BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE RGEC PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero), Tbk PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. intermediary) antara pihak yang mempunyai dana (surplus unit) dengan pihak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK BERDASARKAN PENILAIAN FAKTOR RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS, DAN CAPITAL (RGEC) PADA PT.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga intermediasi keuangan yang menjadi pilar

BAB I PENDAHULUAN. adalah dalam hal penentuan harga, baik harga jual maupun harga beli. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan strategis dalam kegiatan perekonomian. Sarana tersebut dimiliki oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan

BAB I Latar Belakang. Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

Nama : Deni Aulia NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Widada, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan (financial intermediary) yaitu menghimpun dana dari

ANALISIS KESEHATAN BANK MANDIRI DAN BANK BCADENGAN METODE RGEC TAHUN Dwi Rahayu Suhendro Anita Wijayanti

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi. Karena perbankan mempunyai fungsi utama sebagai

1. Penilaian tingkat kesehatan bank dilihat dari faktor Risk Profile pada periode 2013 menunjukkan Bank Syariah Mandiri masuk kategori sangat sehat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

Analisis Tingkat Kesehatan Bank BUMN dengan Menggunakan RGEC. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yaitu untuk menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (kreditur) dan

BAB I PENDAHULUAN. faktor RGEC (Risk profile, Good Corporate Governance, Earnigs, Capital).

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat yang hidup di negara negara maju, seperti negara

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BANK PEMERINTAH DAN BANK SWASTA DI INDONESIA BERDASARKAN METODE RGEC PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Perlu diketahui bahwa penilaian tingkat kesehatan bank pada industri

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem perekonomian dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Alfabet, 2006, hlm 2. 1 Zainul Arifin, Dasar Dasar Manajemen Bank Syari ah, Jakarta : 2 Ibid, hlm 3.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan sebagai salah satu lembaga intermediasi memiliki peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam menetapkan strategi dan fokus pengawasan terhadap Bank. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung hingga tahun 2004 yang dicerminkan oleh return on asset (ROA)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bank yang berupa penghimpunan dan penyaluran dana dapat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana

yang mampu mempunyai profitabilitas yang memadai.

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

hidup rakyat (Anshori:2009:226). Mengingat semakin berkembangnya zaman

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup andil dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Menurut. Prasanjaya dan Ramantha (2013) bank memberikan kontribusi besar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Oleh karena itu bank dapat. berupa Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, maupun Badan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

AGUS KURNIAWAN( ) & SUSILOWATI DYAH KUSUMANINGTYAS SE. MM.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dunia terhadap struktur ekonomi dan moneter dalam negeri sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

Maria Sibuea EB11 Pembimbing : Agustin Rusianasari, SE., MM

ANALISIS PERBEDAAN TINGKAT KESEHATAN KESEHATAN BANK UMUM SEBELUM DAN SESUDAH IMPLEMENTASI METODE RGEC DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sejak adanya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan sector keuangan. Banyak sekali lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. berperan dalam berbagai aktivitas jasa keuangan yang dilaksanakan oleh lembaga

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA, Tbk. DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan akan ketersediaan pendanaan atau biaya. Sektor perbankan memiliki

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

AKUNTABEL 15 (1),

BAB I PENDAHULUAN. CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah Rasio yang memperlihatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. periode tertentu. Namun bila hanya melihat laporan keuangan, belum bisa

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. terbukti dengan banyaknya pendirian bank-bank. Baik itu bank milik pemerintah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Kinerja (LDR) Bank Umum Tahun

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK (PENDEKATAN RGEC) PADA BANK RAKYAT INDONESIA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE RGEC PADA BANK UMUM BUMN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

BAB III METODOLOGI. Langkah awal yang dilakukan dalam memulai penelitian ini adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. bank itu sendiri berasal dari kata banque dalam bahasa prancis dan banco dalam

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan di ukur dan ditentukan oleh uang sehingga eksistensi dunia

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan seperti perbankan telah menjadi ujung tombak perekonomian suatu negara termasuk Indonesia karena mempunyai peran yang sangat penting yaitu sebagai lemabaga intermediasi. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Sebagai suatu lembaga keuangan, bank mempunyai kegiatan baik funding maupun financing atau menghimpun dan menyalurkan dana. Jadi sebagai lembaga intermediasi bank berperan menjadi perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) dan pihak yang kekurangan dana (defisit spending unit). Perkembangan jumlah perbankan di Indonesia dari tahun 2012 hingga 2016 mengalami penurunan. Meskipun secara keseluruhan jumlah perbankan pada periode tersebut menurun, namun jumlah perbankan syariah justru mengalami peningkatan, dari 11 bank di tahun 2012 menjadi 13 bank di tahun 2016. Sedangkan bank konvensional justru mengalami penurunan jumlah, yang semula di tahun 2012 terdapat 120 bank menjadi 103 bank di tahun 2016. Hal ini dikarenakan adanya sejumlah bank yang tidak mampu lagi beroperasi sehingga memutuskan untuk gulung tikar atau merger dengan bank lain. Namun, 1

2 perkembangan jumlah kantor baik bank konvensional maupun bank syariah keduanya mengalami peningkatan dan penurunan di tiap tahunnya seperti yang terlihat pada Tabel 1.1. di bawah ini. Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Bank di Indonesia Tahun 2012-2016 Jenis 2012 2013 2014 2015 2016 Jumlah Bank Jumlah Bank Jumlah Bank Jumlah Bank Jumlah Bank / Jumlah / Jumlah / Jumlah / Jumlah / Jumlah Kantor Kantor Kantor Kantor Kantor konvensional 120 / 16.625 120 / 18.558 107 / 30.586 106 / 30.984 103 / 30.874 Syariah 11 / 1.734 11 / 1.942 12 / 2.151 12 / 1.979 13 / 1.856 Total 131 / 18.359 131 / 20.500 119 / 32.737 118 / 32.963 116 / 32.730 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah 2012-2016 Dengan semakin kompleksnya perkembangan di dunia perbankan yang terlihat dari perkembangan jumlah bank dan berbagai macam jenis produk yang ditawarkan dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif, keadaan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia perbankan. Hal yang paling mencolok adalah adanya dua sistem pengembalian uang nasabah, yaitu dengan sistem bunga dan sistem bagi hasil yang keduanya berasal dari dua jenis bank yang berbeda. bank konvensional memberlakukan sistem bunga sedangkan bank syariah menggunakan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank konvensional. Secara umum efektivitas fungsi intermediasi perbankan syariah tetap terjaga seiring pertumbuhan dana yang dihimpun maupun pembiayaan yang

3 relatif tinggi dibandingkan perbankan nasional, serta penyediaan akses jaringan yang meningkat dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas. Sedangkan bagi perbankan konvensional, adanya selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan merupakan sumber keuntungan terbesar, sehingga pendapatan tersebut dapat mempengaruhi kinerja keuangan perbankan konvensional. Hal inilah yang menjadi perbedaan pokok antara perbankan syari ah dengan perbankan konvensional dalam meningkatkan kinerja keuangannya. Baik bank konvensional maupun bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung pada kepercayaan dari nasabahnya. Mengingat bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran, kepercayaan masyarakat kepada bank merupakan unsur pokok terhadap eksistensi suatu bank. Maka kesehatan bank merupakan tolak ukur bagi manajemen untuk menilai apakah pengelolaan bank dilakukan sejalan dengan azas-azas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini karena kesehatan bank merupakan cerminan kondisi dan kinerja bank. Selain itu kesehatan bank juga menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola dan masyarakat yang menggunakan jasa bank. Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia dan Peraturan Bank Indonesia telah menetapkan suatu metode yang dapat digunakan sebagai acuan oleh industri perbankan untuk menilai kesehatannya. Pada tahun 2004 Bank Indonesia menetapkan metode CAMELS sebagai metode untuk mengukur

4 kesehatan Bank yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 serta ketentuan pelaksanaannya sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Semua komponen pada CAMELS 2004 lebih mengarah pada ukuran-ukuran kinerja perusahaan secara internal, mulai dari Capital, Asset Quality, Management, Earning Power, dan Liquidity, serta Sensitivity to Market Risk. Namun SE (Surat Edaran) tersebut telah diperbaharui menjadi Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan PBI 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan berdasarkan Risiko (Risk-Based Bank Rating) yang mulai berlaku per Januari 2012. Metode ini selanjutnya dikenal dengan metode RGEC (Risk Profiles, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital) Metode RGEC dinilai lebih komprehensif dalam menilai tingkat kesehatan bank karena dalam pengukurannya metode ini mempertimbangkan aspek Risiko. Selain itu proses penilaian dilakukan secara menyeluruh dan sistematis serta difokuskan pada permasalahan utama Bank. Dengan sistem yang baru ini, diharapkan bank mampu mengidentifikasi masalah sejak dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat serta menerapkan good corporate governance dan manajemen risiko yang lebih baik. Meskipun sudah diberlakukan sistem penilaian kesehatan bank yang baru, namun kinerja bank umum yang terlihat dari beberapa rasio keuangannya sempat mengalami naik turun. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik-grafik di bawah ini.

5 Grafik 1.1. Nilai Return On Asset Ratio (ROA) Bank Konvensional dan Bank Syariah Tahun 2012-2016 (Dalam Persen) 3,5 3 2,5 3,11 3,08 2,85 ROA 2,32 2,23 2 1,5 1 0,5 0 1,94 1,58 0,41 0,49 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014 dan 2016 (Data Diolah Peneliti) Standar nilai ROA yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 1,5%. Berdasarkan grafik di atas selama periode 2012 sampai 2016 nilai ROA di perbankan konvensional selalu di atas perbankan syariah. Namun, baik bank konvensional maupun bank syariah cenderung sama-sama mengalami penurunan ROA, bahkan dari tahun 2013 ke tahun 2014 perbankan syariah mengalami penurunan ROA yang sangat tajam hingga mencapai 74,05% dari 1,58% ke 0,41%. Namun setelah itu ROA diperbankan syariah naik sampai ke tahun 2016. Sedangkan ROA perbankan konvensional terus mengalami penurunan selama periode tersebut dengan persentase penurunan sebesar 28,30% yaitu dari angka 3,11% di tahun 2012 ke angka 2,23 di tahun 2016. 0,63 Bank Konvensional Bank Syariah

6 Grafik 1.2. Nilai Capital Adequecy Ratio (CAR) Bank Konvensional dan Bank Syariah Tahun 2012-2016 (Dalam Persen) 25 20 15 10 17,43 18,13 14,14 14,42 CAR 21,39 19,57 15,74 15,02 22,93 15,95 Bank Konvensional 5 Bank Syariah 0 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber : Statistik Perbankan Indonesia dan Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014 dan 2016 (Data Diolah Peneliti) CAR adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Standar niali CAR yang ditetapkan Bank Indonesia adalah 8 %. Berdasarkan grafik di atas nilai CAR bank konvensional dan bank syariah telah melewati batas minimum yang telah ditetapkan, bahkan untuk bank konvensional nilainya terlalu tinngi. Selama periode pengamatan CAR di perbankan konvensional lebih besar dibandingkan dengan di perbankan syariah. Namun, dikedua jenis perbankan tersebut nilai CAR sama-sama mengalami trend naik hanya di tahun 2014 ke tahun 2015 CAR bank syariah mengalami penurunan. Persentase rata-rata CAR bank konvensional sebesar 19,89% dengan nilai tertinggi 22,93% sedangkan persentase rata-rata nilai CAR bank syariah sebesar 14,98 dengan nilai tertinggi sebesar 15,95%.

7 Kinerja bank dapat diamati dari kemampuannya dalam menghasilkan laba. Kemampuan bank dalam menghasilkan laba atau profitabilitas dapat diukur dengan rasio Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Bank Indonesia lebih mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan ROA sebagai ukuran kinerja keuangan perbankan. ROA digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan juga meningkat. Selain itu ROA juga menjadi rasio populer yang dapat digunakan untuk membandingkan kinerja antar bank dari satu periode ke periode yang lain. Menurut Dendawijaya (2003:121) rasio-rasio yang berpengaruh terhadap ROA adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposite Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Dalam penelitian ini indikator-indikator yang digunakan untuk melihat atau memprediksi ROA adalah sesuai dengan metode RGEC yaitu Risk Profile melalui rasio Non Performing Loan (NPL)/Non Performing Financing (NPF) dan Loan to Deposite Ratio (LDR) / Financing to Deposite Ratio (FDR), Good Corporate Governance dengan Indeks Pengungkapan Corporate Governance, Earning menggunakan rasio Net Interst Margin (NIM) / Net Operating Margin

8 (NOM) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), serta Capital melalui rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini juga didasarkan atas adanya research gap pada penelitianpenelitian terdahulu yang dapat dilihat pada Tabel 1.2. berikut ini: Tabel 1.2. Research Gap Penelitian Terdahulu No. Variabel Peneliti Hasil 1 Pengaruh NPL/NPF Farah Margaretha & Marsheilly terhadap ROA Pingkan Zai (2013) (-) Signifikan Usman Harun (2016) Tidak Signifikan 2 Pengaruh LDR/FDR terhadap ROA 3 Pengaruh GCG terhadap ROA 4 Pengaruh NIM/NOM terhadap ROA 5 Pengaruh BOPO terhadap ROA Hasbi Ash Shidieq & Willy Sri Yuliandari (2015) Muh. Sabir M., Muhammad Ali, & Abd. Hamid Habbe (2012) David Tjondro & R. Wilopo (2011) Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) Hasdillah (2017) Usman Harun (2016) Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) Tan Sau Eng (2013) 6 Pengaruh CAR terhadap ROA Farah Margaretha & Marsheilly Pingkan Zai (2013) Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) Sumber : Berbagai Jurnal (Diolah Peneliti, 2017) (+) Signifikan (-) Signifikan (+) Signifikan Tidak Signifikan (+) Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Tidak Signifikan (+) Signifikan Tidak Signifikan Pada Tabel 1.2. di atas dapat dilihat bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh NPL terhadap ROA yang dilakukan oleh Farah Margaretha & Marsheilly Pingkan Zai (2013) adalah negatif signifikan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Usman Harun (2016) memperoleh hasil tidak signifikan. Pada penelitian Hasbi Ash Shidieq & Willy Sri Yuliandari (2015) mengenai pengaruh LDR terhadap ROA memperoleh hasil positif signifikan, sedangkan hasil yang diperoleh pada penelitian Muh. Sabir M., Muhammad Ali, & Abd.

9 Hamid Habbe (2012) negatif signifikan. David Tjondro & R. Wilopo (2011) pada penelitiannya menghasilkan bahwa GCG berpengaruh positif signifikan terhadap ROA, sedangkan dari penelitian Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) menghasilkan pengaruh GCG terhadap ROA tidak signifikan. Hasdillah (2017) memperoleh hasil positif signifikan pada penelitiannya mengenai pengaruh NIM terhadap ROA sedangkan Usman Harun (2016) memperoleh hasil tidak signifikan. Pengaruh BOPO terhadap ROA yang dilakukan oleh Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) adalah signifikan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Tan Sau Eng (2013) memperoleh hasil tidak signifikan. Farah Margaretha & Marsheilly Pingkan Zai (2013) pada penelitiannya mengenai pengaruh CAR tehadap ROA memperoleh hasil positif signifikan sedangkan Bunga Aprigati Iskandar & Nisful Laila (2016) memperoleh hasil tidak signifikan pada penelitian yang serupa. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penelitian ini mengambil tema Pengaruh Faktor Risk Profiles, Good Corporate Governance, Earning, Capital dan Jenis Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum Studi Kasus pada Bank Konvensional dan Bank Syariah yang Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Periode 2012-2016.

10 1.2. Identifikasi dan Pembatasan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka hasil identifikasi masalah adalah sebagai berikut : 1. Persaingan yang terjadi pada sektor perbankan mendorong bank konvensional maupun bank syariah untuk meningkatkan kinerjanya dari segala aspek. 2. Nilai ROA yang rendah dan terus menurun mengindikasikan ketidakmampuan perbankan dalam menghasilkan keuntungan dari aktiva produktif yang dimiliki karena belum mampu mengoptimalkan aset-aset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. 3. Penetapan nilai CAR yang terlalu tinggi dari batas minimal akan membuat perolehan laba kurang optimal. Karena apabila CAR terlalu tinggi, berarti bank bersikap protektif terhadap penyaluran aktiva beresiko, dimana bank bersikap sangat selektif terhadap pemberian pembiayaan. Akibatnya adalah kurangnya penerimaan laba dari pembiayaan karena banyaknya uang yang mengendap (tidak produktif) sehingga mengindikasikan adanya idle fund yang berarti banyaknya dana menganggur yang tidak dapat dimanfaatkan oleh manajemen bank. 4. Hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh NPL/NPF, LDR/FDR, GCG, NIM/NOM, BOPO serta CAR terhadap ROA yang belum konsisiten.

11 1.2.2. Pembatasan Penelitian Agar pembahasan tidak menyimpang dari yang diharapkan, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Penelitian ini hanya dilakukan pada bank umum konvensional dan bank umum syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama periode 2012-2016. 2. Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan bank dalam penelitian ini yaitu rasio Return On Asset (ROA). 3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi ROA, namun pada penelitian ini hanya dibatasi pada faktor Risk Profile, GCG, Earning, Capital. Diantara delapan faktor Risk Profile, penulis hanya menghitung risiko kredit melalui rasio NPL (Non Performing Loan) untuk bank konvensional / NPF (Non Performing Financing) untuk bank syariah dan risiko likuiditas dengan menghitung LDR (Loan to Deposit Ratio) untuk bank konvensional / FDR (Financing to Deposit Ratio) untuk bank syariah. Hal ini disebabkan pada Risiko diatas, peneliti dapat memperoleh data kuantitatif guna mendukung hasil penelitian ini. Faktor GCG dengan Indeks Pengungkapan Corporate Governance (IPCG) yang dilihat dari laporan tahunan yang dipublikasikan masing-masing Bank. Faktor Earnings digunakan rasio Net Interest Margin (NIM) / Net Operating Margin (NOM) dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) serta untuk faktor capital digunakan rasio CAR (Capital Adequancy Ratio). 4. Variabel jenis bank yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bank umum konvensional dan bank umum syariah.

12 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah terdapat pengaruh NPL/NPF, LDR/FDR, GCG, NIM/NOM, BOPO, CAR dan Jenis Bank secara bersama-sama tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 2. Apakah terdapat pengaruh NPL/NPF tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 3. Apakah terdapat pengaruh LDR/FDR tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 4. Apakah terdapat pengaruh GCG tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 5. Apakah terdapat pengaruh NIM/NOM tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 6. Apakah terdapat pengaruh BOPO tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 7. Apakah terdapat pengaruh CAR tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016? 8. Apakah terdapat perbedaan antara ROA bank umum konvensional dan bank umum syariah periode 2012-2016?

13 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh NPL/NPF, LDR/FDR, GCG, NIM/NOM, BOPO, CAR dan Jenis Bank secara bersama-sama tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 2. Untuk mengetahui pengaruh NPL/NPF, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 3. Untuk mengetahui pengaruh LDR/FDR, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 4. Untuk mengetahui pengaruh GCG, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 5. Untuk mengetahui pengaruh NIM/NOM, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 6. Untuk mengetahui pengaruh BOPO, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 7. Untuk mengetahui pengaruh CAR, tehadap ROA pada bank umum yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode 2012-2016. 8. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara ROA bank umum konvensional dan bank umum syariah periode 2012-2016.

14 1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat memberikan tambahan wawasan ilmiah, pengetahuan serta informasi yang lebih dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni khususnya tentang kinerja keuangan perbankan. 1.5.2. Bagi Akademis Dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sebagai bahan sumbangan pemikiran serta referensi bagi penelitian selanjutnya tentang peran dan fungsi manajemen keuangan, khususnya dalam salah satu fungsi yaitu kinerja keuangan perbankan. 1.5.3. Bagi Perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan terutama dalam rangka memaksimumkan kinerja keuangan perbankan untuk memperoleh laba.