BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja diwajibkan dalam peraturan perundangundangan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 27, Ayat (2) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi. pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. negara dan juga penyerap banyak tenaga kerja. Indonesia yang sempat menempati posisi ke-5

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam seluruh aktifitas kehidupan manusia untuk meningkatkan taraf hidup. membentuk energi listrik (

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN TATA BUSANA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor Pertanian mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Bagi perekonomian Indonesia, sektor pertanian merupakan sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. pada tahun 2007 Indonesia dikenal sebagai negara penghasil teh terbesar nomor

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang dilahirkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang aman dan nyaman serta karyawan yang sehat dapat mendorong

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan berkeadilan. Sedangkan misinya yaitu meningkatkan derajat kesehatan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. tanpa badan hukum, yang menggunakan atau mempekerjakan karyawan/pekerja

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

I. PENDAHULUAN. 2010), tetapi Indonesia merupakan negara produsen karet alam terbesar ke dua di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat menentukan kualitas sumber daya manusia. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara menyatakan bahwa luas perkebunan karet Sumatera Utara pada tahun

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi yang menuntut produktivitas tinggi. Produktivitas dan efisiensi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ardana, dkk (2012:3)

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tantangan global yang dihadapi dunia tidak dapat dihindari baik dari

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

PERTANIAN.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan di era globalisasi semakin tajam, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB V PEMBAHASAN. hampir semua tenaga kerja pada unit weaving PT. Iskandar Tekstil adalah

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu roda penggerak pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang memuaskan daripada yang sebelumnya (Susetyo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal daerah subtropik yang tumbuh optimal pada 25 o -35 o lintang utara

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi, agar bisa bertahan dan tetap berkembang. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan sumber daya manusia yang ada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1991 TENTANG LATIHAN KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. mampu memberikan surplus perdagangan yang tinggi dibandingkan sektor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang berlaku di banyak negara, di Indonesia pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja diwajibkan dalam peraturan perundangundangan. Tujuan dari peraturan ini adalah memberikan kepastian hukum dalam pelaksanaan perlindungan pekerja untuk mendapatkan pekerjaan yang produktif dan terpenuhi hak dan kewajiban pekerja (Kurniawidjaja, 2012). Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 ditetapkan bahwa setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan dan penghidupan yang layak mengandung pengertian bahwa pekerjaan sesungguhnya merupakan suatu hak manusia yang mendasar dan memungkinkan seseorang untuk melakukan aktivitas atau bekerja dalam kondisi yang sehat, selamat bebas dari segala resiko akibat kerja, kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Budiono, 2003). Penghidupan yang layak merupakan keinginan setiap tenaga kerja untuk hidup secara manusiawi yang berpenghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup melalui tingkat kesejahteraan yang sesuai dengan harkat dan martabat sebagai manusia. Lebih lanjut pada Undang-Undang nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menegaskan bahwa setiap bahwa setiap pekerja memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral, dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat, manusia serta

nila-nilai agama (pasal 86 ayat 1a). Untuk melindungi keselamatan pekerja dalam mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, maka diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Upaya ini akan memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengatur hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut juga dinyatakan bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah satu dari upaya kesehatan, yang diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja (Kurniawidjaja, 2012). Perkembangan teknologi yang semakin maju mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi. Salah satu konsekuensi dari perkembangan industri yang sangat pesat dan persaingan yang ketat antar perusahaan di Indonesia sekarang ini adalah tertantangnya proses produksi kerja dalam perusahaan supaya terus menerus berproduksi selama 24 jam. Dengan demikian diharapkan ada peningkatan kualitas serta kuantitas produksi untuk mencapai keuntungan yang maksimal. Dalam menjalankan kegiatan produksi dan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi, maka dari itu diperlukan perlindungan terhadap tenaga kerja. Indonesia merupakan produsen teh dunia, dengan total produksi daun teh pada 2013 mencapai 152.674 ton atau naik 1,2 % dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 150.949 ton dan total nilai ekspor daun teh tercatat US$ 157 juta pada 2013.

Pada 5 November 2014, perwakilan negara-negara produsen teh melakukan pertemuan di Bandung untuk menghadiri acara forum Inter-Governmental Group on Tea (IGG). IGG Tea sendiri adalah forum yang berada di bawah Organisasi Pangan Dunia (FAO). Pertemuan IGG dihadiri oleh 19 negara antara lain Srilanka, Kenya, Tiongkok, Jepang, Inggris, Italia, Bangladesh, Amerika Serikat dan Malawi. Menurut Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian, Emilia Harahap, pertemuan IGG Tea sangat penting dalam menentukan masa depan pengembangan teh dunia yaitu soal sertifikasi keberlanjutan pada isu-isu sosial serta lingkungan hidup, Undang- Undang keamanan pangan teh negara pengimpor, akses kredit, berbagai hama dan penyakit, harga pasar rendah karena over produksi, dan kurangnya promo generik untuk membuat pasar yang lebih jelas. Masalah mendasar seperti produktivitas teh, masih rendah dan ini tentu menjadi kendala utama dalam produksi teh di Indonesia. Masalah ini terkait dengan tanaman yang rusak, listrik, benih unggul, pemeliharaan, pemanasan global, perubahan cuaca, dan kapasitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah. Maka upaya yang dapat dilakukan khususnya untuk kapasitas SDM adalah dengan pengembangan SDM dan memperkuat kerjasama dengan industri serta petani teh. Manajemen sumber daya manusia pada umumnya dilakukan untuk memperoleh tingkat perkembangan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, hubungan yang serasi dan efektif diantara para tenaga kerja sehingga diharapkan akan meningkatkan produktivitas kerja (Sunyoto, 2013). Jadi, faktor manusia sangat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja, misalnya masalah tidur,

kebutuhan biologis, dan juga kelelahan. Semua jenis pekerjaan baik formal maupun informal dapat menimbulkan kelelahan kerja. Kelelahan (fatigue) merupakan salah satu resiko terjadinya penurunan derajat kesehatan tenaga kerja. Kelelahan kerja akan menurunkan kinerja tenaga kerja dan akan menimbulkan kesalahan dalam bekerja. Menurunnya kinerja sama artinya dengan menurunnya produktivitas kerja. Menyatakan kelelahan kerja ditandai dengan melemahnya tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan atau kegiatan, sehingga akan meningkatkan kesalahan dalam melakukan pekerjaan dan akibat fatalnya adalah terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muizzudin (2013) di industri kain tenun PT. Alkatex Tegal, terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Roshadi (2014) bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikans dari kelelahan kerja karyawan terhadap produktivitas kerja karyawan. Korelasi negatif ini menunjukkan hubungan variabel kelelahan kerja dan produktivitas kerja berlawanan, artinya apabila kelelahan kerja meningkat maka produktivitas kerja akan menurun. Kelelahan kerja berpengaruh sebesar 20,8 % terhadap produktivitas kerja, dan sisanya 79,2 % produktivitas kerja dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti umur, tempramen, motivasi, serta faktor eksternal seperti kondisi fisik pekerjaan, lingkungan sosial, dan upah. PT. Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV) Bah Butong merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. Perusahaan ini berlokasi di Kecamatan Sidamanik Kabupaten Simalungun

Provinsi Sumatera Utara, dan pertama kali beroperasi pada tahun 1931. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. Dalam menghasilkan produk teh, para pekerja pemetik teh di perusahaan tersebut melakukannya dengan menggunakan gunting dan ada juga yang menggunakan mesin pemotong daun teh. Pekerja yang menggunakan mesin pemotong daun teh terdiri beberapa orang sehingga pekerjaan akan terasa lebih ringan dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan gunting. Proses kerja pemetik teh yang menggunakan gunting yaitu melakukan pengguntingan daun teh dengan menggunakan gunting yang telah dirancang khusus oleh pemetik itu sendiri dan kemudian hasilnya akan diletakkan di keranjang yang berada di punggungnya. Isi dari keranjang tersebut adalah sekitar 25 kg daun teh. Dalam sehari, mereka menghasilkan daun teh minimal sebanyak 2-3 keranjang atau seberat 60 kg per hari per orang. Pemetikan teh dengan menggunakan gunting ini sangat membutuhkan ketelitian mata, konsentrasi serta daya fikir yang tinggi agar tidak terjadi kecelakaan kerja seperti jari tergores atau terpotong oleh gunting. Hal ini nantinya akan meningkatkan angka kecelakaan kerja, maka mata mempunyai peran penting dalam proses kerja pemetik teh yang menggunakan gunting ini. Dengan pola kerja seperti itu, pemetik teh mengeluhkan lelah setiap selesai bekerja. Bekerja yang lebih banyak melibatkan intensitas kontraksi otot dan dalam keadaan anaerob akan lebih cepat menimbulkan kelelahan karena asam

laktat meningkat dan glukogen sebagai salah satu sumber energi tubuh cepat berkurang. Hal ini sebagaimana menurut Niels (dalam Santoso, 2013) bahwa dalam keadaan anaerob, tubuh menghasilkan asam laktat sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini glukogen dalam otot berkurang. Dalam bekerja, harus dicari posisi alamiah atau posisi fisiologis agar tidak banyak melibatkan intensitas kontraksi otot, tidak mudah lelah, dan produktivitas kerja dapat meningkat. Bagi pekerja pemetik teh ini, tentu diperlukan kesiapan fisik, mental, dan kondisi lingkungan kerja yang baik. Karena jika tidak, kelelahan kerja dapat terjadi setiap saat dan dapat mengganggu kinerja pekerja yang nantinya mungkin akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja pada perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil observasi awal pada tanggal 22 Oktober 2014, beberapa pekerja pemetik teh mengeluhkan rasa lelah saat bekerja dan setelah bekerja. Terkadang, ada juga pekerja yang tidak memenuhi target per hari perusahaan dan tentu saja akan berpengaruh terhadap produktivitas perusahaan. Mereka yang tidak dapat memenuhi target per hari perusahaan, dikenai sanksi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan atau mereka biasanya menutupi kekurangannya pada esok harinya. Dengan hal seperti ini, pekerja akan bekerja lebih dari biasanya karena harus memenuhi target yang sebelumnya tidak terpenuhi. Untuk itu, dari permasalahan yang ditemukan maka peneliti tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara kelelahan kerja dengan produktivitas kerja. Peneliti tertarik untuk mengambil judul Hubungan Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja Pada Pemetik Teh di PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun Tahun 2014

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pemetik teh di PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kelelahan kerja produktivitas kerja pada pekerja pemetik teh di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Butong. 1.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya hubungan kelelahan kerja dengan produktivitas kerja pada pemetik teh di PT Perkebunan Nusantara IV Bah Butong Kabupaten Simalungun. 1.5 Manfaat Penelitian a. Memberikan informasi kepada tenaga kerja dan perusahaan khususnya pada bagian pemetik teh di PT Perkebunan Nusantara IV Unit Kebun Bah Butong mengenai kelelahan kerja dan dampaknya terhadap produktivitas kerja. Dengan begitu, diharapkan tenaga kerja dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

b. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya, serta dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terutama mengenai kelelahan kerja yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja.