BAB 3 METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

ANALISIS JUMLAH KROMOSOM PADA TRIPLOIDISASI IKAN MAS (Cyprinus carpio Linn) RAS PUNTEN DENGAN LAMA PERENDAMAN KEJUT SUHU PANAS YANG BERBEDA

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

BAB III METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur kerja Kemampuan puasa ikan Tingkat konsumsi oksigen Laju ekskresi amoniak

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

II. METODELOGI 2.1 Waktu dan Tempat 2.2 Alat dan Bahan 2.3 Tahap Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Road-map Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

II. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015 selama 50

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Desember 2012.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan Pada bulan Februari - Maret 2015 di Balai

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODOLOGI. Penelitian dilakukan selama 40 hari dari bulan Februari sampai dengan Maret. Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali pada tanggal 17 Februari 28 Februari 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. faktorial yang terdiri dari dua faktor dengan 4 kali ulangan. Faktor pertama adalah

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan Laboratorium Peternakan Universitas

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAB III METODE PENELITIAN. tepung ikan gabus (Channa striata, BLOCH) pada pakan komersial terhadap

II. BAHAN DAN METODE

II. METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

II. BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini di lakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Aquatik, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

IV METODOLOGI PENELITIAN. Bahan penelitian yang akan digunakan adalah S. platensis, pupuk Azolla pinnata,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

Lampiran 1. Rumus konversi dalam pembuatan media

BAB III METODE PENELITIAN

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-April Penelitian ini

in. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Fisiologi dan Kultur Jaringan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium terpadu Kultur jaringan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian ialah menggunakan pola faktorial 4 x 4 dalam

Transkripsi:

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2017, selama 80 hari, 40 hari proses triploidisasi di ruang karantinainstalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Punten Desa Sidomulyo, Kota Batu dan 40 hari karyotipe di Laboratorium Sentral Ilmu-ilmu Hayati Universitas Brawijaya (LSIH-UB) Malang, Jawa Timur. 3.2 Alat dan Bahan Tabel 1. Alat proses triploidisasi ikan mas (Cyprinus carpio Linn) ras Punten No. Alat Fungsi 1. Spatula Mengambil telur 2. Mangkok persegi panjang Wadah telur 3. Spluit Mengambil sperma 4. Gelas ukur Wadah pengenceran sperma 5. Bulu ayam Pengaduk pencampuran telur dan sperma 6. Saringan Wadah penetasan 7. Aquarium 100 x 50 cm Wadah inkubasi 8. Bak fiber Wadah air untuk fertilisasi 9. Blower Alat penghasil oksigen 10. Heater Penghangat suhu air 11. Aerator set Suplai oksigen 12. Water bath Kejut suhu 13. Refraktometer Pengukur salinitas 14. Hapa/jarring Wadah pematangan gonad indukan 15. Kakaban Tempat telur 16. Handtaly counter Menghitung jumlah telur dan benih 17. Stopwath Pengukur waktu kejut suhu dan fertilisasi 18. Termometer Pengukur suhu air 20

Tabel 2. Bahan yang digunakan pada proses triploidisasi No. Bahan Fungsi 1. Induk jantan 3 ekor Penghasil sperma 2. Induk betina 1 ekor Penghasil telur 3. Sterile water Bahan fertilisasi 4. Sodium chloride Pengencer sperma 5. Telur ayam Mempercepat pematangan gonad 6. Artemia Pakan benih 7. Kuning telur Pakan benih 8. Cacing sutera Pakan benih Tabel 3. Alat untuk menganalisis jumlah kromosom No. Alat Fungsi 1. Timbangan Menimbang bobot ikan sample dan bahan uji 2. Mikroskop binokuler Mengamati jumlah kromosom 3. Hot plate Pemanas suspense sel 4. Kertas tissue Menghilangkan larutan fiksatif pada jaringan dan membersihkan alat uji 5. Gelas obyek Sebagai preparat suspense sel 6. Alat bedah (pinset atau Memotong, menggerakkan dan mengambil gunting bedah) jaringan 7. Pipet tetes Mengambil suspense sel 8. Gelas arloji Wadah pembentukan suspense sel 9. Camera Pengambilan gambar 10. Tabung ependorf Wadah pengawet jaringan 11. Beaker glass Wadah bahan uji 12. Botol bensin Wadah aquades 13. Aluminium foil Membungkus dan menutup alat uji 14. Gelas ukur Mengukur bahan uji 15. Autoclave Sterilisasi suhu tinggi basah 16. Oven Sterilisasi suhu tinggi kering 17. Erlenmeyer Wadah larutan hipotonik dan larutan kolkisin 18. Falcon Wadah larutan larutan carnoy, asam asetat, dan giemsa 19. Jarum syringe Pengganti batu aerator agar aerasi lebih halus 21

Tabel 4. Bahan untuk analisis jumlah kromosom No. Bahan Fungsi 1. Kolkisin Merendam ikan sampel 2. Methanol atau etanol Bahan larutan carnoy sebagai fiksasi jaringan 3. Kalium klorida Bahan larutan hipotonik untuk merendam jaringan 4. Asam asetat glacial Bahan pembentuk suspense sel 5. Giemsa Mewarnai preparat 6. Akuades Membilas preparat 3.3 Rancangan Percobaan Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan 2 perlakuan dan setiap perlakuan masing-masing mempunyai 3 ulangan.dengan demikian penelitian ini terdiri atas 6 satuan percobaan.penempatan wadah-wadah percobaan dilakukan secara acak menggunakan table ulang acak. Perlakuan ini mengacuh pada hasil penelitian sebelumnya dengan menggunakan suhu 40ºC dengan awal kejutan 2 menit setelah pembuahan dapat menghasilkan ikan triploid terbaik dan lama kejutan yang berbeda-beda sangat berpengaruh terhadap keberhasilan triploid,hatching rate,survival rate, dan pertumbuhan ikan mas punten. Adapun tata letak wadah beserta dosis percobaan setelah pengacakan dilakukan sebagai berikut : A2 A1 B2 B3 B1 A3 Gambar 1. Rancangan penelitian 1. Perlakuan A : Lama kejutan suhu panas 1,5 menit 2. Perlakuan B : Lama kejutan suhu panas 2 menit 22

3.4 Prosedur Kerja Prosedur penelitian pada proses troploidisasi pada ikan mas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu persiapan, proses triploidisasi, dan penetasan atau pemeliharaan larva (IBAT, 2017). 3.4.1 Proses Triploidisasi Ikan uji yang digunakan adalah indukan ikan mas (Cyprinus carpio L) yang siap dipijahkan dengan induk jantan 3 ekor dan induk betina 1 ekor dengan ukuran bobot jantan antara 0,6-0,75 kg, sedangkan induk betina antara 2-3 kg dimasukkan kedalam dalam hapa atau jaring yang telah terisi kakaban untuk proses pematangan gonad untuk diambil telur dan spermanya. Indukan betina distripingdengan mengurut bagian perut ikan ke arah urogenital sampai keluar telur kemudian diletakkan dimangkok plastik persegi panjang. Indukan jantan juga distriping sampai keluar sperma, kemudian sperma diambil dengan spuit 1 ml kemudian diteteskan digelas ukur dan ditambahkan dengan larutan Sodium chloride 0,9% sebanyak 9 ml kemudian dihomogenkan hingga tercampur. Telur diambil dari mangkok plastik dengan memakai spatula kemudian dicampur dengan menambah 1 ml suspensi sperma sambil diaduk dengan bulu ayam sampai tercampur merata dalam wadah mangkok plastik.telur yang tercampur sperma ditebar pada saringan dalam bak fiber yang telah terisi air sterile water untuk dilakukan fertilisasi selama 2 menit.cara penebaran dengan arah zig-zag dengan menggunakan bulu ayam. Dilakukan pemberian kejutan suhu panas pada menit ke-2 setelah fertilisasi dengan suhu 40ºC selama 1,5 menit (perlakuan A), dan 2 menit (perlakuan B) dengan menggunakan water bath. Telur dalam saringan yang sudah dikejut suhu diletakkan dalam aquarium ukuran 100 x 50 x 50 cm untuk dilakukan proses penetasan telur. Penetasan telur dilakukan dalam saringan yang diletakkan dalam aquarium ukuran 100 x 50 x 50 cm yang diisi air hingga ketinggian 20-30 cm yang dilengkapi dengan aerator sebagai penyuplai oksigen, heater sebagai penghangat suhu air, dan thermometer sebagai alat ukur suhu air.kantung kuning telur habis terserap, larva diberi makan artemia salina, kuning telur, dan cacing sutera. Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari sampai umur 28 hari, dengan pagi dan siang diberi artemia sedangakan sore dan malam hari diberi pakan kuning telur. 23

Larva ikan berumur 28 hari diberi pakan kuning telur pada pagi dan siang hari sedangkan sore hari diberi pakan cacing sutera sampai seterusnya. Artemia diberikan 2 jam setelah pemberian pakan kuning telur dan cacing sutera sebagai nutrisi. 3.4.2 Preparasi Alat, Bahan dan Pembuatan Reagen untuk Analisis JumlahKromosom Teknik Jaringan Padat Pada penelitian ini, untuk mengetahuiterbentuknya ikan triploid dilakukan perhitungan jumlah kromosom secara manual, yaitu dihitung menggunakan handtaly counter.uji analisis kromosom teknik jaringan padat pada penelitian ini menggunakan metode atau prosedur yang pernah dilakukan pada penelitian Carman dan Maulana (2016). Preparasi alat dan bahan pertama kali dengan mencuci botol bensin dan beaker glass masing-masing 3 buah yang telah direndam thypon dan bayclin selama satu malam.botol yang sudah dicuci dioven selama 2-3 jam sampai tidak ada air yang menempel.mensterilkan alat-alat uji lab seperti gunting, pinset, dan gelas arloji dengan dibungkus menggunakan aluminium foil terlebih dahulu.botol yang sudah dioven diisi aquades 2 liter untuk disterilkan. Memasukkan botol yang berisi aquades kedalam autoclave selama 2 jam lebih 30 menit beserta beaker glass, gunting, dan pinset yang telah dibungkus aluminium foil agar suhu panas tetap terkontrol. Alat yang sudah di sterilisasi menggunakan autoclave dioven sampai kering kecuali botol yang terisi aquades. Pembuatan reagen dengan membuat larutan kolkisin 0,007% w/v dengan mengambil air sumur 1 liter, kemudian menimbang bubuk kolkisin 0,074 mg dengan timbangan analitik, kemudian melarutkannya kedalam 1 liter air.mengaduk keduanya dengan hot plate hingga larutan kolkisin larut semua. Larutan kolkisin 1 liter dibagi menjadi 4 sesuai jumlah perlakuan yang akan diuji, masing-masing 250 ml menggunakan wadah beaker glass. Membuat larutan hipotonik 0,075 M (1 liter) dengan menimbang 5,6 g KCl menggunakan timbangan analitik, kemudian melarutkannya kedalam 1 liter akuades, dan diaduk menggunakan hot plate pula. Membuat larutan carnoy dengan mencampurkan asam asetat glacial dan methanol dengan perbandingan 1:3 yaitu asam asetat 12,5 ml dan methanol 37,5 ml dengan cara menuangkannya kedalam gelas ukur sesuai 24

kebutuhan, kemudian menuangkannya ke dalam falcon untuk di beri label. Membuat larutan alkohol 70% dengan mencampurkan etanol absolute, dengan akuades dengan perbandingan 7:3 (1 liter larutan alkohol 70% = 700 ml etanol absolute + 300 ml akuades). Membuat larutan giemsa 20% dengan mencampurkan giemsa dan akuades dengan perbandingan 2:8 (100 ml larutan giemsa 20% = 20 ml giemsa + 80 ml akuades) dengan cara menuangkannya kedalam falcon kemudian diberi label. Langkah terakhir membuat larutan asam asetat 50% dengan mencampurkan asam asetat glacial dan akuades dengan perbandingan volume 1:1 yaitu asam asetat glasial 25 ml dengan aquades steril 25 ml yang dituangkan dalam gelas ukur sesuai kebutuhan, kemudian menuangkan larutan tersebut kedalam falcon untuk diberi label. 3.4.3 Perendaman dengan kolkisin dan pengawetan jaringan Langkah pertama merendam ikan perlakuan A1 (7 ekor), A3 (4 ekor), B1 (5 ekor), dan B2 (11 ekor) masing-masing kedalam larutan kolkisin 0,007% w/v selama 8-10 jam yaitu mulai pukul 02.03 WIB 12.00 WIB. Selama perendaman, ikan dibiarkan berenang dalam wadah dengan aerasi halus yang dibuat dengan memasang jarum syringe diujung selang aerasi.menurut Kusuma (2017) fungsi dari larutan ini adalah untuk menghambat terbentuknya benang spindel pada sel sehingga sel dihambat untuk melakukan pembelahan.memotong kecil-kecil sirip ikan uji dari masing-masing perlakuan, kemudian potongan sirip tersebut dimasukkan dalam tabung ependorf untuk direndam larutan hipotonik (KCl 0,075 M) selama 60 menit pada suhu ruang.mengganti larutan hipotonik dengan yang baru setiap 30 menit selama waktu perendaman dengan volume 20 kali volume jaringan. KCl berfungsi sebagai larutan hipotonik yaitu membuat sel membesar dan letak kromosom akan menyebar, sehingga mudah untuk diamati. Mengganti larutan hipotonik dengan larutan carnoy, kemudian sirip difiksasi dengan larutan carnoy selama 60 menit.larutan carnoy diganti dengan yang baru setiap 30 menit.larutan carnoy berfungsi untuk mematikan sel tanpa merusak strukturnya, selain itu juga untuk menaikkan daya pewarnaan karena adanya bahan kasar yang merupakan penyusun larutan fiksatif (Kusuma, 2017). 25

3.4.4 Pembuatan Preparat dan Tahap Pewarnaan Mengambil sirip yang telah difiksasi menggunakan pinset dengan menyentuhkan sirip tersebut pada kertas tissue untuk menghilangkan larutan fiksatif. Meletakkan jaringan sirip tersebut di atas gelas obyek cekung atau gelas arloji kemudian ditambahkan 3-4 tetes asam asetat 50%, setelah itu jaringan digerak-gerakkan dengan menggunakan pisau bedah secara hati-hati hingga terbentuk suspense sel (larutan menjadi keruh). Merendam gelas obyek yang akan digunakan sebagai preparat didalam alkohol 70% minimal selama 2 jam sebelum diletakkan di atas hot plate. Mengambil suspensi sel yang terbentuk dengan menggunakan pipet tetes lalu diteteskan diatas gelas obyek yang sudah ditempatkan diatas hot plate dengan suhu 50 ºC, dan dihisap kembali dengan cepat setelah terbentuk lingkaran (ring) dengan diameter 1-1,5 cm. Menunggu ring tersebut sampai kering setelah itu diangkat dan siap untuk diwarnai dengan larutan giemsa 20%. Masing-masing gelas obyek atau preparat ditetesi 3 lingkaran atau ring. Menurut Kusuma (2017) fungsi dari proses ini adalah untuk mengeringkan sel di atas preparat agar tidak rusak pada proses berikutnya. Tahap terakhir adalah pewarnaan larutan giemsa 20% yaitu mewarnai preparat yang telah berisi lingkaran (ring) dengan larutan giemsa 20% dengan cara memberikan larutan sebanyak 3-5 tetes lalu disebarkan merata hingga menutupi ring dengan menggunakan pipet tetes plastik. Pewarnaan dilakukan selama 20-30 menit pada suhu kamar.selesai waktu pewarnaan, selanjutnya membilas preparat dengan menggunakan akuades lalu dibiarkan kering udara. Preparat yang sudah kering ditutup dengan cover glass agar ring tidak rusak terkena debu atau kotoran yang mampu merusak daripada ring tersebut. Preparat yang sudah ditutup cover glass diamati dibawah mikroskop binokuler dengan pembesaran 1000 kali untuk menghitung jumlah kromosom. 3.5 Parameter yang Diamati Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah keberhasilan triploid (IP), hatching rate (HR), Survival Rate (SR), serta parameter pendukung yaitu bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan panjang mutlak. 26

3.5.1 Keberhasilan Triploidisasi Tingkat keberhasilan triploidisasi merupakan persentase jumlah anak ikan yang triploid dari jumlah ikan yang diamati untuk masing-masing perlakuan.menurut Nurasni (2012) tingkat keberhasilan triploid dapat dihitung seperti dibawah ini. IP = X 100% IP : tingkat keberhasilan ikan triploid (%) 3.5.2 Hatching Rate Derajat penetasan adalah persentase telur yang berhasil menetas menjadi larva dan telur yang gagal menetas menjadi larva ditandai dengan warna putih keruh atau rusak.hatching rate dihitung dengan menggunakan rumus effendie, (2002) di bawah ini. HR = HR : Daya tetas telur (%) 3.5.3 Survival Rate Pengamatan dilakukan dengan melihat dan menghitung ikan yang hidup pada setiap unit perlakuan.nilai survival rate dihitung dengan rumus (Zonneveld, dkk., 1991). SR = Keterangan: SR : Tingkat kelangsungan hidup (%) N1 : Jumlah padat tebar akhir N0 : Jumlah padat tebar awal 27

3.5.4 Parameter Pendukung Parameter pendukung yang diamati adalah parameter pertumbuhan yang meliputi bobot mutlak (g), laju pertumbuhan spesifik (%/hari), dan panjang mutlak (mm) yang dilakukan pengukuran setiap seminggu sekali menggunakan timbangan analitik dan kertas ukur mm. Bobot Mutlak (g) Pengukuran berat ikan menggunakan timbangan analitik, pertambahan berat dihitung dengan rumus Effendie (1997), yaitu: Wm = Wt W0 Wm : Pertumbuhan bobot mutlak ikan (g) Wt : Berat ikan pada waktu ke-t (g) : Berat ikan pada waktu ke-0 (g) W0 Laju Pertunbuhan Spesifik (%) Mengetahui perhitungan laju pertumbuhan spesifik digunakan rumus yang dikemukakan oleh Mukti dkk (2001), sebagai berikut : SGR = x 100% SGR : Laju pertumbuhan spesifik (%/hari) Wt : Bobot rata-rata ikan diakhir pemeliharaan (g) W0 : Bobot rrata-rata ikan diawal pemeliharaan (g) : Lama waktu pemeliharaan (hari) t Panjang Mutlak (mm) Pertumbuhan panjang mutlak digunakan untuk menghitung pertambahan panjang ikan selama pemeliharaan, dengan menggunakan rumus Jaya (2013), sebagai berikut : L = Lt L0 L : pertumbuhan panjang mutlak (mm) Lt : Panjang total ikan pada akhir pemeliharaan (mm) : Panjang total ikan pada awal pemeliharaan (mm) L0 28

3.6 Analisis data Hasil perhitungan data dianalisis menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2010 untuk tabulasi data dan penyajian grafik. Untuk mengetahui pengaruh dan korelasi antara perlakuan dan parameter pengamatan (keberhasilan triploid, hatching rate, survival rate, bobot mutlak, laju pertumbuhan spesifik, dan panjang mutlak) masing-masing parameter dianalisis dengan menggunakan uji T- test dan korelasi dengan selang kepercayaan 95% dengan menggunakan SPSS versi 16 (Steel dan Torrie, 1993). 29