BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Prinsip-prinsip GCG 1. Transparansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (2009 : 67) mencoba memberikan definisi dari kinerja, antara lain sebagai

Analisis Pengungkapan Good Corporate Governance (GCG) pada Perusahaan Indeks Pefindo25 (SME Index) Tahun

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG)

BAB IV PEMAHAMAN KARYAWAN TERHADAP SITEM MANAJEMEN SYARIAH DI KJKS BMT WALISONGO SEMARANG

PEDOMAN PERILAKU Code of Conduct KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

KEBIJAKAN MANAJEMEN Bidang: Kepatuhan (Compliance) Perihal : Pedoman Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) No.

KEWRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

09Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK

LAMPIRAN. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

- 2 - PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 sampai dengan angka 13 Cukup jelas.

Kebijakan Corporate Governance. PT. Persero Batam. Tim GCG PT. Persero Batam Hal : 1 of 9

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT PERTAMINA INTERNASIONAL EKSPLORASI & PRODUKSI

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PT HD CAPITAL TBK ( PERSEROAN ) KODE ETIK ( CODE OF CONDUCT )

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM

BAB 5 PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis mengenai Penerapan Good Corporate Governance

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

DAFTAR ISI. SK BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT BARATA INDONESIA(Persero)

IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) PADA BUMD KABUPATEN SUMENEP (STUDI PADA PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) BHAKTI SUMEKAR SUMENEP)

BAB I PENDAHULUAN. Financial distress yang terjadi pada perusahaan property and real estate UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI PENUTUP Penerapan Good Corporate Governance (GCG) untuk mengelola. Manajemen Risiko Perbankan di PT BSM Cabang Makassar

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan Pembiayaan Syariah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

Pedoman Tata Kelola Perusahaan PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah good corporate governance pertama kali diperkenalkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /POJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN TATA KELOLA DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE)


PEDOMAN UMUM GOOD CORPORATE GOVERNANCE PENDAHULUAN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK PT SURYA CITRA MEDIA Tbk

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

Daftar Isi... i Tentang Panduan Good Corporate Governance... 1 Visi... 3 Misi... 3 Nilai-Nilai Dasar Perseroan... 4 Komitmen Perseroan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN & TATA TERTIB KERJA KOMITE KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT. BPR KANAYA

STIE DEWANTARA GCG Bank

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Good Corporate Governance. Corporate Governance, antara lain oleh Forum for Corporate

Piagam Dewan Komisaris. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

PEDOMAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI INDONESIA

12Pasca. Kewirausahaan, Etika Profesi dan Hukum Bisnis

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. efektivitas pencapaian tujuan perusahaan. Seiring dengan berkembangnya. mendorong kesinambungan dan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB II LANDASAN TEORI. ekstern (modal ekuiti serta pinjaman) untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan mereka,

BAB 4 EVALUASI PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE PT JAPFA COMFEED INDONESIA TBK UNIT TANGERANG

SEttEN IN00NESiA GRO IPIEDOMAN KERJA(CHARTER) KOMITE AUDI丁. PToSEMEN丁 ONASA

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Tentang Panduan Good Corporate Governance.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Tanggung jawab perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham, namun juga kepada Stakeholders

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. BUMN, Surat Keputusan Negara No: Kep. 117/M-MBU/2002 tentang Peraturan Undang-Undang Pelaksanaan GCG bagi Perusahaan BUMN

PEDOMAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) PT JAMKRIDA RIAU

KASUS WASTE MANAGEMENT, INC (WMI)

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN /SEOJK.04/20... TENTANG LAPORAN PENERAPAN TATA KELOLA MANAJER INVESTASI

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

Direksi Perusahaan Efek yang Melakukan Kegiatan Usaha sebagai Penjamin Emisi Efek dan Perantara Pedagang Efek SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak perusahaan-perusahaan baru yang mulai tumbuh

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30/POJK.05/2014 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global sangat mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan di

-2- BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian di Indonesia semakin berkembang dan menjadikan

BAB II LANDASAN TEORI

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

Pedoman Kerja Dewan Komisaris

UNIVERSITAS PASUNDAN FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori keagenan adalah teori yang timbul dari adanya suatu hubungan

ANALISIS PERAN AUDIT INTERNAL SEBAGAI PENUNJANG PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE

GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG) DALAM PERSPEKTIF AGENCY THEORY

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

Pedoman Good Corporate Governance PT Taspen (Persero)

Bab 2 KEBIJAKAN TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK. Strategic Governance Policy. Kebijakan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Review Peneliti Terdahulu NAMA No (Tahun) 1 Oktafia (2017) 2 Faozan (2013) JUDUL BUKU/JURNAL Implementasi Good Corporate Gavernance Pada Pondok Pesantren Sebagai Upaya Peningkatan Daya Saing: Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Al-Fattah kabupaten Sidoarjo. Implementasi Good Corporate Governance dan Dewan Pengawas Syariah di Bank Syariah HASIL Implementasi prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) yang disingkat dengan TARIF yaitu prinsip transparancy, prinsip accountability prinsip responbility, prinsip independency dan prinsip fairness pada pondok pesantren Al- Fattah kabupaten Sidoarjo telah diterapkan dengan cukup baik, hanya prinsip independency yang perlu ditinjau kembali. Untuk itu maka pondok pesantren Al-Fattah diharapkan tetap menjalankan implementtasi ini secara berkesinambungan, serta melakukan perbaikan terhadap penerapan prinsip independency sehingga pesantren lebih berdaya saing dimasa kini maupun dimasa yang akan datang. Implementasi GCG di bank syariah berlandaskan lima prinsip, yaitu transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran. Dalam rangka menerapkan kelima prinsip tersebut, bank syariah harus memenuhi prinsip syariah. Karenanya, peran DPS dalam implementasi GCG menjadi sangat penting yaitu meng-awasi dan memastikan bahwa suatu bank syariah dalam operasionalnya telah sesuai dengan prinsip syariah. Peran DPS dalam implementasi prinsip-prinsip GCG di bank syariah adalah 1) memberikan pengarahan, pemikiran, saran dan nasehat kepada direksi bank syariah mengenai hal- 6

7 3 Arifin (2014) "Pertanggungjawaban Keuangan Pondok Pesantren: Studi Pada Yayasan Nazhatut Thullab " di Sampang Madura. hal yang berkaitan dengan aspek syariah, 2) mencermati, memeriksa, mengkaji dan menilai implementasi fatwa DSN pada operasional bank syariah, 3) melaksanakan tugas pengawasan baik secara aktif maupun secara pasif atas implementasi fatwa DSN pada operasional bank syariah, 4) yaitu melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bank syariah melalui media-media yang sudah berjalan di masyarakat, seperti khutbah, majelis ta lim, pengajian-pengajian. Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu dengan menganalisis laporan keuangan pondok pesantren yang dijadikan media akuntansi sebagai pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pondok pesantren Nazhatut Thullab di Prajjan Camplong Sampang Madura pada periode 2012, sehingga dapat disimpulkan bahwa media akuntansi yang dihasilkan pondok pesantren Nazhatut Thullab yang digunakan dalam pertanggungjawaban terhadap pengelolaan keuangan pondok pesantren adalah laporan keuangan yang hanya berupa pengeluaran kas dan penerimaan kas. Pondok pesantren Nazhatut Thullab belum menyajikan laporan keuangan berdasarkan PSAK Nomor 45 tentang entitas nirlaba. Dalam menyusun laporan keuangan, yayasan hanya menyajikan laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas, dimana pencatatan tersebut tidak sesuai dengan pos-pos pengklasi-fikasian yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku disebabkan karena yayasan tidak mengenal standar akuntansi yang digunakan

8 4 Fauzan (2014) Pengaruh Good Governance Terhadap Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Malang. sebagai pedoman pelaporan keuangan bagi entitas nirlaba. Menurut penulis tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh good corporate governance terhadap pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS), maka peneliti melakukan aktivitas penelitian dengan informan yang terkait dalam rangka mencari jawaban atas permasalahan yang dihadapi. Secara umum hasil penelitian menunjukkan bahwa good corporate governance berpengaruh secara signifikan ter-hadap pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS). Terdapat hubungan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dimana Good Governance merupakan sebuah konsep yang diajukan demi meningkatkan kinerja pegawai dan menjamin akuntabilitas, transparansi, dan responsibilitas pegawai terhadap stakeholder. Dalam penelitian ini hal yang diangkat terkait dengan implementasi good corporate governance, untuk itu perlu dipahami juga mengenai good corporate governance (GCG) tersebut. Menurut (Faozan, 2013), Good Cortporate Governance merupakan suatu mekanisme suatu entitas atau lembaga dalam melakukan tata kelola terhadap sumber daya yang dimiliki lembaga tersebut secara efektif dan efisien, dengan mengacu kepada prinsip-prinsip, yaitu keterbukaan, akuntabilitas, yang dapat dipertanggungjawabkan, independen serta keadilan, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Dalam GCG ini ada mekanisme yang perlu diperhatikan dan dijalankan, yaitu mekanisme

9 internal dan mekanisme eksternal. Mekanisme internal dilaksanakan dalam upaya terlaksananya kesesuaian jalannya lembaga dengan prinsip-prinsip GCG, sedangkan mekanisme eksternal bertindak dalam menjaga keharmonisan interaksi antara lembaga dengan pihak eksternal. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah lokasi yang digunkan dan cara penerapannya. Jika dipenelitian sebelumnya terdapat bentuk penilaian prinsip-prinsip good corporate governance yang dilakukan dengan menggunakan scoring untuk memberikan bobot didalam prinsip-prinsipnya. Namum dipenelitian ini lebih berfokus pada penerapan prinsip-prinsip yang dijalankan oleh Pondok Pesantren Tebuireng dengan menggunakan 3 prinsip: Akuntabilitas, transparansi, dan responsibilitas secara detail dan meluas. 2.2 Tinjauan Pustaka 2.2.1 Pengertian Good Corporate Governance Good Corporate Governance didefinisikan sebagai system pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang sahamdalam jangka panjang. Bank dunia Word Bank mendefinisikan good corporate governance sebagai kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan untuk berfungsi

10 secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, penerapan praktik Good Corporate Governance diperjelas dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M- MBU/2002 pasal 1 mengenai praktik Good Corporate Governance. Pengertian Good Corporate Governance berdasarkan keputusan ini adalah Suatu proses dan struktur yan digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan-kepentingan stakeholders lainnya berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilainilai etika. 2.2.2 Prinsip-prinsip Good Governance Menciptakan praktik Corporate Governance yang baik diperlukan adanya lima prinsip dasar yaitu akuntabilitas (accountability), transparansi (transparancy), tanggung jawab (responsibility), keadilan (fairness), Independensi (Independensi). Dengan transparansi maka perusahaan akan menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada seluruh stakeholders. Akuntabilitas mencerminkan aplikasi sistem internal check dan balance yang mencakup praktik-praktik audit yang sehat.

11 (Endahwati 2014) menerangkan bahwa akuntabilitas merupakan suatu cara pertanggungjawaban manajemen atau penerima amanah kepada pemberi amanah atas pengelolaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya baik secara vertikal maupun secara horizontal. Dalam definisi tradisional, istilah akuntabilitas untuk menjelaskan bahwa organisasi atau perusahaan sudah memenuhi misi yang mereka emban. Menurut Mardiasmo (2009) akuntabilitas dipahami sebagai kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Akuntabilitas juga tersirat dalam Al-Qur an surat. Al Baqarah ayat 282 yang mewajibkan bahwa setiap aktivitas transaksi harus dicatat: Hai orangorang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Selain itu dijelaskan juga didalam QS. Al Muddatsir ayat 38 yang artinya: Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang

12 dilakukannya. Pencatatan transaksi ini akan memberikan informasi dan akuntabilitas (kekuatan untuk dipertanggungjawabkan) terhadap kondisi riil yang ada kepada publik sebagai obyek, pihak yang juga punya hak untuk mempertanyakannya. Transparansi dapat diartikan sebagai suatu situasi dimana masyarakat dapat mengetahui dengan jelas semua kebijaksanaan dan tindakan yang diambil oleh pemerintah dalam menjalankan fungsinya beserta sumber daya yang digunakan. Sedangkan akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Transparansi pengelolaan pendidikan menurut PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan merupakan prinsip yang dilakukan dengan memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaanya, serta hasil-hasil yang dicapai. Bentuk transparasi (Nandiarossa, 2013) yaitu: 1. Penyediaan informasi yang jelas tentang prosedur, biaya, dan tanggung jawab.

13 2. Kemudahan akses informasi. 3. Menyusun suatu mekanisme pengaduan. 4. Meningkatkan arus informasi. Responsibilitas atau prinsip tanggung jawab kepada stakeholders atau lingkungannya yang mencakup hal-hal terkait dengan pemenuhan kewajiban sosial perusahaan sebagai bagian dari masyarakat, antara lain pengembangan masyarakat lingkungan (community development). Indenpendsi, dalam prinsip ini perusahaan harus di kelola dengan secara indenpenden. Prinsip ini di bentuk agar dalam masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Menurut Dahlan (2003) terdapat lima prinsip utama yang sering didengungkan guna mencapai Good Corporate Governance yang efektif yaitu: 1) Prinsip Transparansi (Keterbukaan) Transparansi merupakan syarat utama dalam rangka perolehan dan penggunaan informasi yang diperlukan agar bisa dilakukan koordinasi yang efesien. Tranparansi ini berkaitan dengan keterbukaan informasi mengenai kinerja perusahaan secara tepat waktu dan akurat. Transparansi ini ditunjukkan dengan pengungkapan informasi financial dan non financial. 2) Prinsip Akuntabilitas (Pertanggungjawaban) Prinsip ini merupakan kunci untuk memberikan insentif dan disiplin yang memadai bagi manajemen. Prinsip akuntabilitas ini

14 digunakan untuk menciptakan sistem kontrol yang efektif berdasarkan distribusi kekuasaan pemegang saham, direksi, dan komisaris. 3) Prinsip Responsibilitas (Tanggung Jawab) Prinsip ini berbicara mengenai bagaimana perusahaan bertanggung jawab kepada stakeholders atau lingkungannya. 4) Prinsip Independensi (Kemandirian) Independensi (Kemandirian), yaitu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manajemen yang tidak sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat 5) Prinsip Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan) Fairness (Kewajaran), yaitu keadaan dimana perusahaan senantiasa memperhatiakn kepentingan pemegang sahamdan pemangku kepentungan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. 2.2.3 Penerapan Good Corporate Governance 1. Penerapan Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance Menurut Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) terdapat pedoman umum Good Corporate Governance yaitu:

15 1) Prinsip Akuntabilitas (Accountability) Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. Pedoman pokok pelaksanaan berisikan tentang: a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan. b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua karyawan mempunyai kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan perannya dalam pelaksanaan GCG. c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan perusahaan. d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and punishment system). e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada

16 etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati. 2) Prinsip Transparansi (Transparancy) Obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan, tetapi hal ini juga penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya. Pedoman pokok pelaksanaan berisikan tentang : a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh anggota direksi dan anggota dewan komisaris beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan

17 pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan perundangundangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan. 3) Prinsip Responsibilitas (Responsibility) Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai Good Corporate. Pedoman pokok pelaksanaan berisikan tentang : a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundangundangan, anggaran dasar dan peraturan perusahaan (bylaws). b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

18 4) Prinsip Independensi (Independency) Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Pedoman pokok pelaksanaan berisikan tentang : a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif. b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang efektif. 5) Prinsip Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness) Ketika melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Pedoman pokok pelaksanaan berisikan tentang : a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan perusahaan serta membuka akses

19 terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing. b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada perusahaan. c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, gender, dan kondisi fisik. 2.2.4 Pengertian Yayasan Menurut Arifin (2014) Pondok Pesantren adalah sebuah lembaga sosial keagamaan yang biasanya berbentuk yayasan. Yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, karena belum terdapat peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang yayasan, dimana yayasan di Indonesia pada saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan dapat berfungsi sesuai dengan maksud dan tujuannya berdasrkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat, maka pemerintah mengeluarkan suatu regulasi tentang yayasan. Menurut Nainggolan (2005) berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman pra sejarah kemerdekaan. Karena itu, tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat di

20 suatu daerah. Yayasan secara mudah dikatakan sebagai suatu lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba semata (nirlaba). Sesuai pengertian diatas yayasan merupakan salah satu bentuk organisasi nirlaba sebab bergerak pada bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan dan tidak memiliki motif untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Ketika itu tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat di suatu daerah. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam menyebarkan agama islam di pulau jawa, demikian juga pada zaman penjajahan belanda. Hampir semua peperangan melawan kolonial belanda. 2.2.5 Peraturan Undang- Undang Tentang Yayasan Tujuan dari dibentuknya (dibuatnya) Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 2008 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Tentang Yayasan adalah untuk menginformasikan tata cara pendirian Yayasan yang berkaitan dengan pelaksanaan tentang Yayasan yang telah diatur dalam UU No.16 Tahun 2001 dan UU No.28 Tahun 2004 dimaksudkan agar yayasan yang berdiri di Indonesia memiliki acuan yang jelas tentang cara pelaksanaan yang mengatur yayasan tersebut, baik mengatur tentang organ keanggotaannya atau pengurus, tata cara pendiriannya, serta anggaran dasarnya. Pasal 1 ayat (1) menyebutkan tentang pengertian yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukan untuk mencapai tujuan tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang

21 tidak mempunyai anggota, dan organ kepengurusan yayasan. Dalam pasal (2) diatur sebagai berikut, yayasan mempunyai organ yang terdiri atas Pembina, pengurus, dan pengawas. Yayasan dapat melakukan kegiatan usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan tujuannya dengan cara mendirikan badan usaha dan atau ikut serta dalam suatu badan usaha, dimana yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usahanya kepada Pembina, pengurus, dan pengawas. Selain itu, Peraturan Pemerintah dibuat dengan tujuan agar masyarakat khususnya pengguna yang ingin mendirikan Yayasan atau berkaitan dengan Yayasan dapat lebih mudah memahami pelaksanaan Undang- Undang mengenai Yayasan. Dalam Undang-Undang No. 16 tahun 2001 juga mengatur tentang kekayaan yang dimiliki yayasan yaitu pada pasal 26 ayat (1) tentang kekayaan yayasan berasal dari sejumlah kekayaan yang dipisahkan dalam bentuk uang atau barang, selain itu dalam ayat (2) kekayaan yayasan dapat diperoleh dari: a) Sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat. b) Waqaf. c) Hibah. d) Hibah wasiat. e) Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengenai kekayaan yang bersal dari wakaf, maka berlaku ketentuan hukum perwakafan, dimana kekayaan tersebut diatas dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan, namun dalam hal-hal tertentu negara dapat memberikan bantuan kepada yayasan, dimana ketentuan mengenai

22 syarat dan tata cara pemberian bantuan negara sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 15 UU No. 16 tahun 2001, yayasan tidak boleh memakai nama yang: 1) Telah dipakai secara sah oleh yayasan lain. 2) Bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan. Nama yayasan harus didahului dengan kata yayasan, dan dalam hal kekayaan yayasan yang berasal dari wakaf, kata wakaf dapat ditambahkan setelah yayasan. Yayasan diwajibkan juga membuat laporan tahunan, sebagaimana diatur dalam pasal 48 ayat (1), yaitu pengurus wajib membuat dan menyimpan catatan atau tulisan yang berisi keterangan mengenai hak dan kewajiban serta hal lain yang berkaitan dengan kegiatan usaha yayasan, selain kewajiban sebaimana dimaksud dalam ayat (1) pengurus wajib membuat dan menyimpan dokumen keuangan yayasan berupa bukti pembukuan dan data pendukung administrati keuangan. Pasal 49 ayat (1) juga mengatur tentang jangka waktu paling lambat penyusunan laporan tahunan yayasan yaitu lima bulan terhitung sejak tanggal tahun buku yayasan ditutup, dimana laporan tahunan secara tertulis yang memuat sekurang-kurangnya: 1) Laporan keadaan dan kegiatan yayasan selama tahun buku yang lalu serta hasil yang telah dicapai. 2) Laporan keuangan yang terdiri atas laporan posisi keuangan pada akhir periode, laporan akktivitas, laporan arus kas, dan catatan laporan keuangan, dalam hal yayasan mengadakan transaksi dengan pihak lain yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yayasan, transaksi tersebut wajib dicantumkan dalam laporan tahunan.

23 Pendirian yayasan di Indonesia selama ini dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, dimana yayasan di Indonesia pada saat ini telah berkembang pesat dengan berbagai kegiatan, maksud, dan tujuan, maka untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum agar yayasan berfungsi sesuai dengan maksud tujuannya berdasarkan prinsip keterbukaan dan akuntabilitas kepada masyarakat. Untuk menghindari penyimpangan maksud dan tujuan pendirian yayasan terus menerus dan untuk terciptanya tertib administrasi, maka pemerintah mengeluarkan suatu regulasi tentang yayasan yaitu memberlakukan Undang-Undang No. 16 tahun 2001 tentang yayasan. Namun undang-undang tersebut dalam penerapannya banyak menimbulkan penafsiran yang berbeda, maka pemerintah mengubah beberapa pasal dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 yang mulai berlaku pada tanggal 6 oktober 2005. Dengan ditetapkan undang-undang tersebut, maka semua yayasan harus mematuhi segala ketentuan-ketentuan di dalam undang-undang tentang yayasan. Pada Peraturan Pemerintah (PP) No.63 Tahun 2008 dijelaskan bahwa setiap Yayasan yang didirikan harus mempunyai nama diri serta didaftarkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) RI. Kemudian pada pasal 2 ayat (2) diinformasikan bahwa nama Yayasan yang telah didaftar dalam Daftar Yayasan tidak boleh dipakai Yayasan lain. Kata Yayasan dicantumkan di depan nama Yayasan yang bersangkutan yang telah diakui sebagai badan hukum.

24 Nama Yayasan yang diberikan tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Contoh nama Yayasan yang tidak diperbolehkan, seperti Yayasan Togel dan Yayasan Pekerja Seks Komersial (PP No.63 Tahun 2008, 2008). 2.2.6 Standar Akuntansi Keuangan Menurut Fauzan (2014) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 merupakan standar khusus untuk organisasi nirlaba. Karakteristik organisasi nirlaba sangat berbeda dengan organisasi bisnis yang berorientasi untuk memperoleh laba. Perbedaan terletak pada cara organisasi memperoleh sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasionalnya. Organisasi memperoleh sumber daya dari sumbangan para anggota dan penyumbang lain yang tidak mengharapkan imbalan apapun dari organisasi yang bersangkutan. Menurut Arifin (2014) Standar akuntansi keuangan merupakan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar akuntansi keuangan memuat konsep standar dan metode yang dinyatakan sebagai pedoman umum dalam praktik akuntansi perusahaan dalam lingkungan tertentu. Standar ini dapat diterapkan sepanjang masih relevan dengan keadaan perusahaan yang bersangkutan. Akuntansi Keuangan di Indonesia disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan yaitu Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Indonesia juga telah memiliki Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang merupakan konsep yang

25 mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Jika terdapat pertentangan antara kerangka dasar dan Standar Akuntansi Keuangan maka ketentuan Standar Akuntansi Keuangan yang harus diunggulkan relatif. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan kajian pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Pikir Akuntabilitas Transparansi Penerapan Good Governance di Pondok Pesantren Responsibilitas