A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB V UPAYA PELESTARIAN NYANYIAN RAKYAT KAU-KAUDARA DI SEKOLAH. Pada bagian ini membahas tentang upaya pelestarian kau kaudara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Violeta Inayah Pama, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

STANDAR ISI STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN. Mata Pelajaran Bahasa Daerah (Jawa) Untuk SMA/ SMK/ MA

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

1.1 Mob Papua dalam Penelitian Sastra Lisan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CERITA RAKYAT GUNUNG SRANDIL DI DESA GLEMPANG PASIR KECAMATAN ADIPALA KABUPATEN CILACAP (TINJAUAN FOLKLOR)

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB III DATA DAN TEORY

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bagian daripada kebudayaan. Bila kita mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah salah satu saluran kreativitas yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dery Saiful Hamzah, 2013

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

2013 PENGGUNAAN MEDIA LAGU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA DALAM MENULIS PUISI

BAB 1 PENDAHULUAN. berbahasa, cara berpakaian, dan cara berperilaku antara sesama. Kehadiran seni tidak

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

Transkripsi:

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut tentunya dilaksanakan berdasarkan kurikulum yang berlaku di sekolah. Kurikulum yang digunakan di SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa adalah kurikulum 2013. Saat ini Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Makassar hanya mengikut pada kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran muatan lokal Bahasa Makassar di SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa merupakan muatan lokal yang paling utama diajarkan. Selain belajar tentang bahasa, juga belajar tentang kesusasteraan dengan tujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan daya pikir siswa tentang hasil karya-karya sastra terutama dalam sastra daerah. Sastra daerah yang dimaksud adalah sastra daerah Makassar. Sastra daerah merupakan warisan budaya masa lalu yang sarat dengan nilai-nilai budaya serta memiliki beberapa fungsi untuk merekam nilai budaya daerah, mengeskpresikan pengalaman kemanusiaan dan menumbuhkan solidaritas (Fitriyani, 2013). Salah satu kompetensi yang harus dicapai pada proses pembelajaran, khususnya kesusastraan adalah membaca dan memahami teks. Pembelajaran sastra, terdapat empat aspek kegiatan yang harus diketahui dan dimiliki oleh siswa, yaitu aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. 2 Pada aspek menyimak, siswa diharapkan mampu memahami dan mengapresiasikan ragam karya sastra. Pada aspek berbicara, siswa diharapkan mampu mengidentifikasi dan mengumumkan ragam karya sastra. Pada aspek membaca, siswa diharapkan mampu membaca dan menentukan berbagai jenis ragam karya sastra. Pada aspek menulis, siswa diharapkan mampu menulis dan menentukan karya sastra yang diminati, baik itu puisi, prosa, maupun drama (Depdiknas: 2006). Tujuan lain dalam pembelajaran sastra di sekolah adalah agar siswa memiliki pengalaman berekspresi sastra. Pengalaman tersebut dilakukan oleh siswa sebagai kegiatan dalam mengembangkan daya imajinasi, rasa, dan daya cipta. Selain itu, dengan adanya karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca, maka dapat memberikan gambaran tentang kebudayaan masyarakat tertentu. Kesusateraan dapat dijadikan mata rantai pada masa tertentu dengan masa sebelumnya. Mata rantai tersebut tercipta karena adanya pemakaian bahasa yang komunikatif dalam karya sastra tersebut. Menurut Semi (1988: 8) sastra itu merupakan suatu bentuk hasil karya seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Bantang (dalam Solihing, 2004) mengemukakan bahwa royong termasuk ke dalam salah satu jenis karya sastra Makassar yang tergolong ke dalam bahasa berirama dan sangat

populer di kalangan masyarakat pendukungnya. Menurut Matthes (dalam Solihing 2004) Royong adalah sejenis nyanyian untuk anak-anak kecil (bayi) yang masih berumur empat puluh hari. Royong dilantunkan oleh perempuan yang sudah berusia lanjut. Royong biasanya diiringi dengan alat musik 3 tradisional, seperti : anak baccing (dua anak besi yang dipukulkan), kancing ( dua buah piring tembaga), curiga (rantai-rantai yang dipukulkan), gong, ganrang, puik-puik, dengkang. Membaca atau mendengarkan secara sekilas naskah royong, terdapat syair-syair yang sulit dipahami artinya. Terutama bagi generasi muda karena syairsyair tersebut sudah jarang didengar ataupun digunakan dalam berkomunikasi setiap hari. Namun, apabila naskah royong dibaca dan disimak secara mendalam, ternyata di dalamnya terkandung nilai-nilai yang mendalam. Royong dilantunkan dengan maksud orang yang diroyongkan mendapat keselamatan, kesenangan, kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan dalam hidupnya. Royong sebagai salah satu sastra lisan, cara penyampaiannya hanya dihafal oleh orang tua-tua sehingga apabila tidak diantisipasi sedini mungkin maka naskah ini dikhawatirkan akan punah. Selain itu, pelantun royong juga sangat terbatas bahkan jumlahnya sangat terbatas dan semakin berkurang. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa cara penyampaiannya hanya dilisankan dan hanya orang tua saja yang mampu menghafal dan melantunkannya. Padahal jika dikaji secara mendalam isi teks royong tersebut sangat sarat dengan nilai-nilai yang perlu dipahami. Oleh karena itu, sebagai generasi penerus bangsa, siswa patut mengetahui nilai-nilai yang terkadung dalam karya sastra khususnya royong dari sekarang supaya mereka paham akan pentingnya nilainilai di dalamnya untuk diri kita sendiri. 4 Secara umum kata royong bermakna nyanyian dan termasuk salah satu jenis kesusastraan Makassar. Selain dipahami sebagai kesenian atau musik vokal, royong juga dikenal memiliki fungsi-fungsi sosial budaya pada masyarakat pendukungnya. Royong memiliki syair-syair atau kalimat tertentu yang dilagukan sang vokalis royong. Dalam karya sastra daerah Makassar khususnya royong memperlihatkan arti yang sangat luas sebab bukan hanya media hiburan, melainkan juga sangat berkaitan dengan kepercayaan, adat istiadat, pendidikan, dan tradisi masyarakat. (Basang dalam Solihing, 2004: 70). Ditinjau dari pewarisannya secara turun temurun royong berkembang dari mulut ke mulut. Menurut Jan Horald Brunvand (1968: 2-3) seorang ahli folkor dari Amerika Serikat membagi folklore dalam tiga golongan, yaitu (1) folklore lisan, (2) folklore sebagian lisan, dan (3) folklore bukan lisan, (Danandjaja, 1986: 21). Berdasarkan penggolongan yang dikemukakan oleh Brunvand, maka royong termasuk folklore lisan. Danandjaja (1986: 21-22) menjelaskan bahwa folkor lisan adalah

folklore yang bentuknya murni lisan. Bentuk-bentuk (genre) folklore yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsawanan; (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah, dan pemeo; (c) pertanyaan tradional seperti teka-teki; (d) puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair; (e) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng; dan (f) nyanyian rakyat. Pembelajaran tentang royong, di SMP Negeri 1 Pallangga sudah di ajarkan di kelas VIII semester genap yaitu memahami jenis, fungsi dan 5 melantunkan syair royong. Sedangkan di kelas IX pada Standar Kompetensi sudah diajarkan tentang memahami makna dan nilai-nilai yang terdapat dapat teks royong. Di sinilah diperlukan empati dan kearifan melihat konteks sekarang. Apakah sebuah tradisi masih diinginkan keberadaannya atau tidak dan apakah kita ingin melihat generasi muda ke depan akan lebih memilih sebuah sastra modern daripada tradisi. Adapun manfaat mempelajari royong bagi siswa adalah untuk memperkenalkan lebih mendalam salah satu bentuk karya sastra Makassar sebagai warisan budaya masa lalu karena di dalamnya terdapat nilai-nilai yang dijadikan pedoman hidup atau alat untuk membentuk karakter siswa sebagai generasi penerus bangsa, serta bisa mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan tujuan siswa mempelajari royong adalah agar siswa lebih memahami jenis, bentuk, isi dari royong serta cara melantunkannya. Kajian dalam penelitian ini dirasakan sangat penting karena beberapa pertimbangan. Pertama, bahasa daerah sebagai muatan lokal yang diajarkan di SMP Negeri 1 Pallangga, khususnya dalam pembelajaran karya sastra daerah Makassar yaitu royong kurang disenangi oleh siswa seiring dengan semakin ditinggalkannya tradisi royong di masyarakat. Kedua, siswa di SMP Negeri 1 Pallangga sangat sedikit menggunakan bahasa daerah di lingkungan sekolah sebagai media komunikasi diantara mereka, sehingga kemampuan untuk memahami pelajaran bahasa daerah Makassar khususnya nilai-nilai dalam royong sangat kurang. Bahkan mereka lebih bangga menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya. 6 Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah antara lain: buku yang ditulis oleh Solihing (2004) yang berjudul Royong Musik Vokal Komunikasi Gaib Etnik Makassar. Dalam penelitiannya, Solihing melakukan kajian etnomusikologi, menganalisis dari kacamata musik, seperti melodi yang dimainkan setiap instrumen pengiring, analisis ansambel musik, analisis vokal royong. Solihing juga memaparkan prosesi upacara perkawinan Makassar. Pada bagian akhir, Solihing mengemukakan bahwa saat ini musik vokal royong sudah mengalami perubahan fungsi. Royong sudah dilaksanakan dalam

prosesi seremonial di luar upacara adat Makassar, seperti peresmian gedung dan untuk mengiringi tarian kreasi baru untuk tujuan wisata. Teori utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang nilai yang dikemukakan oleh (Wahid dalam Isnaeni 2011:6) bahwa nilai itu diciptakan dan dimuliakan oleh leluhur sebagai peletak dasar masyarakat dan kebudayaan yang diturunkan dari generasi kegenerasi untuk dijadikan acuan perilaku hidup dalam kehidupan seharihari. Herawati (2014), dalam penelitiannya berjudul Fungsi dan Nilai-nilai Magis yang Terdapat dalam Royong Perkawinan di Desa Balangtanaya Kecamatan Polong Bangkeng Utara Kabupaten Takalar (Tinjauan Sosiologi Sastra). Hasil penelitian menunjukkan nilai-nilai magis yang terkandung dalam Royong perkawinan Makassar dapat ditemukan dalam peralatan atau perlengkapan yang digunakan dan proses ritualnya. Dari aspek peralatan atau perlengkapan, tampak pada keberadaan dupa dan alat musik yang dipercaya sebagai media pemanggil roh-roh leluhur. Sedangkan pada prosesnya, tampak 7 pada tahap-tahap ritual, misalnya pada tahap apparuru sebagai tahap permintaan izin kepada leluhur dalam membunyikan alat musik pertanda acara akan dimulai, appasili; sebagai tahap memandikan calon pengantin; dan tahap akkorontigi sebagai tahap pembubuhan ramuan daun pacar pada kuku dan telapak tangan calon mempelai. Dari uraian tersebut, penelitian ini dianggap relevan dengan penelitian yang berfokus pada kemampuan memahami nilai-nilai royong. Hal ini dimaksudkan agar kita sebagai generasi muda dapat lebih memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra khususnya royong. Dari hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada saat PPL di SMP Negeri 1 Pallangga, peneliti tertarik untuk meneliti kemampuan siswa memahami nilai-nilai dalam royong. Alasan memilih SMP Negeri 1 Pallangga sebagai tempat penelitian adalah karena muatan lokal bahasa Makassar di sekolah ini adalah muatan lokal wajib serta apresiasi dari pihak sekolah sangat tinggi terhadap pembelajaran bahasa daerah Makassar, tetapi guru yang mengajar di kelas IX lahir dari bidang studi agama sehingga mengalami kesulitan dalam mengajarkan bahasa daerah pada umumnya, terkhusus dalam karya sastra royong. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Kemampuan Memahami Nilai-Nilai Royong Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan memahami nilai-nilai royong siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa dilihat secara spesifik sebagai berikut: 8 1. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai moral dalam royong? 2. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai kepercayaan dalam royong? 3. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai estetika dalam

royong? 4. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai sosial dalam royong? 5. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai perjuangan dalam royong? 6. Bagaimanakah kemampuan memahami nilai penghormatan dalam royong? C. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan pada dasarnya memiliki sesuatu tujuan yang ingin dicapai sehingga dibutuhkan kerja yang semaksimal mungkin agar yang diinginkan dapat tercapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendekripsikan kemampuan memahami nilai-nilai royong siswa kelas IX SMP Negeri 1 Pallangga Kabupaten Gowa dilihat secara spesifik sebagai berikut: 1. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai moral dalam royong 2. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai kepercayaan dalam royong 3. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai estetika dalam royong 4. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai sosial dalam royong 5. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai perjuangan dalam royong 6. Untuk mendekripsikan kemampunan memahami nilai penghormatan dalam royong 9 D. Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis a. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan konstribusi ilmu pengetahuan dalam pengajaran Bahasa Makassar. b. Sebagai bahan masukan bagi guru bidang studi bahasa daerah Makassar khususnya dalam pengembangan karya sastra daerah. 2. Manfaat Praktis a. Siswa dapat menjadi termotivasi untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra daerah khususnya nilai-nilai yang terdapat dalam royong. b. Dapat mengembangkan kemampuan guru menghadapi permasalahan pembelajaran di kelas terutama permasalahan yang berkaitan dengan karya sastra. c. Bagi sekolah, dapat dijadikan masukan yang berguna bagi penyusun buku pelajaran, penyusunan kurikulum pelajaran khususnya pembelajaran bahasa dan sastra daerah. d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber acuan dalam proses belajarmengajar serta menjadikan sumbang saran bagi guru bahasa daerah Makassar mengenai kemungkinan pengembangannya dan hambatan yang dihadapi siswa dalam proses belajar-mengajar. 10 E. Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri atas, Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat hasil penelitian, Bab II berisi tinjauan pustaka dan kerangka pikir. Bab III berisi variabel dan desain penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel, instrument penelitian, tehnik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan, sedangkan bab V berisi kesimpulan dan saran