BAB 1 PENDAHULUAN. suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak terlepas dari keberhasilan penyelenggaraan pemerintah propinsi maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

BAB I PENDAHULUAN. dari luar negeri dapat berupa pinjaman dari negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya dari tahun ke tahun sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah dan pelayanan terhadap masyarakatnya. Daerah otonom

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengertian pajak menurut Marihot P. Siahaan (2010:7) adalah: 1. Yang berhak memungut pajak hanyalah negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. daerah adalah untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama bagi sebuah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional sebagaimana. mandiri menghidupi dan menyediakan dana guna membiayai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu bagian dari pendapatan yang diterima oleh negara. Di

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan pajak dalam kehidupannya, sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. penyelenggaraan pemerintah daerah. Berlakunya Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

2014 ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK PENERANGAN JALAN DI KOTA BANDUNG TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN (PBB P2) TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, melalui pengeluaran-pengeluaran rutin dan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah perpajakan di Indonesia bukan menjadi persoalan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

BAB 1 PENDAHULUAN. pusat (sentralistik) telah menimbulkan kesenjangan antara Jawa dan luar Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. dengan potensi dan kepentingan daerah itu sendiri. yang sesuai denganperaturan perundang-undangan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan baik melalui administrator pemerintah. Setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan daerah-daerah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan termasuk

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan perekonomiannya, Indonesia harus meningkatkan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersangkutan, sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam kajian pustaka ini, akan dijelaskan mengenai pengertian pajak, jenisjenis

BAB I PENDAHULUAN. antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. pada sensus penduduk yang dilakukan pada 1 Mei 15 Juni 2010 tercatat paling

BAB I PENDAHULUAN. dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap orang, oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah. (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Sektor P3 dan Bea Meterai.

Penerimaan pemerintah daerah untuk membiayai BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah sebagai pengatur dan pembuat kebijakan telah memberi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dana yang sangat potensial yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Setiap provinsi terbagi dari beberapa Kabupaten maupun Kota.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 39 SERI B

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.12

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No. 22 Tahun 1999 yang telah diganti dengan UU No. 34 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah di daerah, dapat diperoleh dari hasil penerimaan suatu daerah atau dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kementrian Dalam Negeri (2013) dalam konteks pengembangan ekonomi suatu Negara, ketersediaan data dan informasi menjadi sangat penting dalam upaya menggali sumber-sumber ekonomi produktif yang bisa dimanfaatkan untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Demikian pula bagi suatu daerah, data dan informasi menjadi sangat penting untuk menarik para pemodal (investor) menanamkan modalnya di suatu daerah. Daya tarik investasi di suatu daerah sangat bergantung dari kekuatan data dan informasi daerah tersebut. Kepala daerah dan jajarannya harus mampu menyuguhkan data dan informasi yang di dalamnya merupakan kemasan jualan potensi daerah. Kementerian Dalam Negeri dan Ditjen Keuangan Daerah sangat berkepentingan terhadap ketersediaan data dan informasi terkait dengan pendapatan daerah, khususnya pajak daerah dan retribusi daerah, atau pendapatan asli daerah (PAD). Data dan informasi terkait dengan hal itu merupakan persoalan yang sangat mendasar. Pasalnya, kemandirian suatu daerah biasanya dilihat dari seberapa besar porsi pajak daerah dan retribusinya daerah terhadap APBD. Semakin besar pajak dan retribusi daerah maka semakin besar pula kemampuan daerah tersebut untuk mandiri. Sebaliknya, semakin kecil pajak dan retribusi di suatu daerah menandakan daerah tersebut belum mampu mandiri secara finansial. 1

2 Mohammad Zain dan Suryo Hermana (2010)Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah A. Jenis pajak provinsi terdiri atas : 1) Pajak Kendaraan Bermotor 2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4) Pajak Air Permukaan; dan 5) Pajak Rokok B. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas: 1) Pajak Hotel 2) Pajak Hiburan 3) Pajak Reklame 4) Pajak Penerangan Jalan 5) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 6) Pajak Parkir 7) Pajak Air Tanah 8) Pajak Sarang Burung Walet 9) Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan 10) Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan C. Daerah dilarang memungut pajak selain jenis pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2).

3 D. Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah E. Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi, tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari Pajak untuk daerah provinsi dan pajak untuk daerah kabupaten/kota. Ortax (2007) Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, bahwa Dari sumber Pendapatan Daerah tersebut, dalam upaya meningkatkan PAD, Daerah dilarang: a. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi; dan b. menetapkan Peraturan Daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan impor/ekspor. Berdasarkan pada Undang Undang Nomor 19 Tahun 2010 tentang Pemerintahan Daerah (PEMDA) yang merupakan salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia, menjelaskan bahwa Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan peraturan perundang undangan. Pemerintah Daerah yang memiliki peranan penting dalam sektor pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah, yang memiliki tugas utama dalam melaksanakan kewenangan daerah di bidang pendapatan dan

4 memiliki fungsi dalam melaksanakan pelayanan teknis administratif yang meliputi administrasi umum, administrasi kepegawaian, dan administrasi keuangan. (Ortax, 2007) Pendapatan daerah berdasarkan Peraturan Pemerintahan Nomor 65 Tahun 2001 tentang penerimaan daerah adalah iuran wajib pajak orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbangan dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku dan dapat digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembagian daerah. Dalam membiayai pembangunan salah satu upaya pemerintahan daerah adalah melakukan penarikan biaya yang bersumber dari sektor pajak dan restribusi. (Ortax, 2007) Mohammad Zain dan Suryo Hermana (2010) Pajak parkir merupakan salah satu Pajak Daerah yang cukup potensial. Berdasarkan Undang undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 31 dan 32 Tentang Pajak Daerah dan Rertribusi Daerah : Pajak parkir adalah pajak atau penyelenggara tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. Sedangkan yang dimaksud dengan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Purwakarta nomor 9 Tahun 2005 Bab 2 Pasal 2, yaitu: 1) Dengan nama Pajak Parkir dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan tempat parkir dengan dipungut bayaran.

5 2) Obyek Pajak adalah penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Menurut Pasal 3 Peraturan Daerah Kota Purwakarta nomor 9 Tahun 2005 Mengenai yang di kecualikan dari Obyek Pajak, yaitu : a. Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; b. Penyelenggaraan parkir oleh Kedutaan, Konsulat, Perwakilan Negara Asing dan Perwakilan Lembaga-lembaga International dengan azas timbal balik; c. Penyelenggaraan tempat parkir dengan kapasitas tertentu yang ditentukan dengan Keputusan Kepala Daerah. Menurut Pasal 4 Peraturan Daerah Kota Purwakarta nomor 9 Tahun 2005 Mengenai Subyek dan Wajib Pajak, yaitu : 1) Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. 2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan tempat parkir. Dasar perhitungan dan penetapan pajak berdasarkan tarif pajak, sesuai peraturan Daerah nomor 9 tahun 2005, dimana pengenaan pajak sebesar 20% setiap bulan dari penerimaan penyelenggaraan, pengusahaan tempat parkir. Dinas

6 Pendapatan Daerah Kota Purwakarta merupakan unsur pelaksana pemerintah Daerah dibidang pengumpul dana guna membiayai pembangunan daerah yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan kegiatan pemungutan pajak daerah kota serta memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya para wajib pajak dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. LKPJ / Laporan Keterangan Pertanggung jawaban (2012) Pajak Parkir merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang diperoleh dari berbagai macam jenis sewa parkir, mulai dari sewa lahan parkir hingga sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha sewa gedung parkir, dengan adanya perkembangan pusat perbelanjaan serta pertumbuhan kendaraan khususnya di Purwakarta sangat memerlukan adanya sistem pengelolaan pemungutan pajak parkir yang dapat memungut pajak hasil dari perparkiran tersebut karena pajak parkir tersebut dapat mengisi anggaran daerah yang berguna untuk perkembangan daerah yang berfungsi sebagai pembangunan daerah. Dengan otonomi daerah pendapatan tersebut dapat berkembang ke arah yang lebih baik seperti pembangunan di bidang infrastruktur daerah yang meliputi fasilitas umum, transportasi kendaraan umum, gedung gedung yang bersifat sosial sehingga masyarakat daerah dapat berkembang dengan terfasilitasi segala kebutuhan masyarakat daerah.

7 Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Parkir Pemerintahan Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 sampai Tahun 2013 No Tahun Target penerimaan pajak parkir (Rp) Realisasi Pajak Parkir (Rp) Rasio Pertumbuhan (%) Rasio Efektivitas (%) 1 2008 200.000.000 205.581.200 Tahun Dasar 102,7 2 2009 206.644.000 213.924.700 0,041 103,5 3 2010 238.778.000 267.603.500 0,251 112 4 2011 370.000.000 371.028.200 0,386 100,3 5 2012 502.275.000 559.894.325 0,509 111,5 6 2013 631.668.000 702.285.000 0,254 111,2 Dari tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa Realisasi pajak parkir dari tahun ketahun mengalami peningkatan dari target penerimaan pajak parkir. Pada tahun 2008 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di tentukan dengan selisih sebesar 5.581.200 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 102,7 %, Pada tahun 2009 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di tentukan dengan selisih sebesar 7.280.700 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 103,5%, Pada tahun 2010 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di tentukan dengan selisih sebesar 28.255.000 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 112%, Pada tahun 2011 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di tentukan dengan selisih sebesar 1.028.200 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 100,3% dalam hal ini rasio efektivitas pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mengindikasikan terjadi ketidak efektifannya pengelolaan keuangan daerah. Pada tahun 2012 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di tentukan dengan selisih sebesar 57.619.325 dan kembali meningkat dengan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 111,5 %, Pada tahun 2013 realisasi pajak parkir melebihi dari target yang telah di

8 tentukan dengan selisih sebesar 70.617.000 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 111,2%, dalam tahun 2013 rasio efektivitas kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya dan mengindikasikan terjadi ketidak efektifannya dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan Rasio pertumbuhan pajak parkir dari tahun 2009 sampai 2012 meningkat, namun terjadi penurunan pada tahun 2013 yang mengindikasikan terjadi ketidak efektifannya pengelolaan keuangan daerah. Berikut ini adalah data mengenai perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Purwakarta selama lima tahun terakhir, dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 yang dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 1.2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Pemerintahan Kabupaten Purwakarta Tahun 2009 sampai Tahun 2013 No Tahun Anggaran Penerimaan Asli Daerah (Rp) Realisasi Pendapatan Asli Daerah (Rp) Rasio Pertumbuhan (%) Rasio efektivitas (%) 1 2008 62.138.310.325 59.429.026.565 Tahun Dasar 95,6 2 2009 64.426.624.671 64.023.320.913 0,077 99,4 3 2010 70.095.482.738 76.691.372.256 0,198 109,4 4 2011 106.885.416.000 111.206.356.910 0,450 104 5 2012 199.466.534.122 151.057.105.414 0,358 75,7 6 2013 234.208.193.960 172.221.139.833 0,140 73,5 Dari tabel 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa Realisasi Pendapatan Asli Daerah dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 dan tahun 2009 Realisasi pendapatan asli daerah tidak memenuhi target anggaran yang telah di tentukan oleh pemerintah Kabupaten Purwakarta dan menghasilkan rasio efektivitas tahun 2008 sebesar 95,6% dan tahun 2009 sebesar 99,4%, namun

9 pada tahun 2010 realisasi pendapatan asli daerah memenuhi target anggaran yang telah ditentukan sebesar 6.595.889.520 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 109,4%, Pada tahun 2011 realisasi pendapatan asli daerah memenuhi target anggaran yang telah ditentukan sebesar 4.320.940.900 dan menghasilkan rasio efektivitas sebesar 104%. dalam hal ini rasio efektivitas pada tahun 2011 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun 2012, dan 2013 Realisasi pendapatan asli daerah tidak memenuhi target anggaran yang telah di tentukan oleh pemerintah Kabupaten Purwakarta dan menghasilkan rasio efektivitas masing-masing pada tahun 2012 sebesar 75,7%, dan tahun 2013 sebesar 73,5%. Dalam hal ini rasio efektivitas pada tahun 2011, 2012, dan 2013 sama-sama mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mengindikasikan juga terjadi ketidak efektivannya pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan Rasio Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami peningkatan, namun terjadi penurunan pada tahun 2012 dan 2013 yang mengindikasikan terjadi ketidak efektifannya pengelolaan keuangan daerah. Sama halnya yang terjadi pada Realisasi Penerimaan Pajak Parkir yang pada tahun 2013 mengalami penurunan terhadap Rasio Pertumbuhannya. Berdasarkan fenomena-fenomena diatas, peniliti akan menyimpulkan secara umum dan khusus atas fakta yang terjadi. Berdasarkan fenomena secara umum di indonesia yang menunjukan masih belum maskimalnya kineja aparatur pemerintah di Indonesia. Sedangkan secara khusus yaitu mengenai gambaran

10 target anggaran dan realisasi penerimaan pajak parkir di Kabupaten Purwakarta, terlihat bahwa setiap tahunnya sumber penerimaan pajak parkir tersebut selalu mengalami peningkatan, namun nilai rasio efektivitas mengalami penurunan pada tahun 2011 dan tahun 2013 sehingga mengindikasikan terjadi ketidak efektifannya pemerintah dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan rasio pertumbuhan penerimaan pajak parkir menunjukan penurunan yang terjadi pada tahun 2013. Lalu mengenai gambaran tentang target anggaran dan realisasi pendapatan asli daerah di Kabupaten Purwakarta pada tahun 2008 dan 2009 tidak memenuhi target anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sedangkan pada tahun 2010 dan 2011 telah memenuhi target anggaran yang telah di tentukan, namun pada tahun 2012 dan 2013 Realisasi pendapatan asli daerah tidak memenuhi target anggaran yang telah di tentukan oleh pemerintah Kabupaten Purwakarta. Dalam hal ini rasio efektifitas pada tahun 2008, 2009, 2010 masing-masing menghasilkan sebesar tahun 2008 (95,6%), 2009 ( 99,4%), dan tahun 2010 (109,4%), sedangkan rasio efektivitas pada tahun 2011, 2012, dan 2013 sama-sama mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mengindikasikan terjadi ketidak efektivannya pemerintah Kabupaten Purwakarta dalam pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan rasio pertumbuhan penerimaan pendapatan asli daerah menunjukan penurunan yang terjadi pada tahun 2012 dan 2013. Hal tersebut tentunya menunjukan bahwa aparatur pemerintah Kabupaten Purwakarta belum mampu memaksimalkan kinerjanya dalam mengoptimalkan sumber penerimaan tersebut

11 Pada penelitian terdahulu yang telah di lakukan oleh Mandra (2013) yang meneliti mengenai analisis pengaruh pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Palembang tahun 2000-2011, hasil penelitianya menunjukan bahwa secara parsial dan simultan pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengolahan bahan galian golongan c, dan pajak parkir berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan asli daerah. selain itu peneiltian yang dilakukan oleh Muthoharoh (2009) yang meneliti mengenai peran pajak parkir dalam menunjang pendapatan asli daerah (PAD) di Kota Malang, hasil penelitiannya menunjukan bahwa pajak parkir berperan dalam menunjang peningkatan pendapatan asli daerah.. Dalam pelaksanaan tugasnya Dinas Pendapatan Daerah telah menetapkan target tertentu dalam upaya memaksimalkan penerimaan dari sektor pajak parkir. Proses pencapaian target itu sendiri mengalami berbagai hambatan diantaranya adalah kesadaran yang rendah dari wajib pajak dan pelayanan yang diberikan aparat pemungut pajak yang belum maksimal. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut atas penerimaan pajak parkir dengan mengangkat judul : Pengaruh Pemungutan Pajak Parkir Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Studi Kasus Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta Periode 2009-2013)

12 1.2 Idetifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut maka perumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana gambaran pemungutan pajak parkir pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 2. Bagaimana gambaran peningkatan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 3. Bagaimana pengaruh pemungutan pajak parkir terhadap peningkatan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Adapun maksud dan tujuan dari penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarkah kontribusi Pajak Parkir dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 1.3.2 Tujuan Penelitian Sedangkan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakartaadalah sebagai berikut:

13 1. Untuk mengetahui bagaimana gambaran pemungutan pajak parkir pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 2. Untuk mengetahui bagaimana gambaran peningkatan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemungutan pajak parkir terhadap peningkatan pendapatan asli daerah pada Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah (DPKAD) Kabupaten Purwakarta. 1.4 Kegunaan Penelitian Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan manfaat riil bagi pihakpihak yang berkepentingan. Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu : 1. Bagi Penulis, Diharapkan dapat menambah pengetahuan, mendapat wawasan pembanding yang baik mengenai Pengaruh Penerimaan pajak parkir terhadap pendapatan asli daerah serta dapat mengetahui dan memahami bagaimana pelaksanaan pajak parkir itu sendiri. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya, Diharapkan dapat meningkatkan motivasi guna memiliki pengetahuan yang lebih luas dan dapat dijadikan bahan referensi bagi mahasiswa yang kelak akan membutuhkannya mengenai kontribusi Penerimaan pajak parkir terhadap pendapatan daerah. 3. Bagi Ilmu Akuntansi, Diharapkan dapat mengetahui kontribusi pajak parkir terhadap pendapatan daerah yang saling berhubungan dengan

14 Perpajakan khususnya Pajak Daerah. Mata kuliah yang terkait yaitu Perpajakan dan Akuntansi Sektor Publik. 4. Instansi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan, Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Purwakarta khususnya Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kabupaten Purwakarta mengenai keberadaan sektor pajak parkir yang sangat potensial untuk dipungut. 1.5 Lokasi dan Waktu penelitian Penulis mengadakan penelitian yang dilakukan di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah Jl.Gandanegara No. 25 Purwakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai dengan Juli 2014.