhadap biaya kebangkrutan. Setelah berada pada titik tertentu, penambahan hutang dapat menyebabkan turunnya nilai perusahaan karena penggunaan hutang justru tidak sebanding dengan kenaikan biaya kesulitan keuangan (financial distress), seperti biaya kebangkrutan (bankrupty cost) dan biaya keagenan (agency cost). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan risiko kebangkrutannya lebih tinggi dibandingkan penghematan pajaknya. Sofyaningsih (2011) mengindikasikan bahwa dengan model teori trade-off maka struktur modal yang optimum terjadi jika terdapat keseimbangan antara biaya financial distress dan agency problem dan adanya manfaat atas penggunaan leverage atau utang (tax-shield). 3. Asymmetric Information dan Signalling Theory Teori ini menjelaskan bahwa beberapa pihak yang berhubungan dengan perusahaan memiliki informasi yang berbeda-beda mengenai prospek dan risiko perusahaan. Gitman (2009) dalam Steven dan Lina (2011) menyatakan bahwa asymmetric information theory merupakan suatu kondisi dimana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek kedepannya dari perusahaan dibandingkan dengan pihak lainnya. Adanya asymmetric information, menyebabkan manjemen perusahaan tahu lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan investor di pasar modal dan membuat manajer perusahaan lebih leluasa bertindak dalam menentukan strategi capital structure

karena lebih menguasi informasi di dalam perusahaan. Signalling theory merupakan langkah-langkah manajemen dari perusahaan dalam memberikan petunjuk kepada investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Signaling theory menyatakan penggunaan hutang (struktur modal) sebagai sumber pendanaan perusahaan yang seringkali dianggap sebagai sinyal yang disampaikan oleh manager ke pasar. yang memiliki prospek menguntungkan di masa depan, akan mencoba untuk menghindari penjualan saham. yang menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, akan menyebabkan harga sahamnya menurun. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang menerbitkan saham baru berarti memberikan sinyal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan sedang suram dan akan menekan harga saham. 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan nilai perusahaan dapat digunakan sebagai bahan referensi antara lain sebagai berikut: Rasyid (2015) melalukan penelitian dengan juduleffects of ownership, structure, capital structure, profitability and company s growth towards firm value. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa hasil uji parsial membuktikan kepemilikan institusional, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial dan struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil tes simultan membuktikan bahwa kepemilikan manjerial, kepemilikan

institusional, struktur modal, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Dewi, et al. (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan LQ 45 di BEI periode 2008-2012. Metode penelitian yang digunakan adalah uji asumsi klasik, analisis linier sederhana, dan analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur modal berpengaruh positif secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hermuningsih (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh profitabilitas, growth opportunity, struktur modal terhadap nilai perusahaan pada perusahaan publik di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis structural equation modelling (SEM). Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa variabel profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan variabel struktur modal merupakan variabel intervening bagi growth opportunity dan tidak bagi profitabilitas. Rizqia, et al. (2013) melakukan penelitian yang berjudul effect of managerial ownership, financial leverage, profitability, firm size, and investment opportunity on dividend policy and firm value. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teknikal. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kepemilikan manajerial, dan peluang investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Sementara itu, financial leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen, dan kepemilikan manajerial, financial leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, peluang investasi, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Ghalandari (2013) melakukan penelitian yang berjudul dengan The Moderating Effect of Growth Opportunities on the Relationship between Capital Structure and Dividend Policy and Ownership Structure with Firm Value in Iran: Case Study of Tehran Securities Exchange. Analisis yang digunakan adalah model efek tetap. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara struktur modal (leverage) dan nilai perusahaan. Selain itu hubungan ini adalah negatif dan signifikan di hadapan peluang pertumbuhan, positif dan signifikan dalam tidak adanya peluang pertumbuhan. Hubungan yang signifikan antara kebijakan deviden dan nilai perusahaan, tetapi perusahaan dengan peluang pertumbuhan memiliki hubungan negatif dan signifikan dan untuk perusahaan tanpa peluang pertumbuhan memiliki hubungan positif dan signifikan. Ada hubungan signifikan non-linear antara konsentrasi kepemilikan dan nilai perusahaan bagi perusahaan dengan dan tanpa peluang pertumbuhan. Mardiyati, et al. (2012) meneliti tentang pengaruh kebijakan deviden, kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dividen yang diproksikan dengan variable dividend payout ratio (DPR) secara parsial memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur yang diproksikan dengan PBV, kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Ogbulu dan Emeni (2012) melakukan penelitian dengan judul Capital Structure and Firm Value: Emperical Evidence from Nigeria. Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hutang berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan dan ekuitas tidak berhubungan positif dengan nilai perusahaan. Chen dan Chen (2011) melakukan penelitian dengan judul the influence of profitability on firm value with capital structure as the mediator and firm size and industry as moderators. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah block regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki efek positif pada nilai perusahaan, dan efek negatif pada leverage, sedangkan leverage memiliki efek negatif pada nilai perusahaan, dan profitabilitas memiliki efek mediasi yang signifikan.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti/ Tahun 1. Rasyid (2015) Judul Peneliti Effects of Ownership, Structure, Capital Structure, Profitability and Company s Growth Towards Firm Value Variabel Penelitian Dependen: Nilai Independen: 1. Kepemilikan, 2. Struktur, 3. Struktur Modal, 4. Profitabilitas, Pertumbuhan Metode Analisis Data Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian Hasil uji parsial membuktikan kepemilikan institusional, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan Kepemilikan manajerial dan struktur modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.

Lanjutan Tabel 2.1 No. Peneliti/ Tahun 2. Dewi, et al. (2014) 3. Hermuni ngsih (2013) 4. Rizqia, et al. (2013) Judul Peneliti Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan dan Profitabilitas Terhadap Nilai LQ 45 di BEI Periode 2008-2012 Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal Terhadap Nilai pada Publik di Indonesia Effect of Managerial Ownership, Financial Leverage, Profitability, Firm Size, and Investment Opportunity on Dividend Policy and Firm Value Variabel Penelitian Dependen: Nilai Independen: 1. Struktur Modal, 2. Pertumbuhan, 3. Profitabilitas Dependen: Nilai Independen: 1. Profitabilitas, 2. Growth Opportunity, 3. Struktur Modal Dependen: Kebijakan Deviden dan nilai perusahaan Independen: 1. Kepemilikan Manajerial, 2. Likuiditas Keuangan, 3. Profitabilitas, 4. Ukuran 5. Peluang Investasi Metode Analisis Data Uji Asumsi Klasik, Analisis Linier Sederhana, Analisis Linier Berganda Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Analisis Teknikal Hasil Penelitian 1. Struktur Modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 1. Variabel profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Variabel growth opportunity berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Variabel struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 1. Kepemilikan manajerial, financial leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, peluang investasi, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Kepemilikan manajerial, dan peluang investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. 3. Financial leverage, profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

Lanjutan Tabel 2.1 No. Peneliti/ Tahun 5. Ghalandari (2013) Judul Peneliti The Moderating Effect of Growth Opportunities on the Relationship between Capital Structure and Dividend Policy and Ownership Structure with Firm Value in Iran: Case Study of Tehran Securities Exchange Variabel Penelitian Independen: Nilai Dependen: 1. Struktur Modal 2. Kebijakan Dividen 3. Struktur Kepemilik an 4. Peluang Pertumbuh an Metode Analisis Data Model Efek Tetap Hasil Penelitian 1. Ada hubungan yang signifikan antara struktur modal (leverage) dan nilai perusahaan. Selain itu hubungan ini adalah negatif dan signifikan di hadapan peluang pertumbuhan, positif dan signifikan dalam tidak adanya peluang pertumbuhan. 2. Hubungan yang signifikan antara kebijakan deviden dan nilai perusahaan, tetapi perusahaan dengan peluang pertumbuhan memiliki hubungan negatif dan signifikan dan untuk perusahaan tanpa peluang pertumbuhan memiliki hubungan positif dan signifikan. 3. Ada hubungan signifikan non-linear antara konsentrasi kepemilikan dan nilai perusahaan bagi perusahaan dengan dan tanpa peluang pertumbuhan. 6. Mardiyati, et al. (2012) Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010 Dependen : Nilai Independen: 1. Kebijakan Dividen, 2. Kebijakan Hutang, 3. Profitabilit as Analisis Regresi Linier Berganda 1. Profitabilitas memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Kebijakan hutang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Kebijakan dividen memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap nilai perusahaan manufaktur.

Lanjutan Tabel 2.1 No. Peneliti/ Tahun 7. Ogbulu dan Emeni (2012) Judul Peneliti Capital Structure and Firm Value: Emperical Evidence from Nigeria Variabel Penelitian Dependen: Nilai Independen: Struktur modal Metode Analisis Data Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian 1. Hutang berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. 2. Ekuitas berpengaruh secara negatif terhadap nilai perusahaan. 8. Chen dan Chen (2011) The Influence of Profitability on Firm Value With Capital Structure as The Mediator and Firm Size and Industry as Moderators Dependen: Nilai Independen: 1. Profitabilitas, 2. Leverage, Block Regression 1. Profitabilitas memiliki efek positif pada nilai perusahaan, dan efek negatif pada leverage, 2. leverage memiliki efek negatif pada nilai perusahaan, dan profitabilitas memiliki efek mediasi yang signifikan. 2.6 Kerangka Konseptual yang memiliki arus kas dan kinerja perusahaan yang baik dapat dilihat dari peluang pertumbuhan (growth opportunity) perusahaan tersebut. Growth opportunity yang tinggi akan menjadi daya tarik bagi para investor, karena perusahaan memprediksi akan mendapatkan laba yang lebih tinggi di masa depan dan akan mengalami pertumbuhan yang tinggi. Mereka menggunakan sahamnya untuk mendanai biaya operasional perusahaan tersebut dan membutuhkan para investor untuk mau berinvestasi di perusahaan tersebut. Pasar yang percaya pada prospek perusahaan di masa depan akan mengakibatkan investor menilai peluang pertumbuhan perusahaan tersebut sebagai hal yang positif, maka harga saham perusahaan tersebut juga akan semakin meningkat. Hal

ini didukung oleh pendapat Brealey et al. (2008:46) yang mengatakan bahwa harga saham dan nilai perusahaan mengikhtisarkan penilaian kolektif investor tentang seberapa baikkah keadaan suatu perusahaan, baik kinerja saat ini maupun prospek masa depannya. Harga saham yang dipengaruhi oleh growth opportunity dan profitabilitas inilah yang nantinya akan mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. yang memiliki arus kas dan kinerja perusahaan yang baik juga dapat dilihat dari nilai profitabilitasnya, karena profitabilitas dapat menunjukkan bagaimana kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Tanpa adanya laba yang positif, akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik minat para investor agar berinvestasi di perusahaan tersebut. Para stakeholders akan mencari tahu berapa besar perusahaan tersebut dapat memberikan return kepada para investornya dan melihat apakah nilai tersebut sudah sesuai dengan tingkat yang diisyaratkan oleh para investor. Apabila kinerja manajemen perusahaan yang diukur menggunakan dimensi dimensi profitabilitas dalam kondisi baik, maka akan memberikan dampak positif terhadap keputusan investor di pasar modal untuk menanamkan modalnya dalam bentuk penyertaan modal, hal tersebut akan menyebabkan harga saham meningkat, sehingga akan berdampak positif pula terhadap nilai perusahaan Harmono (2009:110) dalam Mulyawati, et al. (2015). Pengambilan keputusan pendanaan yang berkenaan dengan struktur modal harus diperhatikan oleh perusahaan karena kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Struktur modal menjadi salah satu pertimbangan para investor dalam berinvestasi, karena hal ini berkaitan dengan

risiko dan return yang akan diterima oleh investor. yang menggunakan hutang dalamoperasinya akan mendapat penghematan pajak, karena pajak dihitung darilaba operasi setelah dikurangi bunga hutang, sehingga laba bersih yangmenjadi hak pemegang saham akan menjadi lebih besar dibandingkandengan perusahaan yang tidak menggunakan hutang Meythi (2012). Dengan demikian nilai perusahaan pun ikut menjadi lebih besar. Hal ini menunjukkan semakin besar struktur modalnya maka nilai perusahaan juga akan semakin meningkat. Namun perusahaan tidak mungkin menggunakan hutang secara penuh dari struktur modalnya. Karena perusahaan yang menggunakan hutang terlalu banyak akan diikuti dengan risiko yang semakin besar untuk ditanggung oleh perusahaan dan pemegang saham. Hal ini membuat investor kehilangan kepercayaan untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut, dan mencari perusahaan lain yang memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Dalam kondisi ini penambahan hutang yang diikuti dengan risiko akan mengakibatkan nilai perusahaan ikut menurun. harus mampu menentukan besarnya hutang yang akan digunakan, karena peningkatan penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan selama masih di bawah titik optimal. Setelah melewati batas titik tertentu, penambahan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena penambahan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress. Jadi dapat diketahui bahwa strukturmodal berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat ditunjukkan para Gambar 2.1 berikut ini: Growth Opportunity Profitabilitas Nilai Struktur Modal Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 1.5 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Growth opportunity berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3. Struktur Modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Growth opportunity, profitabilitas dan struktur modal secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.