ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

dokumen-dokumen yang mirip
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. untuk tanaman pangan salah satunya yaitu ubi kayu (Manihot utilissima). Ubi

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

Pada umumnya sebagai sumber pangan karbohidrat, pakan ternak dan bahan baku industri olahan pangan. Ke depan peranannya semakin penting dan strategis

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Teknologi Produksi Ubi Jalar

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

VI RISIKO PRODUKSI SAYURAN ORGANIK

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sejak tahun Sentra produksi ubi jalar adalah Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah,

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN JARAK TANAM TERHADAP HASIL TANAMAN KACANG PANJANG ( VIGNA SINENSIS ) OLEH NINDA AYU RACHMAWATI

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II. KERANGKA TEORITIS

V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

ANALISIS USAHATANI PEPAYA DI KABUPATEN MUARO JAMBI. Refa ul Khairiyakh. Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

MEKANISME PENYALURAN BENIH PADI BERSUBSIDI DI KABUPATEN PURBALINGGA ABSTRAK

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya pemahaman dari masyarakat dalam pengolahan lahan merupakan

SKRIPSI OLEH : WHENDRO ASES SIAHAAN SEP / AGRIBISNIS

PENDAPATAN PETANI TEMBAKAU ANTARA PENGGUNA AIR BOR DENGAN PENGGUNA AIR TADAH HUJAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

Medan, November 2010 Ketua peneliti, Luthfi Aziz Mahmud Siregar, SP, MSc, PhD

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

METODE PENELITIAN. deskriptif analisis, pelaksanaan penelitian ini menggunakan studi komparatif,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

LAMPIRAN. Lampiran 1. Layout Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 1 Mahasiswa 2 Pembimbing Utama 3 Pembimbing Pendamping

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN USAHATANI TANAMAN TOMAT TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

Tahun Bawang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran umum budidaya Talas Kimpul yang dilakukan oleh petani di Nagari Durian Gadang serta berapa besar pendapatan yang dipeoleh oleh petani tersebut. Penelitian dilakukan bulan September- November 2017 di Kecamatan Akabiluru yang dipilih secara sengaja. Penelitian dilakukan secara sensus dengan mengambil semua petani yang melakukan usahatani talas di Durian Gadang pada satu tahun terakhir dalam arti kata adalah petani yang sudah pernah melakukan panen terhadap usahatani talasnya yaitu 13 orang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Secara umum teknik budidaya talas yang dilakukan petani di Durian Gadang sama dengan teknik budidaya talas pada umumnya. Hanya saja pengalaman petani talas di Nagari Durian Gadang yang masih baru menyebabkan usahatani yang mereka lakukan masih sangat konvensional, hal ini dapat dilihat dari kesadaran dan pengetahuan petani yang masih kurang tentang pentingnya pemupukan pada tanaman talas. Luas lahan rata-rata yang dimiliki petani sebesar 0.11 Ha petani akan mengeluarkan biaya rata-rata-rata sebesar Rp835.750, produksi rata-rata 1.159 kg, penerimaan rata-rata Rp2.892.125 dan pendapatan Rp2.056.375 Kata Kunci: pendapatan, usahatani, Talas PENDAHULUAN Subsektor tanaman pangan adalah salah satu sub sector pertanian yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk. Karena itu masalah penyediaan pangan menjadi perhatian pemerintah dan memiliki peranan penting untuk dikembangkan. Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan dan penyediaan pangan dapat dilakukan dengan peningkatan budidaya dan pemanfaatan hasil pertanian seperti ubi-ubian. Indonesia memiliki beberapa jenis ubi-ubian yang banyak dibudidayakan diantaranya adalah talas. Talas merupakan tanaman pangan sumber karbohidrat yang prospektif untuk dikembangkan dalam usaha komersial. Selain telah lama dikenal dan ditanam masyarakat Indonesia, tanaman talas juga memiliki peran penting dalam meningkatkan ketahanan dan kedaulatan pangan, penganekaragaman (diversifikasi) konsumsi pangan lokal, subtitusi tepung gandum atau terigu, pengembangan agroindustri pangan, peningkatan pendapatan petani dan kecukupan gizi masyarakat serta sebagai komoditas strategis pemasok devisa negara melalui ekspor (Rukmana dan Herdi. 2015). Tanaman talas memiliki beberapa genus diantaranya adalah Genus Xanthosoma. Dari genus ini tanaman talas dikenal dengan Talas Kimpul yang terdiri dari Kimpul Hitam dan Kimpul Hijau, Talas Banten. Talas Kimpul digunakan sebagai bahan makanan dengan cara direbus atau digoreng. (Rukmana dan Herdi, 2015), Jenis talas yang dikembangkan oleh petani di Kecamatan Akabiluru khususnya Nagari Durian Gadang adalah Talas Kimpul Hijau yang mereka kenal dengan sebutan Talas Gunung. 1

Petani mengaku memilih membudidayakan Talas jenis Kimpul Hijau karena didaerah tersebut selama ini memang talas tersebut yang berkembang sehingga petani mudah untuk mendapatkan bibitnya. Pada awalnya di Nagari Durian Gadang tanaman talas masih tumbuh secara liar dan hanya digunakan sebagai pakan ternak, daunnya digunakan untuk pakan ikan dan umbinya untuk pakan itik atau ayam. Menurut Husnarti (2017) adanya industry kerupuk Talas yang terus berkembang akan membutuhkan pasokan Talas sebagai bahan baku yang akan terus meningkat. Hal ini menyebabkan dua tahun terakhir para petani mulai melirik dan berminat untuk membudidayakan tanaman talas walaupun belum semaksimal petani melakukan budidaya ubi kayu. Petani biasanya melakukan budidaya talas dengan sistem tumpang sari dengan tanaman perkebunan seperti durian atau kakao. Selain itu alasan petani menanam talas adalah karena lahan mereka tidak bisa ditanami ubi kayu karena ubi kayu yang ditanam dilahan tersebut diserang penyakit busuk umbi atau penyakit lainnya. Keputusan petani untuk memanfaatkan lahan yang ada tentunya akan memberikan pendapatan tambahan bagi petani. Walaupun petani belum berpengalaman terhadap budidaya Talas seperti halnya petani berpengalaman terhadap tanaman pangan lainnya seperti ubi kayu, jagung dan padi. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul analisis Usahatani Talas Kimpul di Nagari Durian Gadang Kecamatan Akabiluru Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran budidaya Talas Kimpul yang dilakukan petani dan berapa pendapatan yang diterima petani dalam usahatani Talas Kimpul di Kecamatan Akabiluru. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani talas khususnya Talas Kimpul sebagai masukan dalam melakukan usahatani talas dan sebagai acuan bagi pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam mengambil kebijakan. METODOLOGI PEMELITIAN Penelitian dilakukan di Nagari Durian Gadang pada bulan September November 2017, yang dipilih dengan sengaja (purposive sampling) karena petani Nagari Durian Gadang sudah mulai membudidayakan Talas Kimpul. Metode yang digunakan alam penelitian ini adalah metode sensus, dimana semua populasi digunakan sebagai sampel. Petani yang dijadikan sampel adalah petani yang melakukan usahatani Talas Kimpul secara intensif dalam satu tahun terakhir dengan arti kata petani tersebut sudah pernah melakukan pemanenan terhadap usahatani talasnya. Di Nagari Durian Gadang petani yang melakukan usahatani Talas Kimpul dalam satu tahun terakhir terdapat 13 orang petani. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan responden, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur, jurnal-jurnal serta instansi yang terkait dengan penelitian ini. Untuk mengetahui gambaran umum budidaya Talas Kimpul diuraikan secara desriptif dan untuk analisis pendapatan model analisis yang digunakan adalah : π = TR TC (Soekartawi,2006). 2

Keterangan : π = Pendapatan (Rp) TR = Total revenue/penerimaan total (Rp) TC = Total cost/biaya total (Rp) Dimana : TR = P.Q P = Harga Umbi Talas (Rp) Q = Jumlah Produksi umbi Talas HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Budidaya Talas Kimpul Talas merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan umbi-umbian, cara petani dalam menggunakan faktor-faktor produksi dan teknologi budidaya Talas akan menentukan kualitas dan kuantitas umbi talas yang dihasilkan. Pengalaman petani di Nagari Durian Gadang terhadap budidaya tanaman talas masih terhitung baru yaitu sekitar 2 tahun. Sehingga informasi tentang teknik budidaya tanaman talas mereka peroleh dari petani lainnya. Menurut Rukmana dan Herdi (2015) produktivitas, produksi dan kualitas hasil talas sangat ditentukan oleh penerapan teknologi budidaya yang tepat dan benar. Komponen inti teknologi budidaya tanaman talas secara intensif meliputi penyiapan bibit, penyiapan lahan, penananaman, pemeliharaan tanaman hingga panen. Berdasarkan hasil penelitian teknologi budidaya talas yang dilakukan petani adalah sebagai berikut: 1. Pembibitan Menurut Rukmana dan Herdi (2015), tanaman talas umumnya diperbanyak secara vegetative dengan bibit tunas, umbi utuh, umbi anakan dan anakan. Umbi anakan yang telah terpisah dari inuk tidak langsung ditanam dilapangan, tetapi disemai dulu di persemaian. Pemindahan bibit dari persemaian pada umumnya dilakukan setelah bibit talas berdaun 2-3 lembar.berdasarkan hasil penelitian, dalam pembudidayaan talas yang dilakukan oleh petani di Nagari Durian Gadang tidak melakukan tahap persemaian, melainkan petani langsung menanam talas di Lapangan. Bibit Talas yang ditanam adalah bibit talas yang sudah memiliki daun 3-5 lembar daun. 2. Penyiapan Lahan Menurut Rukmana dan Herdi (2015), penyiapan lahan merupakan pembuatan bedengan dan pemakaian mulsa. Petani di Nagari Durian Gadang umumnya melakukam budidaya talas dengan sistem tumpang sari dengan tanaman perkebunan seperti durian dan kakao, sehingga petani tidak melakukan penyiapan lahan seperti pembuatan bedengan dan pemberian mulsa. Dari 13 orang petani ada 3 orang petani (23%) yang menanam talas pada lahan tersendiri. Petani mengaku lahan tersebut ditanami talas karena lahan tersebut tidak cocok lagi ditanami ubi kayu karena terserang penyakit. Namun demikian petani tersebut juga tidak membuat bedengan ataupun menggunakan mulsa dalam budidaya talasnya. 3. Penanaman Penanaman Talas Kimpul dilakukan petani dengan menggali lubang dengan ukuran 40x40x40 cm, dengan jarak tanam 100x100 cm. Menurut petani semakin lebar lubang tanam semakin bagus untuk proses pertumbuhan umbi talas nantinya. Selain itu jarak tanam lebih lebar dibandingkan jarak tanam umumnya karena budidaya talas yang petani usahakan adalah sistem tumpang sari dengan tanaman 3

perkebungan. Oleh sebab itu ukuran lubang dan jarak tanam yang digunakan petani lebih luas dibandingkan yang di rekomendasikan dimana menurut Rukmana dan Herdi (2015) lubang tanam dengan ukuran 30x30x30 cm dan jarak tanam 20x20 cm hingga 100x25 cm. Lubang tanam diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang. Namun tidak semua petani memberi pupuk dasar pada saat penanaman. Dari 13 orang petani yang menanam talas hanya 3 orang petani (23%) yang memberi pupuk dasar pada saat penanaman. 4. Pemeliharaan Menurut Rukmana dan Herdi (2015), bentuk pemeliharaan yang dilakukan dalam budidaya talas adalah pengairan, penyulaman, penyiangan dan pembumbunan, pemupukan pembuangan Tunas, Pemangkasan Daun dan Pengendalian Hama penyakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani, budidaya talas yang mereka lakukan tidak membutuhkan pengairan khusus karena umumnya lahan yang mereka gunakan sudah mengandung kandungan air yang cukup dengan kata lain tidak terlalu basah dan juga tidak terlalu kering. Selain itu petani juga tidak melakukan pengendalian Hama penyakit karena menurut mereka selama mereka melakukan budidaya talas, tanaman mereka tidak diserang hama maupun penyakit. Secara garis besar bentuk pemeliharaan talas yang dilakukan petani di Nagari Durian Gadang adalah sebagai berikut: a. Penyulaman Menurut petani, Talas Kimpul memiliki daya tumbuh yang sangat bagus. Ini dibuktikan selama melakukan budidaya talas petani tidak melakukan penyulaman melebihi 10% dari bibit yang ditanam. b. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan gulma yang berada disekitar tanaman Talas. Penyiangan sekaligus pembumbunan dilakukan petani 2 kali dalam musim tanam, yaitu pada saat talas berumur 4 bulan dan 6 bulan. Menurut petani pembumbunan merupakan hal yang sangat penting dalam budidaya talas. Karena selain untuk pertumbuhan umbi talas pembumbunan juga bertujuan untuk menghindari tumbuhnya tunas atau anakan. Sehingga petani tidak perlu lagi melakukan pemeliharaan talas dalam bentuk pembuangan anakan. Menurut Rukmana dan Herdi (2015), tanaman Talas beranak pinak membentuk tunastunas baru pada umbi induk atau anakan. Makin banyak anakan semakin kecil umbi yang akan dihasilkan. Untuk mendapatkan umbi yang berukuran besar perlu dilakukan pembuangan anakan. c. Pemupukan Kesadaran petani dalam melakukan pemupukan terhadap talas Masih kurang. Ini dapat dilihat tidak semua petani melakukan pemupukan terhadap tanaman talasnya. Pemupukan biasanya dilakukan tiga kali yaitu satu kali merupakan pemupukan dasar pada saat penanaman dan dua kali bersamaan dengan waktu penyiangan dan pembumbunan. Dari 13 orang petani talas 3 orang (23%) sama sekali tidak melakukan pemupukan baik itu pemupukan dasar maupun pemupukan disaat penyiangan. Menurut petani, alasan mereka tidak melakukan pemupukan karena menurut mereka hal selain menghindari biaya menurut mereka tanaman talas tidak membutuhkan pupuk yang penting adalah pembumbunan yang rutin sehingga umbi bisa berkembang dengan baik. Jenis pupuk yang digunakan petani beragam. Pupuk dasar berupa pupuk kandang 4

sedangkan pemupukan disaat penyiangan biasanya menggunakan pupuk kimia seperti Urea, Poska dan SP. d. Pemangkasan daun Petani melakukan pemangkasan daun pada daun yang sudah tua dan menguning. Waktu pemangkasan tidak menentu tergantung kondisi daun. Jika daun talas sudah terlihat tua dan menguning langsung dibuang. Biasanya daun yang dibuang digunakan sebagai pakan ikan. e. Pengendalian hama penyakit Dari hasil penelitian petani talas di Nagari Durian Gadang mengaku tidak melakukan pengendalian hama penyakit. Menurut petani tanaman talas mereka bebas dari penyakit. Sedangkan hama biasanya hanya berupa belalang atau ulat yang masih terkendali sehingga tidak mengganggu produksi talas mereka. 5. Panen Untuk tanaman Talas Kimpul petani melakukan panen diumur tanaman 10 hingga 12 bulan, walaupun menurut Rukmana dan Herdi (2015) Talas Kimpul bisa dipanen pada umur 4-5 bulan. Dibandingkan jenis umbi-umbian lainnya seperti ubi kayu, talas termasuk jenis umbian yang aman terhadap resiko terlambat melakukan panen. Menurut petani jika permintaan talas dari produsen kerupuk masih belum ada panen belum dilakukan. Selain itu daya tahan simpan umbi talas lebih lama dibandingkan ubi kayu. Jika ubi kayu hanya mampu disimpan hingga 4 hari sebaliknya umbi talas mampu disimpan hingga dua bulan. Hal ini menyebabkan posisi tawar petani pada saat menjual umbi talas lebih kuat. Analisis Pendapatan Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, sehingga tinggi rendahnya pendapatan petani akan dipengaruhi oleh harga jual talas, jumlah produksi umbi talas dan biaya yang dikeluarkan petani dalam melakukan usahatani talas. 1. Harga jual talas Harga jual umbi talas di Nagari Durian Gadang lebih stabil yaitu berkisar Rp2500/kg hingga Rp3000/kg. Dibandingkan dengan ubi kayu yang harganya lebih fluktuatif yaitu berkisar Rp1500/kg hingga Rp3200/kg. Beberapa hal yang menyebabkan harga umbi talas lebih stabil adalah; pertama petani talas di Nagari Durian Gadang dan daerah sekitar lebih sedikit dibandingkan petani ubi kayu, petani ubi kayu di Nagari Durian Gadang dan daerah sekitar sangat banyak bahkan harga ubi kayu bisa anjlok mencapai Rp1500/kg disaat pasokan ubi kayu industri kerupuk mulai berdatangan dari luar Nagari Durian Gadang, bahkan tidak hanya dari luar nagari tapi juga dari luar provinsi yaitu seperti dari Provinsi Jambi dan Pekanbaru. Kedua, kebutuhan industry kerupuk terhadap umbi talas masih sebanding atau masih tercukupi oleh produksi umbi talas di Nagari Durian Gadang dan daerah sekitar karena industry kerupuk talas di Nagari Durian Gadang dan daerah sekitar belum sebesar dan sebanyak industry kerupuk ubi kayu. Harga ubi kayu bisa mencapai Rp3200/kg disaat pasokan ubi kayu baik dari dalam Nagari Durian Gadang maupun dari luar daerah mulai berkurang sehingga kebutuhan pengolah kerupuk ubi kayu tidak terpenuhi. 2. Produksi talas Salah satu faktor yang menentukan besarnya produksi produk pertanian adalah luas lahan. luas lahan yang dijadikan untuk usaha tani talas di Nagari Durian Gadang 5

masih kecil yaitu dengan rata-rata 0,11 Ha. Walaupun tanpa pemupukan yang maksimal produksi talas di Nagari Durian Gadang yang dipanen pada umur 10-12 bulan bisa mencapai rata-rata 1.159 kg/0,11ha atau 10.536,36Kg/Ha. Menurut Rukmana dan Herdi (2015), produksi umbi talas bervariasi tergantung jenis dan umur panennya. Biasanya semakin lama umur panen maka semakin meningkat produksi. Talas Kimpul yang dipanen saat umur 4-5 bulan dapat menghasilkan 4-5 ton/ha umbi basah. Jika dibandingkan dengan jenis talas lain, produksi Talas Kimpul di Nagari Durian Gadang tidaklah mengecewakan. Menurut Laosa, Arnilawati dkk (2016) produksi Talas Jepang di Desa Tinangkung Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan rata-rata adalah 4.370 kg umbi basah/0,43 Ha atau 10.162,79 Kg Umbi Basah/Ha. Hal ini dapat dilihat bahwa produksi Talas Kimpul di Nagari Durian Gadang dengan Produksi Talas Jepang di Desa Tinangkung tidak jauh berbeda. 3. Biaya dalam Usahatani Talas Jenis biaya yang dikeluarkan petani talas di Nagari Durian Gadang dalam usahatani adalah biaya tenaga kerja, biaya pupuk. Biaya tenaga kerja dikeluarkan untuk jenis penanaman, penyiangan dan panen. Dimana biaya upah tenaga kerja per hari kerja adalah sebesar Rp70.000. dari 13 orang petani hanya 1 orang petani yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga, sedangkan petani yang lain memanfaatkan tenaga kerja dalam keluarga, namun demikian dalam analisis usahatani ini tetap diperhitungkan. Biaya pupuk yang dikeluarkan adalah pupuk kandang dengan biaya Rp9000 per karung. Pupuk kimia berupa Urea, Poska dan SP dengan harga rata-rata Rp3000/kg. Rata-rata petani mengeluarkan biaya pupuk dan tenaga kerja sebesar Rp835.750/0,11Ha. Pendatapan rata-rata petani dalam usahatani talas di Nagari Durian Gadang dapat digambarkan pada tabel berikut: Tabel 1. Analisis usahatani talas di Nagari Durian Gadang: Luas Lahan Biaya Rata-rata Produksi Penerimaan Pendapatan rata-rata (Rp) Rata-Rata rata-rata Rata-rata (Ha) (Kg) (Rp) (Kg) 0.11 835.750 1.159 2.892.125 2.056.375 Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa dengan luas lahan rata-rata yang dimiliki petani sebesar 0.11 Ha petani akan mengeluarkan biaya rata-rata-rata sebesar Rp835.750, produksi rata-rata 1.159 kg, penerimaan rata-rata Rp2.892.125 dan pendapatan Rp2.056.375. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Secara umum teknik budidaya talas yang dilakukan petani di Durian Gadang sama dengan teknik budidaya talas pada umumnya. Hanya saja pengalaman petani talas di Nagari Durian Gadang masih baru menyebabkan usahatani yang mereka lakukan masih sangat konvensional, hal ini dapat dilihat dari kesadaran dan pengetahuan petani yang masih kurang tentang pentingnya pemupukan pada tanaman talas. 6

2. luas lahan rata-rata yang dimiliki petani sebesar 0.11 Ha petani akan mengeluarkan biaya rata-rata-rata sebesar Rp835.750, produksi rata-rata 1.159 kg, penerimaan rata-rata Rp2.892.125 dan pendapatan Rp2.056.375 Saran 1. Diharapkan kepada petani untuk dapat melakukan budidaya talas dengan maksimal salah satunya adalah dengan melakukan pemupukan agar produksi akan meningkat sehingga pendapatan petani juga semakin meningkat. 2. Diharapkan adanya penyuluhan tentang budidaya dan prospek usahatani talas sehingga petani semakin berminat melakukan budidaya talas secara efektif. DAFTAR PUSTAKA Husnarti. 2017. Analisis Pendapatan usaha Kerupuk Talas di Kecamatan Akabiluru. Jurnal Menara Ilmu Vol XI Jilid 1 No 75, April 2017. Laosa, Arnilawati. Dkk. 2016. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Talas Jepang di Desa Tinangkung Kecamatan Tinangkung Selatan Kabupaten Banggai Kepulauan. Jurnal Agroland 23 (3), Desember 2016. Rukmana dan Herdi. 2015. Untung Berlipat Dari Budidaya Talas Tanaman Multi Manfaat. Lily Publisher; Yogyakarta. Soekartawi, 2006. Agribisnis Teori dan Aplikasi. Rajawali press. Jakarta. 7