BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KINERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA DALAM PEMBINAAN ATLET TINJU BERPRESTASI. Oleh : MICHAEL PANDAI NRI :

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

Upaya Pemerintah Daerah dalam Pembinaan Olahraga Cabang Taekwondo di Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pengalaman zaman Orde Baru yang sarat akan penyelewengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Studi tentang perkembangan klub bola voli popsi sragen tahun Oleh : Kuwat Budi Cahyono NIM K

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bondong menuju Sekolah Sepak Bola (SSB) sedini mungkin, untuk ditempa

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

Artikel Perencanaan Pembangunan Daerah Karya : Said Zainal Abidin BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kebijakan Desentralisasi dalam Kerangka Membangun Kualitas Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah di Tengah Tantangan Globalisasi

B. Maksud dan Tujuan Maksud

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Provinsi Jawa Timur

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

I. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Modul ke: OTONOMI DAERAH. 12Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya pemerintahan orde baru telah mengubah dasar-dasar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

PUSANEV_BPHN OVERVIEW ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA MEMBANGUN SISTEM HUKUM PIDANA (ANAK)

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan. Pada Instansi pemerintahan kinerja biasa disebut sebagai sebuah

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. berwibawa (good gavernance) serta untuk mewujudkan pelayanan publik yang

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pasal 1 ayat (h) Undang-undang RI Nomor Tahun 1999 tentang pemerintah

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI. Isu adalah permasalahan yang dijumpai dan menjadi suatu opini publik yang

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA,PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PELALAWAN NOMOR KPTS.800/DKPPO-S/2014/ TENTANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

WALIKOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

BAB I PENDAHULUAN. paket kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA DINAS PARIWISATA, KEBUDAYAAN, KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA TAHUN 2017

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PROGRAM PELATIHAN SEPAK BOLA USIA DINI COCA-COLA AMATIL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, yang secara umum bertumpu pada dua paradigma baru yaitu

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

Panduan diskusi kelompok

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan ditetapkan dari atas ke bawah (top-down planing and development), dan dapat diinterpretasikan mengekang demokrasi dan aspirasi daerah, dan bahkan menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak, oleh karena itu sistem pemerintahan yang sentralistik harus diganti dengan pemerintahan yang desentralistk. Rasa ketidakpuasan rakyat yang dipendam sejak lama kemudian meletus dalam gerakan reformasi politik menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang berkobar pada pertengahan 1998 dengan mengusung tiga prinsip dasar, yaitu demokrasi, transparansi dan akuntabilitas. Demokrasi berarti memberikan kebebasan dan kesempatan kepada rakyat untuk menikmati hak dasar yang meliputi; kehidupan yang layak, lapangan kerja yang layak, pendidikan yang murah, pelayanan kesehatan yang baik, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan berserikat dan kebebasan berpolitik Otonomi Daerah sebagai implementasi pemberlakuan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai revisi dari UU No.22/1999) telah membawa banyak perubahan khususnya dalam paradigma pengelolaan daerah.salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas 1

dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan (Hoessein, 2001, 32) : Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah. Pada dasarnya tujuan utama dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah membebaskan pemerintah pusat dari segala tugas-tugas pemerintahan yang membebani dan dinilai tidak perlu karena lebih efektif jika ditangani oleh pemerintah daerah. Dengan demikian pusat lebih banyak waktunya untuk mengamati dan merespon setiap perkembangan yang terjadi di dunia global untuk dijadikan pertimbangan dari setiap kebijakan yang akan diambil. Di lain pihak, desentralisasi memberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk dapat menangani masalah-masalah di daerahnya dengan cepat dan efektif. Serta membangkitkan kreatifitas aparat pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mensikapi perkembangan yang terjadi.seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.pelayanan publik diharapkan lebih baik dan efisien karena besarnya kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kota/kabupaten untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah, dan dianggap lebih memahami persoalan dan budaya masyarakat setempat. Asumsi dasarnya

adalah kabupaten dan kota lebih dekat kepada rakyatnya yang harus dilayani, maka wajar jika diberi wewenang yang besar untuk meningkatkan pelayan publik di daerahnya. Selanjutnya dalam konsep desentralisasi dengan prinsip Bottom-up menjadi menarik untuk disimak bahwa prinsip tersebut tidak hanya dapat dilaksanakan pada sistem pemerintahan saja, melainkan dapat diterapkan pada pola pembangunan daerah dimana partisipasi masyarakat kemudian menjadi kunci keberhasilan peningkatan kualitas pemerintahan daerah melalui strategi pembinaan masyarakat yang tepat. Pembinaan diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan daerah, termasuk aparatur, organsasi sosial kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha dan anggota masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Terdapat keterkaitan yang erat antara pembinaan masyarakat sebaga suatu strategi untuk mencapai sasaran pembangunan masyarakat di daerah dalam rangka mewujudkan keberhasilan pemerintahan daerah. Pembinaan olahraga merupakan konsep pembangunan yang memberikan manfaat yang nyata dan positif terhadap kinerja pembangunan, yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Olahraga, dalam hal ini atlit pelatih dan pengurus. Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan

yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif. Jika ditinjau dari aspek sosial, terdapat ragam masalah yang kemudian sering terabaikan dari kacamata kebijakan pemerintah daerah seperti kurangnya upaya yang serius untuk mengurangi pengaruh sosial yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural apalagi jika lebih diperparah dengan kurangnya akses masyarakat untuk memeperoleh pengetahuan dan keterampilan serta informasi yang digunakan untuk kemajuan masyarakat ditambah dengan kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang merupakan sarana untuk melakukan interaksi serta memperkuat ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat. Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan. Cabang olahraga sepak bola merupakan permainan gerak cepat, sebagai acara pertandingan yang memerlukan waktu, tenaga, dan teknik dalam melakukannya. Olahraga ini merupakan olahraga terpopuler di dunia. Akhir-akhir ini di Indonesia sepak bola semakin populer di semua kalangan masyarakat. Dari

orangtua, remaja bahkan anak-anak semua mengenal olahraga sepak bola, yang belakangan tidak hanya dimanfaatkan sebagai olahraga tapi juga hiburan. Hal ini mempunyai dampak positif bagi perkembangan olahraga tersebut, di samping memasyarakatkan olahraga, juga akan menumbuhkan bibit atlet yang tangguh. Dari berbagai hal tersebut, sekarang banyak berdiri Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) yang menyebar di Indonesia. Perkembangan sepak bola di Indonesia merupakan wujud dari perkembangan olahraga di daerah-daerah. Banyaknya sekolah sepak bola atau lembaga pendidikan sepak bola di Indonesia turut meramaikan olahraga tersebut untuk dapat semakin berkembang di Indonesia. Banyak event-event pertandingan yang diadakan sebagai wujud untuk menciptakan prestasi dan untuk memperoleh bibit pemain-pemain handal serta berkualitas yang pada dasarnya dapat digunakan untuk meningkatkan agar pretasi sepak bola Indonesia menjadi lebih bagus. Dalam upaya meningkatkan perkembangan prestasi sepak bola Indonesia maka tentunya diperlukan suatu kerja keras seperti pelatihan yang sistematis, pembinaan yang tepat, bibit atlet berpotensi, organisasi yang baik, pelatih yang berkualitas serta sarana prasarana yang memadai. Komponen-komponen tersebut merupakan kesatuan yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan. Seiring dengan perkembangan sepak bola di Indonesia maka kita perlu untuk meningkatkan prestasi sepak bola agar menjadi lebih baik. Karena selama ini prestasi Indonesia pada olahraga sepak bola belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dalam upaya meningkatkan kualitas dan prestasi sepak bola, mestinya

pihak-pihak yang terkait bukan hanya pelatih dan pemain saja, tetapi berbagai pihak baik pengurus LPSB/SSB bahkan pemerintah mampu mencarikan jalan pemecahannya. Pembinaan yang terencana dan dilaksanakan terus menerus merupakan langkah yang harus ditempuh serta merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang ikut berperan aktif dalam kegiatan olahraga sepak bola tersebut. Prestasi maksimal merupakan obsesi dari setiap atlet yang menekuni olahraga yang dipelajarinya.keberhasilan prestasi atlet tidak bisa lepas dari dukungan berbagai pihak. Seorang pelatih yang berkualitas memegang peranan penting terhadap peningkatan kemampuan atlet. Pelatih mempuyai peranan penting, dimana pelatih harus mampu menerapkan program latihan yang sesuai dengan kemampuan atletnya, harus memantau setiap latihan yang dilakukan serta membina terus menerus. Di samping itu pelatih juga harus mampu menyalurkan dan mengembangkan prestasi yang dimiliki atlet. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menjelaskan bahwa oahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan pembinaan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional. Permasalahan keolahragaan baik tingkat nasional maupun daerah semakin kompleks dan berkaitan dengan dinamika sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta bangsa serta tuntutan perubahan global sehingga sudah saatnya pemerintah memperhatikan secara menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan olahraga dan masyarakat, sekaligus sebagai

instrumen hukum yang mampu mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dan daerah pada masa kini dan masa yang akan datang. Dalam undang-undang tersebut, memperhatikan asas desentralisasi, otonomi dan upaya serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas.sistem pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional diatur dalam semangat otonomi daerah guna mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan keolahragaan ini tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus ditangani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan melalui pembentukan dan pengembangan hubungan kerja para pihak terkait secara harmonis, terbuka, timbal balik, sinergis dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi dan akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berupaya serta dalam kegiatan keolahrgaan dan memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk memperoleh haknya, serta memungkinkan berjalannya mekanisme kontrol untuk menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran keolahragaan nasional bisa tercapai. Sekali lagi digambarkan dalam undang-undang tersebut bahwa sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan subsistem keolahragaan yang saling terkait secara terencana, terpadu dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud antara lain, pelaku olahraga,

organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan prasarana olahraga, upaya serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh subsistem keolahragaan nasioanl diatur dengan memperhatikan keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem antara lain, melalui peningkatan koordinasi antar lembaga yang menangani keolahragaan, pembinaan organisasi keolahragaan, pembinaan sumber daya manusia keolahragaan, pengembangan sarana dan prasarana, peningatan sumber dan pengelolaan pendanaan serta penataan sistem pembinaan olahraga secara menyeluruh. Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada dalam ruang kedaulatan NKRI, Kota Medan sendiri mempunyai tanggung jawab yang serupa untuk melaksanakan pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konteks pengembangan daerah. Dalam hal pembinaan masyarakat terutama dibidang olahraga, mempunyai tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang di atas untuk menjalankan koordinasi yang sinergis secara vertikal dan horisontal dalam rangka pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan daerah melalui peningkatan kualitas keolahragaan. Dalam konteks keolahragaan, Kota Medan merupakan daerah dengan potensi keolahragaan yang cukup menjanjikan dalam prospek pembangunan sosial dengan berorientasi pada produktifitas masyarakat yang tentu saja membutuhkan stimulus bagi peningkatan pengelolaan sumberdaya lokal secara optimal

berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan mengingat perkembangan pembangunan dalam bidang keolahragaan ini masih cukup baik dan dominan dalam menyerap potensi-potensi masyarakat jika terdapat saling bantu antara stakeholder di daerah untuk mengembangkannya. Selain itu bidang ini dapat menampung dan memberikan ruang-ruang kreativitas sebagai wadah aktualisasi angkatan muda untuk dapat diarahkan kearah pembangunan sosial yang positf mengingat sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, hal ini kemudian dapat mengurangi tingkat patologi masyarakat yang kemudian jika ini diterapkan di Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia mampu mengembangkan potensi masyarakatnya. Namun dalam pengamatan penulis terkait hal ini, upaya pemerintah daerah masih kurang efektif dan efisien sehingga kemudian keberdayaan masyarakat terutama di bidang keolahragaan masih terbatas pada minat dan bakat yang kurang terwadahi, akses terhadap sumber daya dalam peningkatan produktivitas masyarakatnya di samping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal di atas. Bertolak dari latar di atas kemudian keinginan penulis untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai pembinaan masyarakat terutama dalam pengembangan potensi keolahragaan. Dengan mengangkat judul penelitian Upaya Pemerintah Daerah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola, menjadi pijakan awal dari sebuah penelaahan lebih lanjut menuju sebuah pembangunan di daerah yang lebih memperhatikan kondisi sumber daya

alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) demi tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan. 1.2. Rumusan Masalah Merujuk dari beberapa pernyataan mengenai implementasi Otonomi Daerah di Kota Medan dalam kaitannya dengan fungsi Pemerintah daerah terhadap pembinaan masyarakat dalam bidang olah raga, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah : 1. Bagaimana Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola? 2. Faktor Faktor apa saja yang memengaruhi Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola? 1.3. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam malakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan Olahraga Sepakbola 2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi upaya Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan Olahraga Sepakbola.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah : a. Manfaat Praktis, dari hasil penelitian ini kemudian dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi pelaksanaan program pemerintah daerah Kota Medan terutama dalam bidang pembinaan olahraga, khususnya sepakbola. b. Manfaat Akademis, dapat memberikan tambahan teori/ literatur dalam studi pembinaan olahraga yang dikaitkan dengan kajian studi pembangunan dengan sinkronisasinya terhadap penyelenggaraan otonomi daerah. c. Kegunaan Metodologi, hasil dalam penelitian ini kemudian dapat menjadikan sebuah dorongan moril dalam penelitian selanjutnya mengenai pembahasan yang serupa tentunya dan menjadi ciri khas dari kajian-kajian studi pembangunan.