PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA MAHASISWA AKTIVIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PENDAHULUAN. membantu untuk menjalin hubungan kerja sama dan kemampuan memahami individu

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Agresivitas

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang diposting salah satu situs berita di Indonesia

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajemukan yang ada di Indonesia merupakan suatu kekayaan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, sebagian orang terkadang mengeluhkan sesuatu. pada teman dekat tentang keinginan untuk mengeluarkan pendapat,

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dengan komunikasi adalah kecemasan komunikasi. masalah-masalah yang banyak terjadi pada remaja maupun dewasa dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

KAITAN ANTARA POLA ASUH PERMISIF DENGAN PERILAKU ASERTIF

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

PENGARUH KOMUNIKASI DAN SUPERVISI TERHADAP KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN DI PT. INDOANTIQUE SUKOHARJO PADA TAHUN 2008/2009 SKRIPSI

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia dapat dilihat terjadinya banyak tindak

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak dan masa dewasa (Wong dkk, 2001). Menurut Erik Erikson (Feist &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alrefi, 2014 Penerapan Solution-Focused Counseling Untuk Peningkatan Perilaku Asertif

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. pada setiap individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau statusnya sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana seseorang bertindak dan berprilaku. moral. Etika pergaulan perlu di terapkan misalnya (1) Berpakaian rapi di

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. dalam mengekspresikan perasaan, sikap, keinginan, hak, pendapat secara langsung,

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial yang setiap harinya menjalin hubungan

( Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII SMP Negeri 12 Surakarta )

PENINGKATAN KEAKTIFAN BERTANYA SISWA MELALUI PENERAPAN STRATEGI MOTIVASI DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE CARD SORT

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. ini. Akan tetapi, perkembangan teknologi dan industri yang menghasilkan budaya teknokrasi

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih menjadi. perbincangan para pakar pendidikan dari tingkat daerah sampai dengan pusat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia merupakan individu ciptaan Tuhan Yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap perusahaan dituntut untuk terus berbenah dan berproses demi

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Transkripsi:

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh : UMIYATI F 100 050 239 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan interpersonal, seseorang kadang dihadapkan pada konflik antara keinginan untuk mempertahankan hak pribadi dan keharusan untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain. Hal ini terjadi karena adanya saling ketergantungan antara individu yang satu dengan yang lain. Individu sering kali mengalami kesalahan dalam menghadapi suatu konflik. Kesalahan yang sering kali dibuat oleh individu adalah dengan berperilaku non-asertif dan agresif. Situasi yang mengandung konflik itulah yang biasanya mendahului individu dalam mengambil keputusan, untuk itu diperlukan suatu bentuk ketrampilan sosial tertentu yang membantu individu mencapai tujuannya tanpa melanggar hak-hak orang lain. Bentuk ketrampilan sosial yang efektif adalah tingkah laku asertif (Indriastuti, 2006). Konflik tidak dapat dihindari dalam hubungan dengan sesama manusia. Walaupun konflik biasanya dipandang sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi proses penyelesaian konflik tersebut dapat membuat seseorang berkembang, meningkatkan pemahaman dan rasa hormat kepada orang lain, kendati terdapat perbedaan-perbedaan. Hal yang sering menjadi permasalahan bagi mahasiswa, salah satunya adalah masalah yang terkait dengan perilaku asertivitas. Perilaku asertif adalah perilaku yang mengarah langsung ke tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri, 1

2 dan teguh pendirian (Davis, 1995). Contoh yang sering terjadi pada seorang mahasiswa yaitu, ketika dosen bertanya pada seisi kelas mengenai materi yang telah diajarkan, pasti ada mahasiswa yang selalu spontan mengacungkan tangan, dengan percaya diri menjawab semua pertanyaan yang diberikan, sedangkan mahasiswa yang lain hanya diam, karena malu, malas atau tidak tahu jawabannya sama sekali. Contoh lain ketika dalam suatu diskusi ada mahasiswa yang secara spontan memberikan ide-ide briliannya, dengan percaya diri mengungkapkan pendapatnya, dan yakin itu benar, serta ide-ide positifnya itu dapat diterima oleh yang lain. Orang-orang seperti ini disebut orang yang asertif (Bagus, 2008) Hal yang menarik untuk dikaji adalah memperoleh gambaran mengenai tingkah laku asertif pada mahasiswa. Robbins (Zulkaida, 2005) menyatakan bahwa sebagian besar pengalaman yang diberikan di Universitas adalah menekankan pada pengembangan ide-ide serta kemampuan logika dan penalaran. Universitas sering tidak merencanakan untuk mempersiapkan kemampuan mahasiswanya di luar bidang kemampuan logika dan penalaran. Mahasiswa nantinya tentu akan terjun ke berbagai bidang kehidupan di masyarakat, akan menghadapi berbagai perubahan dan berbagai macam orang serta sangat mungkin akan menjadi pemimpin di masyarakat. Dalam hal ini, kemampuan untuk bertingkah laku asertif tentunya akan sangat diperlukan (Zulkaida, 2005). Kebanyakan orang enggan berperilaku asertif karena dalam dirinya ada rasa takut mengecewakan orang lain, takut jika akhirnya dirinya tidak lagi disukai ataupun diterima. Selain itu alasan untuk mempertahankan kelangsungan

3 hubungan juga sering menjadi alasan karena salah satu pihak tidak ingin membuat pihak lain sakit hati, padahal dengan membiarkan diri untuk bersikap non-asertif (memendam perasaan, perbedaan pendapat) justru akan mengancam hubungan yang ada karena salah satu pihak kemudian akan merasa dimanfaatkan oleh pihak lain (Rini, 2001). Menurut Davis (1995), orang yang berperilaku asertif tinggi adalah orang yang perilakunya mengarah langsung pada tujuan, punya harga diri dan pendirian yang teguh, terbuka tanpa meninggalkan kesopanan, penuh rangsangan, semangat, menyadari siapa dirinya dan apa yang diinginkannya dan individu tersebut benarbenar yakin akan dirinya sendiri. Berbeda dengan individu yang tingkat asertivitasnya rendah, individu tersebut akan mudah mengalah, mudah tersinggung, cemas, kurang yakin pada dirinya sendiri dan sukar mengadakan komunikasi. Alberti dan Emmons (Indriastuti, 2006) menyatakan perilaku asertif merupakan perilaku berani menuntut hak-haknya tanpa mengalami ketakutan atau rasa bersalah serta melanggar hak-hak orang lain. Berperilaku asertif berarti memberikan respon yang relevan dan konsisten dengan tuntutan konteks sosial tertentu. Taylor menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku asertif yaitu budaya. Kebudayaan merupakan pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adatistiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota masyarakat (Sulaeman, 1998).

4 Orang Jawa adalah satu kelompok etnik yang mempunyai kebudayaan dan nilai-nilai maupun kebiasaan tentang sesuatu, yaitu kebudayaan Jawa. Kebudayaan Jawa adalah konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam pikiran, sebagian besar dari masyarakat mengenai apa yang dianggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman hidup bagi masyarakat Jawa (Koentjaraningrat dalam Rachim dan Nashori, 2007). Etnis Jawa memiliki stereotip lemah lembut dan kurang suka berterus terang, maka kita akan bertindak berdasarkan stereotip itu dengan bersikap selembut-lembutnya dan berusaha untuk tidak mempercayai begitu saja apa yang diucapkan seorang etnis Jawa. Sebagai sebuah generalisasi kesan, stereotip kadang-kadang tepat dan kadang-kadang tidak. Misalnya stereotip etnis Jawa yang tidak suka berterus terang memiliki kebenaran cukup tinggi karena umumnya etnis Jawa memang kurang suka berterus terang. Namun tentu saja terdapat pengecualian-pengecualian karena banyak juga etnis Jawa yang suka berterus terang (Suryapusoro, 2007). Sistem nilai budaya Jawa tentang pentingnya tata krama/sopan santun menyebabkan mahasiswa Jawa kesulitan untuk berperilaku asertif yang ditakutkan dapat menyinggung perasaan orang lain. Monghaddan dan Studer (Rachim dan Nashori, 2007) menyatakan budaya menentukan perilaku yang dianggap tepat tentang bagaimana seharusnya seseorang berperilaku. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ekawati dan Nashori menunjukkan bahwa mahasiswa suku bangsa Batak memiliki tingkat perilaku agresif yang lebih

5 tinggi daripada mahasiswa suku bangsa Jawa. Hal ini sesuai dengan pernyataan dan penelitian serta teori yang diajukan oleh ahli psikologi yang menyatakan bahwa agresivitas manusia semata-mata adalah hasil belajar dari lingkungan sosialnya (Deaux, dalam Ekawati dan Nashori, 2006). Norma-norma seseorang pada masyarakat Jawa diwujudkan oleh lingkungannya. Dia harus taat kepada golongan yang mengontrolnya secara langsung. Sumber moral bagi kelakuannya terdapat dalam hubungan sosial yang konkrit; pandangan orang lain penting. Lepas dari pengawasan dan pandangan golongan, orang sering tidak mempunyai pedoman hidup lagi. Orang taat kepada kewajiban yang konkrit itu; dengan sukar mereka taat kepada kewajiban yang abstrak sebagai hukum negara yang objektif. Sikap munafik timbul dengan mudah. Hal ini menyebabkan orang Jawa sulit untuk berperilaku asertif (Widiarti dan Tarakanita, 2000). Berbeda halnya dengan mahasiswa dari masyarakat Dayak yang mempunyai sifat terbuka, ramah, dan mudah bergaul. Davis (1995) menjelaskan bahwa perilaku asertif merupakan perilaku yang mengarah langsung ke tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri dan teguh pendirian. Meskipun orang Dayak itu terbuka dan ramah dalam pergaulan, akan tetapi bila perasaannya terlukai mereka akan membalasnya dengan pembalasan yang lebih kejam, sebab etnis Dayak memiliki perasaan yang amat dalam, yang oleh orang non-dayak sukar untuk dipahami. Seperti kerusuhan yang terjadi di Sampit pada Maret 2001. Mereka membantai lebih dari 1000 orang keturunan Madura. Ini disebabkan oleh

6 perseteruan antara seorang Dayak dengan seorang Madura yang mengakibatkan tewasnya orang Dayak (SCTV, dalam Ekawati dan Nashori, 2006). Uraian di atas dapat dimengerti karena kebudayaan memiliki fungsi sebagai pengarah dan pendorong bagi kelakuan manusia, mempengaruhi pilihan makna dan perilaku. Ini dapat dicapai dengan menjabarkannya menjadi tata aturan yang lebih konkrit yaitu norma positif maupun norma negatif, sebagian besar nilai ditaati karena kebenarannya telah menjadi keyakinan individu. Jadi kedua etnis yang dijelaskan di atas jelas berbeda kebudayaannya. Etnis Jawa selalu memperhatikan tata krama dalam setiap perhubungan sosial, sementara itu etnis Dayak dalam hidup kesehariannya tidak dibiasakan bersikap resmi. Meskipun demikian, berasal dari etnis manapun diharapkan dapat berperilaku asertif. Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat suatu perumusan permasalahan sebagai berikut Adakah perbedaan perilaku asertif antara mahasiswa etnis Jawa dengan etnis Dayak? Berkaitan dengan pertanyaan di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Perbedaan Perilaku Asertif antara etnis Jawa dengan etnis Dayak. B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat perilaku asertif etnis Jawa dan etnis Dayak. 2. Mengetahui perbedaan perilaku asertif antara etnis Jawa dengan etnis Dayak.

7 C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pengetahuan khususnya di bidang psikologi sosial tentang perbedaan perilaku asertif etnis Jawa dengan etnis Dayak. 2. Manfaat Praktis a. Bagi subjek, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya perilaku asertif, sehingga mereka mampu untuk mengungkapkan diri dan perasaannya secara terus terang. b. Bagi pendidik, dapat memberi masukan tentang pentingnya perilaku asertif pada mahasiswa, sehingga dosen dapat menentukan metode yang tepat yang digunakan dalam perkuliahan agar mahasiswa dapat menunjukkan potensi yang dimiliki.